~if you never try, then you'll never know~
AUTHOR
Kayla berlari cepat saat melihat gerbang sekolah yang akan tertutup. "Andwe!!" teriaknya dari kejauhan. Dengan sekuat tenaga, ia tambah percepat larinya.
"Yah!!" serunya dan beberapa murid lain yang bernasib sama dengannya, pasalnya tinggal selangkah lagi ia dapat masuk kedalam sekolah.
"Pak bukain dong, kita mau belajar nih." ucap Kayla mewakili semua murid yang terlambat.
"Gak bisa nak, nanti saya dimarahin bu Dora." jawab pak Budi, selaku satpam.
"Pak tapi kan ini masih lagi 2 menit lagi jam 7 pak." sahut murid lainnya.
"Tetap gak bisa." ucap pak Budi tegas.
"Yaudah, saya paksa deh jalur lain." ucap Kayla membuat semua orang disana bingung mendengarnya. Kayla tidak memperdulikan tatapan bingung mereka, yang penting ia bisa masuk dan ikut belajar walaupun sebenarnya semua pelajaran tidak ada satupun yang masuk ke otaknya.
Ia berjalan meninggalkan kerumunan anak-anak malas didepan gerbang yang sampai pulangpun tidak akan terbuka. Dipaksapun tidak akan terbuka.
Ia menuju dinding samping sekolah yang biasa ia lewati ketika terlambat. Dari kejauhan Kayla dapat melihat tiga orang laki-laki sedang melempar tas mereka kebalik dinding.
"Loh kok ada murid lain yang tau jalur rahasia ini." gumam Kayla, karena yang tau tembok itu hanya ia dan tiga temannya, karena mereka berempat yang membuat pijakan di dinding itu.
"Loh kek kenal." gumamnya lagi, tapi siapa sangkah suaranya dapat didengar tiga orang itu, mereka lantas menengok kearahnya.
"Loh, Kayla?" tanya Vino dengan tatapan heran.
"Eh Kay, lo mau pindah alam juga?" sahut Kenzo, membuat Kayla terkekeh.
Tanpa menjawab, Kayla mulai melempar tasnya kebalik tembok seperti yang sudah dilakukan tiga laki-laki itu. Ia berjalan mendekati tembok sambil menguatkan tulang-tulang kakinya.
"Yaampun, Kay bahaya!" pekik Vino.
Tapi sedetik selanjutnya ia dibuat cengo melihat Kayla yang lancar memanjat tembok itu.
"Enggak, Vin. Ini tuh gampang manjatnya, apalagi udah ada tempat pijakannya." ucap Kayla yang kini sudah bertengger di atas membuat tiga laki-laki dibawah sana spontan menutup mata mereka.
Melihatnya Reynald meringis, bisa-bisanya gadis lembut seperti Kayla melakukan hal ekstrim seperti ini. Tapi gerakan Kayla terlihat mahir sih, mungkin Reynald dan dua temannya baru pertama kali mendapatinya.
"Tenang aja, gue pake legging kok." ucap Kayla membuat Vino dan Kenzo menatapnya khawatir. Sementara Reynald menatap kearah lain, menunggu gilirannya.
Hap.
Kayla mendarat dengan mulus dibalik tembok, kini ia sudah di area sekolahan. Ia mendongak keatas melihat Vino yang sekarang berada disana.
"Hati-hati, Vin."
Hap.
Sekarang giliran Kenzo.
"Hati-hati, Ken." ucap Kayla lagi.
"Iya sayang, tenang aja, pacarmu ini mahir melakukannya." ucapan najis dari Kenzo tidak membuat Kayla jijik, Kayla hanya terkekeh.
Hap.
"Aww!!" Kenzo meringis sambil mengelus kakinya. Baru juga nyombong udah terkilir.
"Lo gakpapa, Ken?" Kayla dan Vino menghampirinya, Vino memegang pergelangan kaki Kenzo.
"Perlu gue bawa ke UKS, Ken?" ucapan Vino terdengar serius, namun ia hanya bercanda.
"Anjiran lo, Vin." Kenzo menatapnya tajam lalu terkekeh. "Udah gakpapa."
"Oy, minggir." suara datar itu mengundang tiga pasang mata mendongak kearahnya. Ketiganya langsung mundur beberapa langkah memberi tempat untuk Reynald mendarat.
Hap.
Laki-laki itu terlihat keren di mata Kayla.
Vino meringis menatap Kayla yang berbinar melihat aksi Reynald. Reynald berjalan mengambil tasnya lalu melirik Kenzo yang masih mengelus kakinya.
"Nih, gue punya balsem." ucap Reynald. Semuanya cengo menatapnya, tak terkecuali. Apa? Balsem? Demi apa Reynald bawa balsem? Seorang Reynald? Ck.
Dan benar saja, Reynald mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Setelah diperhatikan, ternyata itu freshcare, kenapa Reynald bawa freshcare? Apa dia ambasadornya freshcare?
"Ogah." Kenzo menolaknya.
"Yaudah." Reynald menarik kembali tangannya lalu mulai berjalan meninggalkan tiga orang itu.
"Eh, tungguin!"
***
Saat ini Kayla lagi asik menggambar tak jelas dibelakang bukunya. Kurang kerjaan sambil mendengar celotehan Pak Tommy didepan kelas.
Kayla melirik sekilas kearah tiga temannya. Nayra, matanya melihat kearah pak Tommy sembari bertumpu tangan, tapi jelas sekali kalau saat ini dia tengah menahan kantuk, karena terkadang kepalanya oleng dan langsung dia benerin dengan gelagapan. Yuna, gadis itu sudah tertidur sambil menelungkupkan kepalanya di meja. Sedangkan Sophie disamping Yuna, gadis itu terlihat cantik saat serius mendengarkan pak Tommy yang sedang menjelaskan entah tentang apa, yang pasti pelajaran sejarah.
Sampai akhirnya bel pelajaran selesai berbunyi, membuat semua murid memekik senang. Sedangkan pak Tommy membuang nafas kasar melihat tingkah murid-muridnya.
"Yun, bangun!" seru Sophie disamping Yuna, membuat gadis itu langsung tersigap bangun.
"Ada apaan hah?" tanya Yuna sambil mengerjap-ngerjap.
"Gakpapa." balas Sophie membuat Yuna melotot, ingin sekali menelan Sophie hidup-hidup. Udah enak-enakan tidur, mimpiin oppa-oppa korea eh malah dibangunin, dasar Sophie anak anjing.
"Eh, Kay. Minggu ini baru hari ini lo telat." sahut Nayra.
"Iya, untung aja dinding itu masih belum diketahui para guru." balas Kayla.
"Udah lama juga kita gak manjat tembok, ck." Yuna terkekeh, lalu memakai liptint yang selalu ia sisipkan di saku kemejanya.
"Yaudah yuk kantin." ajak Nayra.
"Gue skip ya, mau belajar." sahut Sophie membuat tiga temannya menatapnya datar.
"Seterah lo deh, yuk yang mau aja. Gue gak mau mati kelaparan." ucap Nayra seraya berdiri dari bangkunya, diikuti Kayla dan Yuna.
"Eh bentar." Kayla kembali ke tempat duduknya, merogoh sesuatu didalam tasnya lalu mengeluarkan sebuah benda berwarna pink membuat tiga temannya membuang nafas pasrah, tapi Sophie kembali fokus ke buku-bukunya, sementara Kayla dan dua lainnya kembali berjalan keluar kelas.
Kayla melirik sekilas ke bangku Vino, laki-laki itu sudah tidak ada ditempat, entah sejak kapan ia keluar kelas
Next..
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Badboy
Teen Fiction-Kayla Sunrise Karimova- Gadis periang dan selalu membuat sekelilingnya merasa bahagia disampingnya, lupa kalau ia sendiri sangat terpuruk semenjak kejadian tiga tahun lalu yang menimpa keluarganya. Entah takdir atau hanya kebetulan, ia tak sadar ka...