04. Keluarga

1.2K 272 308
                                    

⚠️ NOTE ⚠️

Yang diitalyc berarti kilas balik ke masa lalu, yang dibold berarti ucapan langsung (di masa lalu). Sementara paragraf normalnya yaitu kejadian saat ini. Selamat menikmati😊












Hari itu ─tepat dua tahun lalu di semester ganjil Satria masuk SMA, untuk pertama kalinya Satria melihat senyum cantik bunda. Tanpa dipaksa, dengan setetes haru di sudut matanya yang dipoles hiasan sederhana, bunda menyambut Satria. Berdiri anggun dengan gaun pengantin di ruang rias, melebarkan kedua lengannya agar Satria segera menyusul dan masuk pada rengkuhannya.

 Berdiri anggun dengan gaun pengantin di ruang rias, melebarkan kedua lengannya agar Satria segera menyusul dan masuk pada rengkuhannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunda cantik. Tak heran jika Pramazila Aldaier ─yang sekarang resmi menjadi ayahnya, begitu menanti hari ini. Ah.. pasti bunda juga begitu bukan? Satria pun sama, harapan yang selalu ia langitkan kini jatuh pada pangkuannya.

Meski rasanya sedikit aneh sebab singgasana ayah yang selama ini kosong akan diduduki, Satria tak sempat mengenal wajah ayah kandungnya namun mulai sekarang tempat itu justru sudah terisi.

"Anak bunda ganteng banget." Suara Anggraini teredam hiruk-pikuk pesta pernikahan. Namun dengan bagaimana caranya memandang Satria yang nampak gagah dengan jas hitam dan bunga cemara di saku, Anggraini sukses menyampaikan rasa haru.

 Namun dengan bagaimana caranya memandang Satria yang nampak gagah dengan jas hitam dan bunga cemara di saku, Anggraini sukses menyampaikan rasa haru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memeluk erat Satria ─yang entah sejak kapan tumbuh setinggi ini, Anggraini mengelus-elus lengan putranya.

"Iya dong, bundanya aja cantik kayak gini," sahut Satria.

Menghadirkan senyum diantara haru biru, pemuda itu menatap lekat wajah sang bunda. Tiba-tiba teringat seberapa sulit sang bunda mengurusnya, membujuknya agar tetap pergi sekolah dan mengambil raport sendiri saat bunda tak bisa cuti. Kerepotan begitu Satria cedera selepas pulang turnamen kendati posisinya sama lelahnya. Bahkan hampir berniat tak ingin menikah lagi agar fokusnya tak terbagi.

Tapi apa Satria tega? Ia bahkan tak sempat mengucap syukur karena bunda tak pernah menyerah untuk membesarkannya. Karenanya ─hari ini, ketika Satria melihat punggung kokoh seorang pria di samping bundanya, melihat bagaimana seharusnya bunda diperlakukan, Satria tersadar bahwa selama ini bunda membutuhkan tempat untuk berbagi.

GROUNDING || Jake ShimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang