•Desa Pertiwi / 2•

330 57 3
                                    

"Izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Djoeanda, kerap dipanggil Wanda. Dan saya adalah kepala desa di Pertiwi Hijau"

"Oh... Kades, toh" Batin Indo dengan sedikit menganggukkan kepalanya pelan.

Pak Wanda menuntun ronbongan menuju kesebuah penginapan yang terbilang agak lebih besar dari penginapan yang lainnya. Namun, Indo yang di posisi paling belakang malah diam tak berkutik sama sekali dari tempatnya berdiri. Pandangannya terpaku pada akhir pemukiman tersebut yang merupakan hutan belantara. Hutan yang akan membawanya menemukan sebuah bangunan megah yang terletak jauh di atas gunung tersebut juga. (Untuk memperjelas, Pertiwi Hijau itu letaknya ditengah gunung ya.. yang di puncak gunung itu bangunan yang aku bilang ini. Tapi tetap tertutup hutan. Paham ga sieh? 🗿)

Sepasang cahaya hijau seakan-akan mengintai mereka dari dalam hutan yang gelap tersebut. Semakin lama Indo menatapnya, semakin kuat juga Indo merasakan keberadaan sebuah makhluk di sana. Belum lagi dengan suara dan bisikan-bisikan halus yang begitu terasa dan mencekam. Itu membuat Indo seakan-akan ia terhipnotis oleh cahaya itu.

'Indo...'

'Indonesia...'

"INDO!"

"HAH?!" Terlepas dari khayalannya karena sebuah panggilan serta bisikan halus itu, cahaya tersebut pun ikut menghilang di gelapnya hutan belantara.

"Kak, sini cepetan!" Indo menoleh ke sumber suara. Dapat ia tebak bahwa Brunei dan Singa sengaja memisahkan diri dari rombongan agar Indo tidak terpisah sendiri nantinya. Hilang kan gak lucu!

"Ah iya, maaf" Indo menyempatkan diri untuk melihat kembali hutan tersebut.

...

Tidak ada apa-apa.

Indo memegang tengkuknya yang terasa dingin. 'Mungkin halusinasi'. Dengan cepat, Indo menyusul kedua saudara angkatnya yang telah menunggu dirinya sedaritadi.

"Kenapa, kak?" Indo hanya menggeleng dan tersenyum kepada Brunei. "Bukan apa-apa" Jawabnya. Brunei hanya mengangguk mengiyakan. Tetapi, tidak dengan Singa. Ia menatap Indo dengan tatapan yang... Uh... Sulit diartikan. (Hayoo 🗿)
.
.
.
.

Tepat disaat mereka menjauh, sepasang cahaya hijau tadi kembali muncul. Itu bukan sembarang cahaya. Itu adalah sepasang bola mata milik seorang pria dengan jubah hitam berlambang sebuah kerajaan yang pernah agung pada masanya.
.
.
.
.
.
.

"Ketemu kau. Aku pikir dia berbohong tentang kembalinya dirimu kesini. Kupastikan akan kubawa kau pulang kembali, wahai Adikku" . Ujarnya kemudian menyeringai dalam gelapnya hutan.

🍂🍂🍂

[05:12]PM 🌇

Setelah acara bersih-bersih, mereka diajak berkumpul oleh pak Wanda untuk diberi beberapa informasi mengenai Nusantara ini. Mereka duduk melingkar diruang tengah penginapan. Ditemani dengan beberapa camilan serta teh asli Nusantara yang sebelumnya telah dibawakan oleh Japan dan N.K.

"Diam dan dengarkan. Ini akan sangat penting dan berguna untuk kalian. Tanyakan jika kalian kurang mengerti." Ucap Pak Wanda dengan mimik wajah serius yang membuat seisi ruangan merinding, seakan-akan Pak Wanda ingin memberi tahu betapa horornya para rakyat yang anti dengan tikus politikus 🗿 (canda)

Pak Wanda tampak menghela napas sejenak. "Karena waktu sudah memulai fase dimana manusia dianjurkan untuk tidak keluar, maka saya hanya akan membahas tentang nama daerah dan beberapa peraturan disini." Semua tampak fokus mendengarkan. Tapi tidak dengan Malay, Philip, Viet, Ame dan Neth yang mulai sibuk dengan sendirinya.

Nusantara//-CH-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang