02 | 𝗘𝗻𝗰𝗵𝗮𝗻𝘁𝗶𝗻𝗴

567 84 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.

AUTHOR POV

Kamu terusik dalam tidurmu saat alarm ponselmu berdering kencang, dengan berat kamu berusaha mematikannya, takut menganggu temanmu yang lain. Dengan mata mengantuk kamu melihat ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 5 pagi.

Kamu bangkit lalu meregangkan tubuhmu yang terasa sangat kaku. Kamu mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

"(Y/N), apa kamu sudah bangun?" Kamu mendengar suara Daniel dari luar kamar, dengan segera kamu menyelesaikan kegiatan mandimu. Sialnya, kamu lupa membawa pakaianmu dan itu mengharuskanmu untuk keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk.

"Ah, kamu baru mandi ya? Aku ing-" Daniel merasa suaranya tercekat, bola matanya melebar sempurna melihat tubuhmu yang hanya dibalut handuk. Ia bisa melihat air yang menetes dari rambut ke leher jenjangmu lalu turun ke belahan dadamu.

Pekikkanmu memecah konsentrasinya, dengan wajah merona kamu berlari masuk ke dalam kamar mandi. Daniel yang melihat itu pun segera bangkit dari ranjang dan pergi ke luar kamarmu.

"M-maaf, (Y/N)! Aku kira kamu sudah rapih, maaf aku masuk ke dalam kamarmu dengan lancang. Maafkan aku, (Y/N). Aku hanya ingin mengajakmu lari pagi, aku akan menunggumu di dapur" Serunya setengah berteriak. Mendengar suaramu yang mengiyakan ajakannya, ia pun pergi dengan hati yang bergejolak.

Daniel masuk ke dalam kamarnya lalu duduk di atas ranjangnya.

"Sial, mengapa tubuhnya semenggoda itu. Aku harus menenangkan diriku terlebih dahulu" Tatapannya tertuju ke arah gundukan di tengah celananya. Daniel bangkit lalu pergi ke kamar mandi untuk menyelesaikan 'masalah' nya itu.

Setelah menghabiskan waktu selama 15 menit, Daniel segera pergi ke dapur untuk menemuimu. Netra hitamnya menangkap figurmu yang tengah sibuk berkutat dengan peralatan dapur. Tanpa ia sadari, matanya menatap lekat tubuhmu dari atas hingga bawah. Sungguh, efekmu terhadap tubuhnya begitu kuat.

Daniel segera mengusir pikiran kotornya, ia takut ia akan kembali 'antusias' dan harus mandi air dingin lagi. Daniel melangkahkan kakinya mendekatimu, ia terkekeh melihatmu yang sama sekali tak menyadari kehadirannya.

Daniel merendahkan tubuhnya lalu berbisik di telingamu, "Selamat pagi, tuan putri"

Kamu tersentak kaget saat menyadari kehadirannya dan tak sengaja memukul dahinya menggunakan whisk yang kamu gunakan untuk mengaduk adonan panekuk.

Daniel meringis kesakitan saat terkena pukulanmu. Kamu pun meletakkan whiskmu lalu berbalik ke arahnya, mengusap dahinya secara spontan. Daniel yang merasakan sentuhan lembutmu kembali merona, tanganmu terasa begitu hangat di wajahnya.

"M-maaf, lain kali jangan begitu atau aku akan memukulmu lagi" Ancammu sembari terus mengusap dahinya.

Daniel menyeringai lalu kembali meringis kesakitan, kali ini lebih keras daripada sebelumnya. "Ah, dahiku perih sekali"

Sebenarnya pukulanmu tidak berasa, namun ia ingin terus merasakan sentuhanmu. Matanya terpejam menikmati semua itu.

"Mau aku ambilkan salep? Tapi kelihatannya tidak begitu parah, apa masih sakit?" Tanyamu khawatir.

𝐇𝐎𝐔𝐒𝐄𝐌𝐀𝐓𝐄𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang