4

11.3K 202 0
                                    

Maid

by andinisr ©2015

***

Seminggu kemudian...

"Non, ini ada paket kiriman," ucap Mbak Jannah memberikan kotak bersampul coklat kopi itu.

GERALDINE'S SURVEY

Nadine tersenyum sumringah dan langsung memanggil Nathan yang sedang ada di taman belakang untuk menuju ke ruang keluarga.

"Apaan sih, Nad?" ucapnya.

"Hasil survey  nya udah keluar! Yuk nonton." ajak Nadine.

Dan mereka pun menyetel kaset itu. Dan betapa terkejutnya mereka dengan hasilnya. Nadine tak kuasa untuk mengeluarkan air mata yang selama ini ia pendam. Nathan pun demikian, meski kecewanya tidak terlalu kentara seperti Nadine.

"Ssh, udah, Nad. Jangan nangis," Nathan mencoba menenangkan adiknya.

"Hiks, lo bayangin aja, Nat. Dari 10 pertanyaan! Nyokap cuma jawab 4 yang bener! Mereka perhatiin kita nggak sih?!" teriak Nadine.

Nathan memeluk adiknya itu, mencoba menenangkan. Sambil mengusap-usap punggung Nadine. Sebenarnya Nathan pun ingin menangis, tapi lagi, situasi menyuruhnya untuk lebih kuat.

Dan Mbak Jannah pun datang karena mendengar tangisan Nadine. "Loh, loh, ini Non Nadine kenapa toh?" tanyanya panik.

Nathan hanya menggeleng-geleng. Ia sudah pusing. Ini terlalu banyak.

Akhirnya Mbak Jannah membawa Nadine dan Nathan ke kamarnya untuk beristirahat. Setelah mereka terlelap, Mbak Jannah kembali ke ruang keluarga Geraldine. Ia melihat kaset yang ternyata isi paket yang tadi.

Merasa sedang tidak ada orang, Mbak Jannah menyetel kaset tersebut.

Begitu terkejutnya Mbak Jannah saat melihat video itu, pasti ini yang membuat Nathan dan Nadine terguncang hebat. Anak mana yang tidak sakit hati jika Ibunya pun tidak tahu mereka dengan baik?

"Gusti, berilah kesabaran kepada Den Nathan dan Non Nadine." doa Mbak Jannah.

Setelahnya ia membereskan kaset itu, dan kembali membereskan rumah. Hingga sore tiba.

****

Makan malam.

Seperti biasa.

Kecanggungan selalu melanda keluarga ini. Tidak ada kehangatan sama sekali. Nadine sudah merasa muak dengan ini semua. Ia ingin mendapatkan keluarga yang sebenarnya.

William berdeham. "Gimana seko--

"Sekolah aku baik-baik aja! Kenapa sih ditanyain mulu?!" potong Nadine kesal.

Dan itu membuat semua orang-- termasuk Mbak Jannah yang sedang menyajikan makanan- kaget.

"Ada masalah, Nadayla Geraldine?" tanya William.

Nadine tahu, jika Ayahnya telah memanggil dengan nama lengkapnya pasti ayahnya sangat marah.

Tapi Nadine sudah tidak tahan, meski dipelototi oleh Nathan yang matanya seperti ingin keluar pun ia tidak peduli.

Nadine bangkit. "Aku capek!" lirihnya.

Arianti mendekatinya, hendak mendekap putrinya. Tapi buru-buru di tepis oleh Nadine. Yang lagi, membuat semua orang terkejut.

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Arianti kepada Nadine  yang sedang menunduk.

"Aku sayang Daddy."

"Aku juga sayang Mommy." lirih Nadine.

Yang membuat semua orang di ruangan itu bingung. "Iya, Sayang. Mommy juga sayang Nadine sama Nathan,"

"Nggak!" teriak Nadine tiba-tiba.

"Mommy sama Daddy sayang sama kerjaan!" teriaknya lagi.

Nathan segera menghampiri Nadine yang mulai hilang kendali karena tangisannya.

"Ada apa ini, Nathan? Kenapa adik kamu bisa jadi seperti ini lagi?" tanya William.

"Nggak usah tanya Nathan! Aku kecewa sama kalian! Pergi aja sana sama kerjaan kalian!" teriak Nadine.

Nathan memeluknya, mencoba menenangkan. "Nadine udah nonton video hasil survey kemarin, dan dia kecewa. Jujur, aku juga." ucap Nathan lalu pamit ke kamar, karena Nadine sudah tertidur di pelukannya.

William dan Arianti bingung setengah mati, memangnya apa yang salah dari survey waktu itu?

Akhirnya mereka memutuskan untuk menonton video tersebut.

***

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang