◾ Chapter | 25

682 37 0
                                    

••••

Kay berjalan dengan perlahan mengikuti seorang pria yang berjalan tidak jauh di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kay berjalan dengan perlahan mengikuti seorang pria yang berjalan tidak jauh di depannya. Kay bersembunyi saat orang itu menunggu lift berhenti dengan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Berlari ke depan lift itu dan melihat angkanya menuju lantai dimana kamar Jillian berada.

Dengan cepat Kay melihat sekitarnya dan segera membuka pintu yang di dalamnya adalah tangga darurat. Tidak memerlukan waktu yang lama, hanya lima lantai yang harus dia lalui membuatnya bergerak dengan cepat. Tiba di lantai tempat Jillian berada, Kay keluar dan berlari menuju kamarnya.

“Apa kalian melihat seorang laki-laki berhenti di lantai ini?” Kay bertanya langsung pada bawahannya yang terlihat bingung. Matanya terus mengedar.

“Tidak ada siapapun selain kami di sini tuan.” Kay menganggukkan kepalanya lalu melihat sebentar pintu yang ada di depannya.

“Jangan sampai lengah.” Kay pergi kembali tanpa mendengar jawaban bawahannya. Dia akan menemui Akira yang sudah menunggunya di lantai bawah. Tidak lagi memikirkan seseorang tadi karena Jillian juga sudah banyak yang menjaga. Urusannya kali ini sangat mendesak membuat Kay harus segera menyelesaikannya.

Sedangkan di ujung belokan lorong ada seseorang yang mengintip dengan senyuman yang tidak luntur dari wajahnya.

“Sebentar lagi sayang, tunggu aku membawamu dari cengkraman iblis itu.” Orang itu pergi dengan bersiul sepanjang jalan dan sesekali tersenyum. Berjalan dengan satu kaki yang pincang, pria itu berbicara sendiri disepanjang lorong.

“Bagaimana?” Tanya Kay setelah masuk kedalam mobil yang Akira kendarai.

“Beres, tinggal menunggu apa keputusanmu.” Kay memejamkan matanya seraya menyandarkan kepalanya ke kursi.

Kay membuka matanya, “Kau tau sebenarnya aku tidak ingin lagi mengurus semua ini.” Mengembuskan nafas kasar membuat Akira menjalankan mobilnya keluar dari area rumah sakit menuju suatu tempat.

Akira melirik Kay dengan ekor matanya, “Aku mengerti tapi bagaimanapun beliau satu-satunya keluargamu yang masih hidup.” Pria itu tidak ingin membuat teman seperjuangannya menyesal yang akan menghantui sepanjang hidup seperti dirinya.

“Dan aku tidak berharap itu.” Kay menatap jalanan dengan sorot tajamnya.

Akira menghela nafas, dia tidak memiliki hak untuk terlalu mencampuri urusan Kay. Dia cukup tahu batasannya.

.
.
.

“IBU IBU!” Seorang anak kecil berlari mengikuti seorang wanita dengan gaun hitam panjang yang menutupi tubuhnya dan parasnya yang menawan yang berjalan sudah cukup jauh darinya.

Langkahnya yang kecil seringkali membuatnya hampir terjatuh.

Sedangkan yang di panggil ibu tidak menoleh sedikitpun seolah tidak mendengar ada yang memanggilnya.

LABYRINTHINE [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang