Hai readers ku!!!
(Maaf gambar yang di chapter sebelumnya hilang jadi...saya asal make itu aja buat nambah-nambahin)
Saya kembali update karena udah banyak yang nanyain kapan saya update jadi saya update sekarang aja wkwk
Saya kalo liat Dokja rasanya jadi sedih mulu, pengen nangis aja gitu
Berlebihan memang...tapi memang bener begituYaudah selamat membaca
Btw chapter kali ini akan terasa sangat pendek, maafkan saya.
Sejujurnya tadi terlalu banyak halangan, salah satunya listrik mati. //Sad.<°•°>..<°•°>..<°•°>.
(Name) POV
Setelah seluruh stat ku berada di level 100 pertarungan ini jadi terlalu berpihak padaku. Keadaan sangat berbanding terbalik dengan dua menit yang lalu.
'Jadi ini kekuatan level 100? Mengagumkan!'
Pertarungan ini terlalu mudah hingga rasanya tidak adil, bisa saja aku langsung menyelesaikan pertarungan ini dalam sekali tebas, tapi
'Sangat disayangkan jika selesai begitu saja.'
Aku tahu aku gila.
Benar, kalau aku gila maka kau juga gila karena kau yang membaca cerita ini adalah aku dan aku yang ada disini adalah kau.Sebenarnya apa teori absurd yang sedang kupikirkan ditengah pertarungan ini?
Ngomong-ngomong sayang sekali karena perbedaan kekuatan ini aku jadi tidak bisa menikmati pertarungan seperti seharusnya. Tapi dengan kekuatanku sebelum ini sudah pasti aku mati dua menit yang lalu (jika waktu tidak dengan tiba-tiba berhenti) sebagus apapun dan selama apapun aku bertahan.
Dalam waktu satu menit (setelah kenaikan stat), benar-benar hanya satu menit, lengan kiri patung itu sudah ku potong dengan auraku dalam sekali tebasan.
Patung zirah itu menyerang membabi-buta dan aku hanya menghindar. Ini terasa membosankan, mungkin jika aku mengayunkan lengan dengan benar, patung itu akan selesai (mati). Namun yang aku lakukan saat ini benar-benar terlihat main-main, seolah aku mempermainkan dead match ini.
'Kurasa aku keterlaluan, aku jadi membuang-buang waktu.'
'Bukankah aku harus menyelesaikan ini?'
Saat patung itu melaju lurus dari depan dengan menodongkan pedang besar di tangan kanannya, waktu seolah melambat-mungkin karena stat ini. Aku bergerak menamping ke kanan, melesat maju hingga terlihat seperti bayangan lalu menusuk tepat di tengah dada patung itu.
(Name) POV end
.<°•°>.
Normal POV
Krak!
Terdengar bunyi pecahan dari patung itu, tidak terlalu keras namun masih bisa terdengar dari jarak sedekat itu.
Cahaya merah di mata patung zirah itu meredup dan patung itu ambruk tepat didepan tembok.
[Kesatria 'Sang Penyihir Merah' Telah Berhasil Dikalahkan]
'Jadi aku menyelesaikan pertarungan ini dalam satu dua menit? Itupun satu menit dari pertarungan itu hanya main-main?'
'Mengerikan tapi mengagumkan!'
(Name) berjalan menuju patung itu, menatap patung itu lamat-lamat.
'Apa patung juga bisa dibangkitkan?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Omniscient Reader's Viewpoint X Reader [Fanfict]
Fantasy[Omniscient Reader Viewpoint x Reader] SLOW UPDATE 'Sudah berapa lama ya? Ah, mungkin 10 tahun?!' Ini adalah cerita tentang seorang mahasiswi yg terus dihantui cerita tentang dunia yg hancur.... °°°°°°°°°°°°°°° "Kenapa kau menolak tawaran Yoo Jongh...