5

9.3K 189 1
                                    

Maid

by andinisr ©2015

***

Nadine tidak berhenti melamun di kamarnya. Ini sudah hari kedua, dan dia tidak mau keluar kamar sejak kejadian itu.

"Lo udah makan, Nad?" tanya Nathan yang baru pulang dari sekolahnya. Ya, bahkan Nadine pun bolos sekolah hari ini.

Merasa tidak ada jawaban, Nathan menghampiri adiknya yang sedang duduk di kusen jendela.

"Nadine. Lo udah makan apa belum?" tanya Nathan.

Nadine menggeleng. "Nggak nafsu."

Nathan menghela nafas. "Nafsu nggak nafsu ya harus makan dong, Ay." ucapnya halus.

Nadine hanya memutar bola matanya. Nathan hanya akan memanggilnya 'Ay' jika ia sudah tidak bisa merayu Nadine atau singkatnya, senjata ampuh Nathan.

"Ay, Ay. Emang gue ayang lu!" gerutu Nadine.

Nathan menahan tawa. "Yaudah deh, terserah." lalu ia menjauh dari Nadine.

Saat merasa Nathan sudah tidak ada, Nadine berbalik, dan betapa terkejutnya ia, melihat kakaknya, lagi-lagi, shirtless.

"Nathan! Apa-apaan sih?! Cepet nggak pake baju!" teriak Nadine dengan menutup matanya.

Nathan terkejut. Ia kira Nadine masih asyik melamun. Namun keterkejutannya itu hanya sementara, ide jahil yang lain muncul di otaknya seketika.

"Udah," bohongnya.

Nadine membuka matanya. "Ih! Apaan sih lo?! Sok kece banget! Pake nggak!" omelnya lagi.

Nathan tertawa melihat adiknya yang sudah marah itu. Karena kasihan, akhirnya ia memakai bajunya.

"Tapi makan ya?" bujuknya.

"Iya, iya. Asalkan lo pake baju, dan nggak shirtless lagi." ucap Nadine, lalu membuka matanya.

***

"Mbak Jannah seneng banget loh, Non udah mau keluar kamar dan makan lagi. Den Nathan emang top markotop deh kalo masalah bujuk adek nya." cerocos Mbak Jannah kepada Nathan dan Nadine yang sedang makan.

Nadine hanya cemberut. Sedangkan Nathan tersenyum bangga. "Oh iya, jelas! Nathanio gitu loh."

"Dibujuk pake apa toh adeknya, Den?" tanya Mbak Jannah.

"Mbak Jannah juga pasti tau," ucap Nathan.

Mbak Jannah mengangguk paham. "Pasti Den Nathan ganti baju di depan Non Nadine ya? Non Nadine 'kan paling nggak suka kalo digituin." ujar Mbak Jannah.

Nathan mengacungkan jempolnya. "Yap, dia lemah banget emang. Sok-sok suka bule luar, liat gue shirtless aja tutup mata, ew." ledek Nathan.

"Lah bule luar yang gue suka mah badannya bagus semua, bikin nafsu. Nah elu? Najis." balik Nadine.

"Eh, eh, wes sudah toh. Den sama Non 'kan masih 15 tahun, kok udah ngomong nafsu-nafsuan. Nggak baik." ucap Mbak Jannah.

"Dia duluan," ucap keduanya.

"Apa lu ikut-ikut?!" ucap keduanya, lagi.

"Dih plagiat!" ucap keduanya, lagi.

"Sudah toh, kalian memang kembar, tapi Mbak nggak nyangka kalian bisa kompak begini." ledek Mbak Jannah.

"Ogah." ucap keduanya, lagi dan lagi.

Mbak Jannah hanya cekikikan melihat keduanya bertengkar kecil.

***

Nadine lagi menangis dalam tidurnya. Bukan, bukan dalam tidurnya, ia menangis dalam diam.

Ia tidak menyangka ini akan terjadi. Seharusnya dari awal tidak perlu ia mendahulukan egonya.

F L A S H B A C K

Nadine menuju dapur, lagi, ia tidak bisa tidur. Ya walaupun ini masih jam 10 malam, tapi tetap saja. Ia butuh susu coklat hangat buatan Mbak Jannah. Namun, ia tidak melihat Mbak Jannah.

Akhirnya ia memutuskan ke kamar Mbak Jannah.

"Maaf, Mbak. Ini demi kebaikan Nathan dan Nadine juga. Kalau bisa Mbak meninggalkan rumah ini lusa pagi. Karena saya ingin menghabiskan waktu bersama anak-anak saya. Saya ingin menjadi ibu yang baik."

"Iya, Bu. Saya mengerti. Den Nathan dan Non Nadine pasti sangat senang dengan kabar ini."

Nadine tidak kuat, dan akhirnya kembali ke kamarnya.

#########

Suara tangisan Nadine makin terdengar, hingga membuat Nathan yang sedang tertidur pun, terbangun.

Ia menghampiri Nadine yang membelakanginya.

"Lo kenapa, Nad?"

Hanya ada suara isakan tertahan yang terdengar.

"Nad," panggil Nathan pelan.

Karena tak ada jawaban, Nathan membalikan tubuh Nadine, dan betapa terkejutnya ia melihat adiknya dengan mata yang sangat sembab.

"Lo kenapa lagi sih, Nad? Kasih tau gue! Jangan diem aja!" tegas Nathan.

"Mb-mbak Jan-jannah, Nat," ucapnya terisak.

"Mbak Jannah kenapa?" tanyanya.

"AKU NGGAK BISA! NGGAK BISA LIAT MEREKA DEKET SAMA PEMBANTU KITA SENDIRI, MAS! AKU SAKIT MELIHAT MEREKA YANG KECEWA!"

"Yatapi, kamu nggak perlu memecat juga, Arianti."

Nathan mengerti. Mbak Jannah ingin dipecat. Sebelum Nadine memberitahu, teriakan dari kamar Ayah dan Ibunya pun sudah menjelaskan.

Nadine menangis semakin deras. "Gu-gue ng-nggak tau, Nat. Kalo ng-nggak ada Mb-Mbak Jannah,"

"Ssh, tenang ya, Nad, mending sekarang lo tidur." ucap Nathan menenangkan, sambil mengusap-usap punggung Nadine.

Dan cara itu selalu berhasil untuk membuat Nadine tertidur.

***

MaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang