CHAPTER 10

4.5K 426 58
                                    

Tanpa revisi jadi mohon tandai yang typo!

"Leo!"

Anggelina berjalan menuju Leonard yang sedang duduk santai di ruang tamu. Setelah kejadian pagi tadi, Anggelina cukup sakit hati karena Leonard lebih mementingkan kekasihnya daripada istrinya sendiri, apa lagi pria itu menyebut Ratih seorang pelayan.

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi kanan Leonard. Pria itu hanya diam, sambil menatap Anggelina dengan tatapan nyalang.

Melihat Leonard yang hanya diam, Anggelina menggelengkan kepalanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kakak tidak harus bicara pada padamu, sikapmu sudah keterlaluan, kau tau!" Anggelina menarik kerah kemeja Leonard, "apa kau tau bagaimana perasaan Ratih saat kau bilang dia pelayan kebun?"

"Aku tidak peduli."

Bugh!

"Apa maksudmu bicara seperti itu? Dia itu istrimu, Leo! Seharusnya kau bilang bahwa Ratih itu istrimu! Bukan pelayan!" Nafas Anggelina memburu, apa lagi saat melihat tatapan Leonard yang biasa-biasa saja, "apa kau tidak pernah berpikir bahwa kau sudah menghancurkan masa depan Ratih! Jika kau tidak suka dengannya, untuk apa kau menikahinya!"

"Aku tidak mau! Aku tidak mau menikahinya! Seandainya kakak tau bagaimana situasi saat itu! Aku tidak mencintai gadis kampung itu! Aku tidak peduli mau hancur ataupun lebur gadis itu! Aku hanya ingin takdirku kembali! Takdir bersama orang yang aku cintai! Apa kakak pikir selama aku bersama gadis itu aku merasa bahagia? Tidak kak, kebahagiaan hanya ada pada Almisa. Cintaku hanya dia! Jikalau pun aku memilih antara kehancuran gadis itu dan Almisa, aku lebih memilih perempuan ku! Bukan orang lain, bukan orang asing!"

Plak!

"Jaga ucapan kamu Leonard!" Tegas Anggelina, wanita cantik itu menghapus air matanya yang terus mengalir tanpa henti. "Kakak tau kau tidak suka padanya, tapi setidaknya hargai dia sedikit saja! Kau sudah mengasingkannya, dan sekarang kau menyakiti hatinya, pria seperti apa kau ini hah? Senadainya saja Almisa yang di posisi itu bagaimana perasaan mu? Pasti sakit Leo, sakit," lirih Anggelina sambil menunjuk-nunjuk dada Leonard dengan telunjuknya.

"Jangan samakan Almisa dengan gadis kampung itu," ucap Leonard, lalu pergi begitu saja.

Tubuh Anggelina ambruk, wanita itu duduk di lantai dengan tangis yang terdengar pilu. Mau bagaimana pun, dirinya juga perempuan yang akan merasa bagaimana sakitnya tidak di hargai.

"Kakak harap kau tidak menyesal akan sikapmu, Leonard."

•••••••••

Di kebun, Ratih berjongkok dengan mengambil sawi untuk dirinya makan hari ini. Karena di pondok ada bayar mie instan yang Anggelina berikan untuknya, jadi sayang kalau tidak dimakan bersama sayuran hijau.

Hari sudah sore, tapi rasa sakit yang pada hatinya masih terasa sampai sekarang. Mungkin saja, dirinya terlalu berharap lebih pada Leonard. Tapi ternyata kenyataannya, Leonard lebih mencintai cinta pertamanya.

Seorang perempuan cantik dengan sifatnya yang baik. Bagaimana Ratih bisa tau jika perempuan yang menjabat sebagai kekasih suaminya itu baik? Itu karena Ratih sedang mengobrol dengan orang itu. Sekarang, di tempat ini.

"Kau suka dengan sayuran-sayuran hijau?" Tanya Almisa, perempuan cantik itu memasukan tomat merah pada keranjang sayuran di samping Ratih.

"Ya, saya suka dengan yang hijau-hijau."

"Pantas saja Leonard mengangkat mu sebagai petani kebun baru, ternyata kau sangat suka dengan ternama," ucapnya tersenyum. Meski senyuman itu terlihat manis, akan tetapi dihati Ratih senyuman itu sungguh menyakitkan.

Serayu | Berlanjut Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang