Bab 11 - Kebenaran

310 41 3
                                    

Agatha hanya bisa terbengong menyaksikan pertarungan hebat di depan matanya. Niall yang ternyata seorang werewolf juga, telah mengubah wujudnya menjadi serupa dengan Lean. Mereka berkelahi seperti perkelahian binatang.

Niall terlihat berusaha keras mengendalikan Lean. Serangan Lean lebih kuat darinya, dan Niall mengalami kesulitan untuk membalasnya, apalagi membuat Lean tertunduk di bawahnya. Hal tersebut dapat terlihat dari pertarungan mereka yang kurang seimbang. Sebab, berkali-kali Niall harus terlempar dengan keras, mendapat cakaran kaki Lean, hingga mereka berguling bersama di tanah yang kotor.

Kemudian mereka kembali bangun di atas empat kaki masing-masing, berhadapan dengan sengit, ekspresi wajah serigala putih itu belum menunjukkan tanda-tanda kesadaran Lean. Niall berpikir untuk mencari cara lain. Dia perlu bicara. Bicara dengan bahasa manusia, dan untuk dapat melakukannya dia harus mengubah wujudnya kembali menjadi manusia. Karena wujud binatang ini tidak bisa berbicara.

Namun, cara itu lumayan berisiko. Terutama karena Niall tidak memiliki kemampuan bertarung yang baik dalam tubuh manusia, jika saat itu Lean melompat menerkamnya nanti. Jika berpikir tubuh manusianya akan terluka hingga mengalami kecacatan, sementara dia seorang artis terkenal yang harus tampil sempurna, nyatanya Niall tidak mengkhawatirkan hal tersebut bila menimpa dirinya.

Sedangkan Agatha yang sedari tadi hanya menonton dengan tegang, hanya melihat dua serigala besar itu saling berhadapan tanpa ada yang bergerak lebih dulu. Warna bulu yang berbeda, membuat Agatha dapat mengetahui yang mana serigala Niall dan yang mana serigala Lean. Jika Lean memiliki bulu seputih salju, maka warna bulu Niall mirip seperti awan kelabu saat mendung.

Agatha sadar dan tahu bahwa selagi mereka saling berkelahi, itu adalah momen kesempatan baginya untuk kabur dan menyelamatkan diri ke kota yang ramai. Namun Agatha memilih mematung untuk merekam semua itu di dalam memori otaknya: sebuah kejadian yang sangat langka, serta sayang dilewatkan dengan kedua mata kepala sendiri.

Walau amat disayangkan pemandangan itu tidak dapat diabadikan dengan ponsel. Agatha tidak membawanya. Benda itu sempat dia letakkan di meja dapur sebelum pergi minimarket tadi.

Tiba-tiba serigala abu-abu menggeram. Dia seolah mengisyaratkan bahasa pada serigala putih. Kemudian serigala putih itu menerjangnya, dan Niall berhasil menahan kedua kaki depan lawan. Lalu, dengan sedikit tenaga dikerahkan lagi, Niall mendorong Lean dan membuat mereka jatuh berguling-guling beberapa meter dan berhenti di kejauhan sana.

Terlihat Niall berada di atas Lean. Serigala abu-abu itu menggeram di depan wajah Lean yang terdesak. Niall menahan leher serigala putih di bawahnya dengan kuat, tetapi berusaha tidak sampai mencekiknya, yang mana akan berakibat fatal. Entah apa yang dibicarakan Niall melalui bahasa serigala, ketika mata mereka saling bertatapan, semua isyarat Niall terpaku di mata Lean lalu perlahan-lahan dia merasakan pertahanan Lean mengendur.

Niall memperhatikan lebih detail lagi. Apakah Lean sudah kembali ke kesadarannya atau belum sama sekali. Niall mengujinya dengan melepaskan cengkeraman dari tubuh Lean. Dia mundur sedikit jauh, dan serigala putih itu beranjak bangun untuk berdiri dengan keempat kakinya. Tampak kelapanya menggeleng-geleng. Kemudian Lean meluruskan pandangannya, menatap serigala kelabu di depannya. Niall menunggu dengan was-was.

Perubahan wujud Lean mulai terbentuk menjadi manusia. Pria itu tampak berdiri dengan linglung. Tetapi hal seperti itu saja belum dapat Niall pastikan bahwa Lean benar-benar waras lagi. Hingga saat bibirnya bergerak mengatakan, "aku pikir seluruh tubuhku terasa sakit." --saat itulah Niall merasa lega. Lean bisa mengeluh, artinya dia sudah waras.

"Apakah aku melakukan sesuatu yang buruk?" tanya Lean ketika Niall mengubah wujudnya kembali ke bentuk manusia.

"Ya. Kau hampir melukai gadis bulan kita," jawab Niall melirik ke sudut matanya. Lean mengerling ke belakang tubuh Niall. Dapat dia temukan gadis itu berdiri mematung di sana dengan ekspresi terbengong sekaligus kaget tampak di wajahnya. Lean menghela napas.

Kemudian pria itu menarik langkah maju, berjalan melewati pundak Niall, mendekati Agatha di sana. Agatha spontan melangkah mundur. Hal itu membuat Lean tertegun dan berhenti di sejauh dua meter darinya. Raut wajah tampan yang lusuh Lean, tampak murung menatap Agatha dengan nanar.

"Apakah kau terluka?" tanya Lean.

Agatha menggeleng. Dia masih terlihat ketakutan pada Lean. Terbukti dari ketegangan di wajahnya, serta gestur tubuhnya yang menjaga jarak seperti membangun tembok pembatas di antara mereka.

Lean jadi sedih. "Maafkan aku. Aku telah hilang kendali saat itu, bahkan aku tidak dapat mengingat apa yang telah kulakukan padamu," ujar Lean dengan tulus.

"Kau tidak mengingatnya?" sahut Agatha bernada heran.

"Ya. Hampir setiap werewolf yang terkena efek bulan purnama, tidak akan ingat apa saja yang pernah dia lakukan sebelumnya," jelas Lean.

"Aku tidak mengerti, kejadian malam ini membuatku tidak bisa berpikir. Semua terlalu mengejutkan bagiku. Aku---aku---aku tidak---" Agatha menelan salivanya sejenak. "Mungkin aku percaya dengan keberadaan werewolf setelah melihat semuanya malam ini," desaunya menyerah. Agatha ingin menampik semua kenyataan itu, tapi sekali lagi, terlalu nyata untuk dianggap ilusi.

"Ya, ini adalah kenyataan. Kau tidak sedang bermimpi Agatha. Aku dan Niall, juga Calix adalah werewolf."

Agatha tersentak mendengar nama Calix disebut. Dia jadi teringat lagi dengan kata-kata Calix. "Apakah kalian berkomplot? Maksudku, kalian bertiga saling kenal?" kaget Agatha.

Bertepatan dengan berakhirnya kalimat tanya gadis itu, sebuah anak panah meluncur cepat ke sisi rambut Agatha dan menancap kuat pada batang pohon di belakangnya. Jaraknya tipis sekali untuk melukai wajah Agatha. Kontan saja membuat kedua pria serigala itu bereaksi cepat.

"Aku mencium para pemburu datang!" seru Niall. "Mereka sudah dekat dengan kita---"

"Cari serigala itu! Dia ada di sini!" Cahaya senter bergerak dari kejauhan sana. Bisa tamat jika kelompok pemburu itu mengetahui mereka di sini. Terlebih keamanan Agatha menjadi prioritas mereka.

Kedua pria itu tentu panik. Sedangkan Agatha hanya berdiri bingung bagaimana harus bereaksi. "Niall, bawa Agatha. Biar aku yang menahan mereka di sini!" usul Lean bicara dengan cepat.

"Naik ke punggungku, Agatha!" seru Niall. Sedetik kemudian wujudnya kembali ke bentuk serigala berukuran besarnya. Niall mengisyaratkan Agatha agar cepat duduk di punggungnya.

Lalu gadis itu bergegas melangkahi punggung besar yang berbulu, dan dalam sekejap Niall berlari jauh dengan kecepatan tinggi. Saking gesitnya Niall berlari, membuat Agatha harus berpegangan erat pada bulu-bulu Niall. Bulunya terasa sangat halus di kulit Agatha. Untuk terakhir kalinya, Agatha menoleh ke belakang dan melihat Lean yang sudah berubah menjadi serigala putih lagi.

Sedikit tidak dipungkiri, perasaan Agatha menyimpan simpati terhadap Lean. Beberapa menit lalu Lean baru saja kembali mendapatkan kewarasannya setelah Niall cukup bersusah payah menyadarkannya. Lalu sekarang, pria itu harus bertarung lagi sendirian, yang mana membuat Lean pasti dikeroyok mereka karena kalah jumlah.

"Apakah dokter Lean akan baik-baik saja?" cemas Agatha. Biarpun dia nyaris dilukai Lean, Agatha tidak bisa tidak khawatir pada pria dengan senyum manis itu.

***

Secret Obsession Of Three Werewolf [Reverse Harem]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang