✨Epilog✨

108 6 12
                                    

Epilog ending #1

Pandangan mata awalnya tampak kabur namun dengan cepat (Name) terbangun dari tempat tidurnya dengan nafas tak beraturan dan keringat dingin sebab mengingat bagaimana caranya mati direset sebelumnya, "Kuharap reset kali ini berhasil dan tidak memunculkan garis yang aneh lagi... Ah iya DUST!" (Name) terburu-buru beranjak dari tempat tidurnya dan kakinya terkait selimut hingga akhirnya tubuhnya jatuh membentur lantai. "Ugh masih pagi sudah dapat sial saja..." Gerutu (Name) meringis dan mengelus kepalanya yang sedikit benjol terima kasih kepada tuan selimut yang telah menambah daftar kecelakaan bodoh miliknya untuk kesekian kali.

Langkah kaki (Name) menuruni tangga dengan tergesa-gesa dan mendobrak pintu dapur secara tidak elit, "DUST!" Semua atensi tertuju pada (Name) yang baru saja berteriak dan menatap dengan tatapan penuh heran.

"Nyeh?"

"Apa?"

"AGH?! AAAAAAAAKGH!!!"

Malu tujuh turunan (Name) segera menutup wajahnya dan berjongkok dipojok dapur sebab tindakan absurdnya padahal timeline kali ini sudah normal dan tidak ada lagi genosida bahkan Dust tak melakukan pembantaian, Kedua kerangka bersaudara itu malah sedang sibuk menyiapkan sarapan berbeda dengan timeline sebelumnya. "Kepalamu terbentur atau apa sampai jadi aneh begitu?" Tanya Dust setelah (Name) tenang dan duduk bersama mereka untuk sarapan, "Stfu you insane skeleton." (Name) mengunyah spageti dimulutnya dengan ekspresi wajah watados tak memperhatikan Dust sama sekali.

Setelah beberapa saat sarapan mereka selesai Dust meminta (Name) untuk datang ke kamarnya tenang bukan untuk berbuat macam-macam tapi untuk membicarakan hal yang terjadi direset sebelumnya. Dust bersandar pada balkon kamarnya sedangkan (Name) duduk diranjangnya menunggu apa yang akan dikatakan oleh kerangka tersebut, "Maaf aku membiarkanmu mati sebelumnya tidak lebih tepatnya aku malah membiarkanmu mati berkali-kali direset yang terus terjadi selama ini." Dust buka suara dan (Name) mendengarkannya namun sedetik kemudian gelak tawa terdengar. "Oh ayolah dimana Dust yang dingin dan sok tidak peduli itu hm? Hahahaha!"

Perempatan diwajah Dust terlihat sungguh ingin sekali ia menggunakan glaster blaster untuk membakar (Name) jadi manusia panggang sekarang juga, "Hanya bercanda lebih baik kamu tidak perlu tahu alasanku selalu memilih mati selama ini, yah sebenarnya aku tidak mau tapi sudah tidak ada pilihan waktu itu. Sedikit yang kamu ketahui tentang diriku maka itu akan lebih baik daripada kamu tahu lebih banyak dan berakhir menjauhiku hehe!" Dust sudah menduganya (Name) memang menyembunyikan banyak hal selama ini dan tidak pernah jujur akan dirinya sendiri. Meski begitu Dust juga melakukan hal yang sama ia menyembunyikan banyak hal terutama tentang masa lalunya dan skeleton yang merupakan monster langka diunderground.

"Ah ngomong-ngomong soal hal yang kamu sembunyikan aku hanya perlu membuatmu bicara bukan?" Dust menggunakan teleportasi dan mendorong (Name) berbaring diranjangnya sedangkan gadis itu ekspresi wajahnya tak bisa dijelaskan, "Ah--WAAAAA!!!!" (Name) berteriak panik lalu mendorong Dust menjauh dan melompat keluar dari balkon sembari berlari sekuat tenaga. "PAPYRUS! UNDYNE! ALPHYS! METTATON! YANG MULIA ASGORE! TOLONG DUST SUDAH GILA DAN JADI ORANG MESUM!!! AAAAAAGHHHHHHH!!!!" (Name) berteriak dan terus berlari seperti sedang dikejar hantu. Sedangkan Dust yang menatap (Name) dari balkon yang lari terbirit-birit hanya bisa menahan tawanya.

Dust itu aneh setelah reset dia malah jadi tambah aneh mari kita berdoa untuk keselamatan (Name) dari tingkah Dust yang makin random dan semoga jiwanya tenang.g

Epilog ending #2

Underground bukanlah tempat yang seperti dulu kini hanya tersisa Dust dan (Name) yang bertahan memang banyak yang harus dilakukan tapi mereka hanya berusaha semampunya. Namun sikap Dust yang berubah 180° setelah melakukan genosidanya sendiri membuat (Name) terkadang merasa canggung dan tidak nyaman saat bersama kerangka tersebut. Rasa khawatir akan keselamatan dirinya sering menghantui dan bagaimana nasibnya nanti jika ia tidak sengaja membuat Dust marah saja sudah cukup membuat (Name) memanjatkan doa setiap hari pada Tuhannya. Hari ini (Name) berusaha membuat menu makanan sesuai permintaan Dust yang mengatakan jika ia mulai kehilangan minatnya pada sebotol tomat kesukaannya.

"Hm... Sebaiknya makanan seperti apa yang akan disukainya? Spageti? Tidak itu akan menambah halusinasinya semakin parah karena mengingat membunuh saudaranya sendiri, ugh ayolah (Name) pikirkan sesuatu!" (Name) memijit kedua sisi kepalanya yang mulai terasa nyeri akibat dipaksa berpikir hanya untuk sebuah menu makanan.

(Name) berjalan mondar-mandir seperti setrikaan karena terus memikirkan menu yang akan dibuatnya tapi setelah cukup lama akhirnya ia menemukan sedikit pencerahan, "Oh iya! Bagaimana kalau (favorite food)-ku saja? Sejujurnya aku tidak yakin tapi apa salahnya mencoba!" (Name) mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk hidangan dan menyalakan kompor. Dengan teliti dan hati-hati (Name) mulai mengolah bahan-bahan yang ada mulai dari memotong, mencuci, membersihkan, memberi bumbu dan semacamnya.

Setelah cukup lama akhirnya (Name) selesai memasak (favorite food) dan menghidangkannya dimeja dari luar terdengar suara pintu waktunya sungguh tepat Dust juga baru saja kembali, mencium aroma masakan asing membawanya menuju dapur melihat (Name) yang sudah menunggu dikursi sembari tersenyum. Dust berjalan mendekat dan menyematkan mahkota bunga dikepala (Name), "Heheheh itu terlihat cocok untukmu." Dust menarik kursi dan duduk disebelah (Name) sementara lengannya meraih piring berisi hidangan.

"Ngomong-ngomong apa ini?"

"(Favorite food) kesukaanku, salahmu sendiri minta dibuatkan sesuatu tapi memberikan arahan yang tidak jelas jadi aku membuatnya berdasarkan keinginanku saja."

"...."

"Kamu tidak menyukainya?"

(Name) bersiap melempar piring itu keluar dari jendela namun tangannya ditahan oleh Dust yang menggeleng, "Untuk apa membuangnya jika ini terasa enak? Terlebih ini buatanmu." Semburat merah merona sedikit terlihat diwajah (Name) sungguh dia heran kenapa Dust jadi lebih sering memujinya padahal dia juga sering menunjukkan sikap acuh yang terkadang membuat (Name) sedikit galau.

Dust menarik (Name) duduk di pangkuannya dan langsung menenggelamkan wajahnya disekitar pundak dan leher gadis tersebut, "Jika suatu hari aku mulai kehilangan kewarasan ku tolong sadarkan aku..." (Name) hanya bisa terdiam dan membiarkan Dust menenangkan dirinya sendiri. "Yah tentu kapan pun..." (Name) tersenyum tipis dan menautkan jemarinya dengan Dust, waktu seakan berjalan melambat dari biasanya hanya ada ketenangan yang menyelimuti mereka berdua dibalik hangatnya sinar mentari yang tenggelam disore hari kala itu.

.
.
.
END
.
.
.
Halo para readers sekalian terima kasih karena sudah repot-repot menyempatkan diri untuk membaca akhir dari buku ini saya Aru Arkhan selaku author ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, buku ini memang dari awal hanya memiliki konsep xreader biasa dan tidak mengambil alur yang berbelit-belit serta lebih pendek jika long run mungkin saya sudah tepar mengenaskan dichapter 15.g macam diakun sebelah. Agak cringe ya saya ngakuin itu dan jujur saya pengen ngubur diri saya ditanah sekarang juga rasanya karena ini😭🙏

Dikarenakan buku ini sudah selesai sekarang saya sendiri ngak tau harus ngapain//pundung mainin pasir

23 April 2023.

✓[𝐀𝐝𝐨𝐫𝐞 𝐘𝐨𝐮] 𝐃𝐮𝐬𝐭!𝐒𝐚𝐧𝐬 𝐱 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang