Bab 16 - Jill

172 14 1
                                    

Suasana menjadi hening setelah pengakuan Tom. Seolah-olah pernyataan Tom barusan adalah sesuatu yang bersifat rahasia, sampai wajah mereka semua membeku tegang. Agatha lebih terkejut lagi ketika nama werewolf disebut olehnya. Sungguh dia tidak pernah menduga bahwa ayah Aria merupakan seorang pemburu jelmaan serigala. Hal ini tidak mungkin lepas dari sangkutan kepunahan werewolf seperti yang pernah diceritakan ketiga pria itu.

"Banyak orang yang tidak percaya dengan werewolf. Itu tidak masalah. Tapi bagi kami, mereka ada dan nyata. Kami juga bekerja secara legal, jadi kita tidak perlu menutupinya dari siapapun, bukan?" lanjut Tom memberi penjelasan.

"Aku percaya," tegas Agatha.

Justru reaksi wajah mereka semua terlihat tidak percaya.

"Aku percaya karena kalian yang mengatakan bahwa werewolf itu ada. Kalau tidak ada, mana mungkin kalian memburu werewolf bukan?" ucap Agatha meluruskan.

Kali ini ekspresi mereka sedikit lega. Perlahan-lahan mereka kembali rileks.

"Bagaimana menurutmu, Aria?" timpal Agatha. Sekarang dia malah melempar pertanyaan pada sahabatnya. Sehingga semua pasang mata tertuju pada Aria dan menunggu jawaban dengan cemas. Tante Miria tampak resah dalam diamnya. Khawatir jika puterinya salah bicara lalu mengakibatkan kekacauan dalam misi mereka.

"Yah, selama werewolf itu tidak melukaiku, aku tidak peduli mau mereka ada atau tidak di dunia ini. Toh mau setampan apapun seperti yang ada di film, tidak akan bisa mengalahkan ketampanan wajah Niall-ku!" Begitulah respon dari Aria yang agak melenceng dan membuat suasana sedikit mencair. Tampaknya Aria hanya memikirkan idolanya saja.

"Seharusnya hal ini dirahasiakan. Karena jika ada berita tentang werewolf menyebar, dikhawatirkan akan mengganggu kestabilan hidup masyarakat. Mereka akan panik dan takut. Bisakah Agatha menyimpan pembicaraan malam ini?" ujar Tom.

"Ya, tentu saja. Aku akan tutup mulut. Tidak ada gunanya bagiku untuk menyebarkan hal ini pada orang lain. Mereka hanya akan menganggapku berhalusinasi kebanyakan menonton film," sahut Agatha sambil mengangkat bahunya dengan acuh.

"Sebaiknya kita habiskan malam malamnya," kata Tante Maria menutup topik tersebut.

Hari semakin larut. Agatha masih di rumah Aria. Mereka masih bermain game PS 5 sambil duduk lesehan di depan televisi memegang stik game. Keduanya tampak heboh sendiri. Terutama Aria yang sangat bersemangat.

"Sial! Belok kiri, Agatha!"

"Jangan ke situ! Awas ada bahaya!"

"Itu ada troll!"

"Raksasa sialan!"

"Oh, Agatha .... Sekarang kita berhadapan menjadi lawan." Terlihat di layar televisi itu dua karakter saling berhadapan dan mereka tampak siap untuk menyerang satu sama lain sampai K.O.

"Apa kau siap untuk mati?" tanya Aria menyeringai.

"Aku tidak mahir memainkannya," keluh Agatha.

"Bagaimana kalau aku yang menggantikanmu berduel?"

Pria bernama Jill tiba-tiba mencampuri permainan mereka. Itu membuat Aria langsung menyambutnya dengan lirikan sinis. "Tidak perlu! Itu tidak adil lagi dalam permainan ini!" tolak Aria.

"Hey, itu juga tidak adil bagi Agatha. Dia masih pemula sedangkan kau sudah tua!" ledek Jill setengah bercanda.

"Apa!" Aria tidak bisa mengabaikan kata-kata itu. Dia tidak suka disebut tua. "Aku akan selamanya menjadi muda!" sanggahnya sengit menatap Jill.

"Kalau begitu biar aku ajarkan dulu pada Agatha. Kau mau kan aku ajarkan?" tanya Jill beralih menatap Agatha.

"Oh, ya. Boleh. Tolong ajarkan aku," ujar Agatha mengizinkan. Lantas membuat Jill segera duduk di belakang Agatha, kemudian memegang stik game yang sedang dipegang Agatha. Posisinya membuat Agatha tampak seperti sedang didekap dari belakang.

Agatha hanya diam. Sejenak dia merasa canggung terkurung dalam posisi ini. Sehingga dia dapat merasakan aura keberadaan Jill yang sangat besar di depan punggungnya. Namun, Agatha tidak menolak sikap Jill yang mendadak intens seperti ini. Karena sebagian besar fokusnya tertuju pada layar televisi. Dia memperhatikan cara Jill menggerakkan karakternya.

Jill memainkan game duel itu dengan sangat lihai melawan Aria. Pria ini juga sambil memberitahu langkah demi langkah bermainnya pada Agatha, dan mengabaikan omelan Aria yang terus memprotes aksi Jill.

"Dasar kau Jill! Aku hampir mati! Sialan!" geram Aria.

Sementara di ruang baca rumah itu, Tom dan Scott duduk berhadapan. Dua cangkir teh hangat tampak di meja bundar mereka. Samar-samar suara teriakan heboh anak-anak terdengar sampai ke ruangan itu. Membuat suasana rumah terasa lebih hidup.

"Bagaimana kau bisa bertemu dengan Agatha?" tanya Tom, memulai percakapan.

"Seperti yang dia ceritakan tadi. Saat itu aku sedang menjalankan misi. Aku menemukan serigala hitam itu berkeliaran di sekitar perumahan. Kami sempat bertarung beberapa saat, sebelum kemunculan Agatha tiba dan membuyarkan semuanya. Targetku pun lolos bersama serigala lainnya." Scott memberi keterangan sesuai yang dialaminya.

"Bagaimana menurutmu tentang dua serigala yang kau lihat?" tanya Tom lagi.

"Aku berpikir bahwa serigala putih itu bukan binatang biasa. Dia sama dengan serigala hitam yang sedang kuhadapi. Kemungkinan saat itu serigala hitam menjadikan serigala putih sebagai alasan untuk kabur dariku. Mereka bersekongkol, walaupun belum ada bukti yang bisa bicara." Scott mengerutkan keningnya saat mengingat kembali kejadian malam itu.

"Dan dari kejadian itu, kau bisa menambahkan serigala putih ke buku daftar, bukan?" sahut Tom.

"Ya. Tentu saja. Kemunculannya malah hanya membuat dia menjadi buronan kita," jawab Scott.

Tiba-tiba suara anak-anak terdengar lagi dari ruang tengah. Tom bangun untuk berdiri. "Lanjutkan pencarianmu," ujar Tom. Kemudian pria baya itu berjalan ke luar ruangan, menuju ruang televisi yang terang benderang.

"Kalau kau gerakkan tombol ini, maka lawanmu akan kebakaran jenggot seperti Aria," ujar Jill menunjukkannya. Jill menekan beberapa tombol, lalu sebuah tembakan besar meledakkan karakter Aria dalam game tersebut.

Akhirnya Aria game over, dan karakter Agatha menang dalam satu pukulan terakhir.

"Wah!!!" Agatha terpukau atas aksi Jill yang mahir.

"Sepertinya kalian seiring bermain bersama, ya? Apa kau selalu kalah dari Jill, Aria?" ujar Agatha sedikit meledek.

"Jill!! Kau sudah di banned untuk bermain game denganku!" tunjuk Aria pada wajah Jill sambil cemberut.

"Ini sudah larut. Apa kau mau diantar pulang?" tawa Jill mengacuhkan telunjuk Aria yang mengarah ke hidungnya.

"Itu benar kata Jill," sambung Tom yang kebetulan melewati mereka. "Jill antarkan Agatha ke rumahnya dengan selamat," perintah Tom. Pria baya itu tampak keluar dari ruangan lain bersama Scott. Mereka habis berbicara berdua di tempat lain. Pembicaraan antar orang dewasa seraya menikmati teh hangat.

Agatha melirik jam dinding. Jarum pendeknya menunjuk ke angka sebelas. Sedangkan jarum panjangnya berada di angka satu. Sudah jam sebelas malam lebih dia berada di rumah Aria selarut ini. Permainan yang mereka mainkan membuatnya tidak merasa telah menghabiskan waktu hampir tiga jam setelah makan malam.

"Okey!" Jill menyahut dengan riang.

"Baiklah, tolong antarkan aku ke rumah Jill," kata Agatha dengan sopan.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret Obsession Of Three Werewolf [Reverse Harem]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang