Agatha terdorong mundur hingga membentur dinding. Sebelumnya, Niall menarik Agatha tanpa permisi ke gang gelap, lalu sekarang pria itu malah bersikap kasar tanpa alasan. Agatha mendelik tidak suka.
"Hey! Apa-apaan kau ini!" seru Agatha marah. "Kalau semua penggemarmu tahu kau hanyalah preman jalanan, aku ragu apakah mereka masih akan mendukungmu."
Sangat mengejutkan bagi Agatha mendapat perlakuan kasar dari seorang artis terkenal dengan puluhan ribu penggemar. Namun sindiran pedas gadis itu sepertinya tidak didengarkan Niall yang mendesak maju. Niall kembali mengurung Agatha dengan tubuh besarnya.
Lingkungan yang sepi dan gelap membuat aksi Niall tidak akan terganggu oleh siapapun lagi. Tidak seperti saat pertemuan pertama mereka tadi, yang membuat Niall harus menahan keinginan terpendamnya terhadap Agatha. "Akhirnya hanya ada kita berdua di sini, nona Agatha," kata Niall menyeringai miring.
Agatha merasakan aura intimidasi yang kuat. Tubuhnya seakan mengecil dibawah tatapan tajam Niall. Insting alamiahnya mendesak Agatha untuk berlari dari pria ini sejauh mungkin. Namun Agatha sadar, tidak ada jalan keluar baginya ketika kedua lengan Niall memblokir di sisi kanan dan kiri.
"Apa yang kau inginkan?" ujar Agatha gemetar ketakutan.
"Apa kau tidak tahu? Aromamu lah yang menarikku seperti magnet," kata Niall. Tatapannya menggelap. Dia merunduk ke sisi kepala Agatha. "Kau sangat harum seperti kembang perawan yang memikat diriku," bisik Niall dengan suara serak. Embusan napasnya terasa hangat menyentuh daun telinga Agatha, yang seketika memberikan gelombang ke seluruh tubuhnya.
Agatha merinding. Bulu romanya meremang. Sejenak membuat Agatha terbuai, sebelum kewarasannya terjaga kembali dan menyadarkan dirinya terhadap bahaya pria ini. "Apa yang kau lakukan! Menjauhlah dariku!" Agatha mendorong dadanya sekuat tenaga. Upayanya berhasil membuat Niall terdorong menjauh dan hal itu dimanfaatkan Agatha dengan berlari.
Namun, bertepatan dengan satu langkah kakinya pergi, sebuah tangan mencengkram pergelangan tangannya cepat. Agatha semakin panik. "Lepaskan aku!" Suaranya meninggi. Sarat akan ketakutan sebagaimana ekspresinya saat ini.
"Dengarkan dulu sebentar," kata Niall penuh penekanan. Agatha tidak mau mendengarkan. Gadis itu memberontak, memutar-mutar tangannya saat berusaha melepaskan tangan Niall dari pergelangannya.
"Agatha, mulai besok malam, jangan keluar di waktu seperti ini. Karena besok akan terjadi bulan purnama. Tolong ingatlah baik-baik ini demi keselamatanmu. Karena kau mempunyai aroma tak biasa yang bisa memikat makhluk sepertiku," ujar Niall sedikit menjelaskan. Niall mengatakannya dengan wajah serius.
"Apa maksudmu? Kau pikir aku percaya?" elak Agatha. Atas sikap kasar Niall barusan, membuat Agatha tidak percaya dengan ucapan pria ini. Rasa takutnya terhadap Niall menjadi kabut yang menutupi otak Agatha untuk berpikir jernih. Sebab prioritas di benak Agatha hanyalah pergi jauh dengan selamat dari jangkauan Niall.
Tiba-tiba bunyi ponsel terdengar berasal dari Niall. "Itu terserah pada kau. Aku sudah mengingatkanmu. Jangan salahkan dirimu jika kau melanggar peringatanku," tegas Niall. Sorot matanya yang tajam, kata-kata bernada ancaman, semua itu terlihat seakan hal buruk akan terjadi pada Agatha bila mengabaikan perkataannya.
Agatha jadi gelisah antara harus percaya atau dianggap angin lalu. Pikirannya berputar dengan cepat. Lalu perlahan-lahan mata Agatha membulat ketika menyadari sesuatu.
"Apa kau orang yang sama yang datang ke toko buku hari itu?" Sebab ini sudah kedua kalinya dia mendapat peringatan yang mengancam seperti itu. Jadi Agatha pikir dua pria misterius yang bertemu dengannya hanya satu orang.
"Itu benar," tandas Niall pendek. Kemudian panggilan telepon itu dijawab olehnya.
Selagi Niall bicara dengan telepon, Agatha tampak melongo memperhatikan Niall dengan penuh tanya. Agatha bingung. Dia ingin bertanya mengapa dirinya harus mewaspadai jam tengah malam. Namun, Agatha menarik langkahnya mundur secara perlahan, menjaga jarak dari Niall. Karena menurutnya, yang harus dia waspadai bukan waktu akan tetapi pria ini. Agatha memutar tumit dan berlari tanpa ada penahanan lagi.
Sedangkan Niall hanya melirik punggung gadis itu dengan tatapan serius.
"Hoi, Niall! Apa kau mendengar manajermu bicara?" Teriakan pria baya di sambungan telepon seketika membuat Niall terlonjak kaget. Dia sontak menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Ah, tadi kau mengatakan apa? Okey, aku harus kembali. Aku dalam perjalanan. Jadi berhentilah meneriaki kupingku," keluh Niall sambil melenggang santai menuju mobil sportnya.
***
Agatha berbaring di kasurnya. Dia mengetikkan kalimat di keyboard laptop dalam laman pencarian. Lalu beberapa judul terpampang di layar. Agatha mencari tahu maksud perkataan Niall tadi. Sebenarnya ada apa dengan besok malam? Agatha pikir itu berkaitan dengan antariksa.
Apa hubungannya dirinya dengan bulan purnama?
Agatha meng-klik salah satu judul yang membahas tentang bulan purnama. Matanya bergerak cepat membaca deretan kalimat. Dahinya mengerut serius memahami setiap penjelasan yang tertera.
"Bulan purnama dapat memengaruhi kehidupan sebagian makhluk tertentu di bawahnya. Misalnya saja serigala. Bagi kelompok serigala, bulan purnama dapat membuat mereka bertindak lebih agresif dan liar. Biasanya serigala saat di bulan purnama akan menjadi haus darah dan membunuh mangsanya dua kali lipat dari biasanya."
Agatha merenungi bacaannya. Serigala? Dia memang tidak asing lagi dengan binatang buas itu yang akan selalu dikaitkan dengan sang rembulan seperti dalam novel fantasi. Sekali lagi kejadian Calix hari itu, serta peringatan dari Niall baru-baru ini membuat Agatha jadi curiga. Rasionalitas Agatha terus menampik dugaan tentang keberadaan nyata dari werewolf.
Pertanyaan muncul secara mutlak di atas kepalanya.
"Apakah ucapan Calix benar bahwa dirinya seorang werewolf? Kalau begitu, mengapa Niall juga seakan memberi isyarat yang serupa? Apakah keduanya saling terhubung? Tapi kenapa harus diberitahu kepadaku saja?"
Runtutan tanya memenuhi isi kepala Agatha saat ini. Dia tidak ingin percaya. Namun, kejadian demi kejadian yang dilaluinya seolah mendorong Agatha ke garis kebenaran. Sesuatu sedang disembunyikan dari dunia ini, dan Agatha adalah salah satu orang yang mengetahui rahasia dunia.
Agatha menelengkan kepala. Dia masih amat bingung, kali ini tentang dirinya sendiri. Mengapa mereka hanya mengincar dirinya seorang? Itulah hal utama lain yang ingin Agatha cari tahu sekarang.
Lelah. Agatha menutup laptopnya. Lebih baik dia tidur, lalu masalah ini akan berlalu seiring datangnya esok hari yang cerah.
***
Di kampus, Agatha tidak melihat keberadaan Aria. Agatha pikir gadis itu absen kelas karena ayahnya di rumah sakit. Mengingat hal itu, Agatha berinisiatif pergi menemui Aria untuk memberinya sedikit penghiburan sebagai sahabat baik.
Begitu kelas bubar, Agatha bergegas keluar dan berniat membeli buah tangan sebelum bertemu dengan Aria di rumah sakit. Hanya bermodalkan alamat dari pesan singkat Aria, Agatha menyusuri bangsal rumah sakit yang luas.
Kemudian dia berhenti di depan pintu rawat inap untuk mengecek nama yang tertera di papan samping pintu. Tempat ayah Aria dirawat itu berada di bangsal Anggrek nomor C 12. Setelah menemukan nama ayah gadis itu di papan nama, Agatha segera menggeser pintunya.
Kedatangannya lantas disadari seorang gadis di dalam ruangan. Dia menoleh lalu berdiri menyambut Agatha. "Kau datang?" kata Aria sedikit terkejut.
"Ya. Aku datang untuk menjenguk kondisi ayahmu," ujar Agatha.
Pria paruh baya yang berbaring lemah itu melirik pada Agatha. "Ya ampun, seharusnya kau tidak perlu repot-repot datang menemuiku. Aku baik-baik saja di sini," kata ayah Aria. Namanya Tom. Yang Agatha tahu, pekerjaan beliau adalah seorang inspektur yang bergerak dibidang keamanan masyarakat.
Keakraban keduanya membuktikan mereka sudah saling kenal sangat lama. Keramahan Tom yang menerima baik Agatha sebagai teman puterinya, membuat hubungan mereka menjadi seperti ayah dan anak.
"Kudengar semalam Aria meninggalkanmu sendirian di jalan? Kau begitu baik padanya, tapi dia berlaku egois padamu. Aku bangga padamu. Kau lebih dewasa ketimbang Aria yang manja ini," sindir Tom melirik puterinya.
"Ah, ayah!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Obsession Of Three Werewolf [Reverse Harem]
Wilkołaki[REVERSE HAREM] *Bukan reinkarnasi! *** Agatha tidak menduga pertemuannya dengan ketiga pria tampan itu akan membawa hidupnya pada pengalaman yang membakar jiwa. Agatha menjadi Luna terakhir dan satu-satunya untuk ketiga manusia serigala tersebut. T...