Bab 10 - Penculikan

236 36 1
                                    

Agatha terlihat baru keluar dari minimarket sambil membawa kantong plastik. Dia dalam perjalanan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sendirian. Jalanan yang dilaluinya sudah sangat sepi untuk dapat mendengar suara langkah kaki mengikuti.

Insting alamiah Agatha merasakan hal janggal tepat berada di belakangnya. Ketika dia melangkah dengan lambat kemudian berhenti, suara langkah itu juga terdengar sama. Agatha seketika menjadi waspada.

Lantas membuatnya memberanikan diri berbalik badan. Perlahan tapi pasti matanya membulat kaget mendapati sesuatu yang mengancam. Itu bukan manusia. Melainkan seekor serigala putih seperti malam itu. Terlihat membuka mulutnya dan menunjukkan gigi tajam dengan air liur menetes.

Otak Agatha berteriak lari! Sontak menggerakkan bagaimana tubuhnya merespon spontan. Agatha pun menjatuhkan kantong plastik belanjaannya, sedangkan dirinya langsung putar arah berlari dengan cepat. Serigala putih itu mengejarnya.

Di saat seperti ini, Agatha tidak bisa berpikir dengan jernih untuk mencari rute pelariannya. Terlebih jarak ke rumah masih agak jauh. Sehingga dengan kesadaran penuh dia membelokkan kakinya ke tanah perkebunan yang ditumbuhi semak belukar. Terus berlari jauh ke depan, sampai tidak menyadari bahwa dia telah memasuki area hutan.

Agatha menengok ke balik bahunya. Serigala itu masih gigih mengejar. Agatha harus memutar otak untuk dapat lolos dari maut, sementara di sekitarnya hanya terdapat pepohonan tinggi yang rimbun.

Pohon?

Agatha berpikir serigala itu tidak mungkin bisa memanjat pohon, bukan? Maka dia merencakan penyelamatan dirinya dengan memanjat pohon meskipun kemampuan memanjatnya bisa dibilang tidak berpengalaman. Tapi apa boleh buat dalam keadaan terdesak begini.

Tiba-tiba sebongkah batu di depan kakinya langsung membuat Agatha ditarik gravitasi dengan keras ke tanah. Bruk! dan dia terjatuh sebelum sempat memilih pohon untuk dipanjat. Sial. Malam ini menjadi malam yang buruk sekali.

Agatha menoleh, dan ketika mengetahui serigala itu mendekat, matanya memelotot menyadari situasi yang sangat mengancam nyawa. Keempat kaki serigala itu berjalan selangkah demi selangkah memangkas jarak. Agatha harus bergegas bangun untuk berlari lagi! Namun, tubuhnya seakan tidak dapat bekerja sama dengan perintah otak. Rasa takut telah mengunci pergerakan fisiknya yang membuat Agatha hanya bisa gemetar tanpa mampu mengendalikan tubuhnya dengan benar.

Pada saat yang sama, sesuatu yang aneh terjadi di depan mata Agatha. Serigala putih berbulu halus itu berdiri dengan kedua kakinya dan wujudnya berubah perlahan menyerupai manusia. Mata Agatha terpaku menyaksikan keajaiban di depannya secara langsung. Sebuah momen langka, bahkan tidak bisa dikatakan ilusi saat terlihat sangat nyata tanpa efek kamera, sampai-sampai kedua mata Agatha tidak berkedip tanpa sadar.

Setelah memperhatikan perubahan serigala ke bentuk tubuh manusia, Agatha membuka mulutnya karena syok berat mengetahui jelmaan itu adalah seorang pria. Serigala putih -yang ternyata- seorang pria, berdiri dengan dua kaki telanjang. Mengenakan celana hitam yang tampak robek di ujung terbawahnya. Perut atletisnya terpampang di mata Agatha tanpa penghalang apapun. Memperlihatkan enam kotak yang liat dan keras. Seputih salju kulitnya yang mulus tanpa bulu. Dan yang paling berbahaya adalah jarak mereka, hanya tersisa satu meter dari Agatha yang masih tersungkur di tanah!

Tapi, sepertinya tidak terlalu berbahaya. Terutama ketika Agatha mengenali wajah pria bertelanjang dada itu. "Dokter Lean!" Entah mengapa melihatnya bukan orang asing, membuat Agatha merasa senang. Agatha bangun untuk duduk bersimpuh di tanah.

Lean mendengus dingin. Ada yang berbeda dari penampilannya. Tentunya bukan karena dia tidak mengenakan baju. Tetapi, pria itu tidak memakai kacamata kotaknya yang membuat wajahnya akan terlihat seperti orang cerdas.

Kemudian kedua kaki pria itu melangkah maju. "Apa kau tidak diberitahu? Khusus untuk dirimu, kau tidak diperbolehkan keluar rumah," kata Lean, dahinya mengerut dalam, menunjukkan ekspresi kesalnya. Dia berhenti menjulang di atas Agatha. Tatapan matanya yang menusuk dan raut wajahnya yang cemberut, kelihatan seperti sedang marah.

Tapi, marah kenapa? Agatha bertanya-tanya bingung. Lean terlihat seperti orang lain yang berbeda.

"Maka, jangan salahkan kami jika kau kenapa-kenapa karena kami," tambah Lean. Kata-katanya terdengar janggal untuk diterima akal bagi Agatha. Sedetik berikutnya Agatha tersentak paham. Namun dia terlambat untuk menyelamatkan diri, dan tangan dingin Lean sudah menahan pergelangan kakinya di sana.

Agatha tercekat. Matanya membelalak ketika wajah Lean semakin terlihat dekat. Lean merangkak mempersempit jarak mereka. Dia mendekatkan bibirnya di sisi telinga Agatha. "Malam ini adalah bulan purnama. Jika kau pernah membacanya di internet, harusnya kau sudah tahu apa yang akan terjadi kepadamu," bisik Lean diakhiri dengan menjilat daun telinga Agatha. Membuat Agatha menegang seperti patung yang bernyawa.

"Tolong biarkan aku pergi," ujar Agatha setelah menelan salivanya susah payah.

Namun, tubuh besar Lean kian menekan tubuhnya, membuat punggung Agatha berbaring ke tanah dan Lean mengendusi kulit lehernya sembari merambat turun perlahan.

"Kau memiliki aroma yang sangat memikat makhluk seperti kami," komentar Lean.

Dia mengangkat kaki Agatha dan mengendusnya persis seperti binatang. Hal itu membuat Agatha jadi merinding ketakutan. Pria itu terlihat seperti orang gila! Agatha harus pergi. Lean adalah orang yang sangat berbahaya!

"Di bagian ini tercium lebih enak," ujar Lean, lalu menjilat sisi jempol kaki Agatha -yang sandalnya sudah copot entah kemana. Pria itu kelihatan terobsesi dengan kakinya. Ini tidak bisa dibiarkan.

Lean tidak berhenti di sana. Mulutnya terbuka lebar, dan mata Agatha membeliak melihat gigi runcing Lean yang nampak dengan gigi hewan predator. Agatha seolah sudah dapat memprediksi, bahwa kemungkinan besar kakinya tidak akan selamat dari mulut Lean!

Hup!

Seketika Lean menggigitnya. Namun, yang didapat pria itu bukan kaki Agatha di dalam mulutnya, melainkan udara kosong tanpa rasa apapun. Lean melirik ke samping. Tatapan matanya menyorot tajam, berwarna kuning menyala bak lampu neon, dan dia pria yang tampak berbeda dari yang pernah Agatha lihat sewaktu di rumah sakit. Lean menjadi orang lain, atau memang itukah wajah aslinya?

Setelah dikejutkan dengan perubahan Lean, Agatha tersentak sadar dirinya telah selamat dari gigitan serigala jelmaan itu. Kejadian barusan terjadi sangat cepat, hanya seperkian detik tubuhnya terasa ditarik mundur oleh tangan seseorang dari belakang. Begitu dia menolehkan wajahnya, Agatha lagi-lagi dibuat tercengang ketika mendapati visual Niall.

"Niall?" Agatha tidak percaya pria narsis itu ada di sini. Keberadaan Niall di sini seolah sudah mengetahui kalau hal ini akan terjadi. Semua yang dialami Agatha, justru membuatnya pusing dan sulit untuk percaya.

"Lean yang kau lihat saat ini bukan Lean yang kau lihat seperti biasanya," kata Niall menjelaskan. "Dia telah dikuasai hasrat lapar insting serigalanya."

"Serigala .... Maksudmu dia werewolf?" kata Agatha setengah percaya.

"Ya. Aku yakin sebelumnya Calix sudah mengatakannya padamu kalau di dunia ini ada werewolf," ujar Niall.

"Calix?" Agatha mengulang nama itu dengan ekspresi heran. "Apakah kalian saling berhubungan?"

***

Secret Obsession Of Three Werewolf [Reverse Harem]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang