••••
Setelah menghabiskan waktu beberapa hari di rumah sakit, akhirnya hari ini Jillian keluar juga dari tempat membosankan itu. Saat ini mereka belum meninggalkan negara Mediterania itu dikarenakan ada beberapa hal yang harus Kay urus.
Jillian berdiri di depan cermin seraya memperhatikan tangannya yang masih terbalut perban. Meskipun pergerakannya sedikit terbatas tapi dia tidak terlalu mempermasalahkannya. Dia tidak ingin menjadi perempuan manja hanya karena hal itu.
Keluar dari kamar mandi seraya mengencangkan handuk yang membalut tubuhnya. Jillian lupa membawa pakaian ganti jadi seperti inilah akibatnya. Untung saja Kay sedang keluar dari tadi malam dan belum kembali hingga pagi ini jadi Jillian bisa bergerak leluasa. Tapi tunggu, kenapa juga harus malu toh Kay juga sudah melihat semuanya.
Tanpa terkecuali.
Karena tidak berencana kemana-mana, Jillian memilih kaus pendek berwarna hitam dan juga celana hotpants sebagai pilihannya. Dia keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur karena perutnya meronta ingin diisi.
“Semoga saja ada makanan yang bisa aku makan.” Harap Jillian sesaat sebelum masuk ke dapur.
Jillian menghembuskan nafasnya lega ketika mendapati roti dan juga selai nanas ada di atas meja pantry. Mengambil dua lembar roti kemudian dia oleskan selai di atasnya. Setidaknya memakan ini akan mengganjal perutnya.
Melangkahkan kakinya menuju balkon untuk menikmati pemandangan kota di pagi hari yang masih sejuk seraya memakan rotinya. Jillian menghempaskan tubuhnya di atas beanbag. Pemandangan dari atas sini sangatlah bagus, rasa kagum yang dia ucapkan bahkan tidak berhenti.
Bangunan-bangunan pencakar langit bisa dilihat langsung di depannya. Dengan segala macam bentuk seolah berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik.
Mendengar bunyi pintu di buka membuat Jillian bangkit dari posisi tidurannya dan masuk ke dalam. Ternyata Kay sudah kembali membuatnya tersenyum dengan canggung. Entahlah, Jillian masih tidak tahu harus bersikap bagaimana setelah kejadian itu. Dia akan berbicara jika Kay bertanya saja, selebihnya dia akan diam.
Melihat Kay memasuki kamar tanpa menoleh sedikitpun kearahnya membuat Jillian berjalan kembali menuju balkon dan duduk lagi di sana seraya memejamkan matanya.
Kay keluar setelah membersihkan dirinya dan berjalan ke tempat dimana Jillian berada. Kay menarik bahu Jillian hingga berdiri kemudian menghempaskan tubuhnya dengan menarik pinggang wanitanya hingga berada di atas pangkuannya.
Jillian menahan nafasnya ketika Kay bertindak tiba-tiba seperti ini. Bahkan jantungnya berdetak dengan kencang. Tindakan Kay sungguh tidak terduga.
“Bernafas lah.” Spontan Jillian melakukannya. Tapi bau tubuh Kay malah membuatnya merasa hilang akal. Apalagi ketika menyadari jika pria yang ada di bawahnya tidak mengenakan atasan hingga dia bisa menyentuh kulitnya secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
LABYRINTHINE [Editing]
RomanceBertahan atau menyerah? Hanya dua kemungkinan itu yang bisa Jillian pilih. ❗ D A R K R O M A N C E 21+ Kedatangannya ke Indonesia membuat seorang Kay Cyrano Agesislou, pemilik perusahaan pelayaran terbesar di Yunani terobsesi terhadap seorang g...