•Keluarga Kerajaan•

427 50 4
                                    

[08:45] AM 🌄

Pagi yang cerah setelah badai hujan selama semalaman penuh dan baru berhenti sekitar pukul 04:31 dini hari. Udara pegunungan yang khas, burung-burung berkicauan dan para warga yang mulai beraktivitas sudah menyambut pagi ini.

'Sluurrp'

"Enak banget ya kelihatannya?" Indo terkekeh pelan mendengarnya. Ia menatap orang yang duduk disebelahnya. Mereka hanya dibatasi oleh sebuah meja kecil dari rotan. "Minum teh pagi-pagi gini memang enak, pak" yang diajak bicara hanya mengangguk mengiyakan.

"Pak UN mau?" Indo menawarkan teh yang ia pegang kepada kepala sekolahnya itu. UN menggeleng sebagai jawaban.

"Tidak. Terimakasih"

UN dan Indonesia kembali melanjutkan aktivitas mereka masing-masing di depan teras penginapan tersebut. Tak lupa ditemani oleh beberapa camilan dan dua cangkir teh melati hangat yang sengaja Indo siapkan untuk mereka berdua agar tidak terlalu canggung.

Tiba-tiba saja, seseorang datang menghampiri mereka. "Selamat pagi, tuan UN dan tuan Indonesia"

Indo menatap orang tersebut lalu membalas sapaannya sambil tersenyum. "Selamat pagi juga, Pak Wanda"

UN mengambil secangkir Teh yang sudah disiapkan Indo dan menyeruputnya perlahan. "Apa yang membuat anda kemari?" Tanya UN yang dibalas senyum simpul oleh sang empu.

"Saya ingin mengajak anda semua untuk sarapan di kediaman saya jika tidak keberatan. Sebagai pemimpin apakah anda mengizinkannya, tuan UN?"

Bukannya menjawab, UN malah menoleh kearah Indo untuk meminta pendapat dari remaja itu. Indo yang sedang meminum teh miliknya langsung terbatuk dengan reflek.

'Uhuk!' - Indo

"..." - UN & Pak Wanda

"Apa?!" - Indo

"Pendapatmu?" - UN

"Terserah saja" -Indo

"Hah? Makan?!" -?

Semua terdiam. Pandangan ketiganya tertuju ke arah pintu. Terlihatlah seluruh penghuni penginapan tak terkecuali kedua organisasi lainnya yang berkumpul hingga menutupi pintu dan jendela. Sepertinya mereka menguping pembicaraan.

"Sejak kapan kalian berdiri disana?" Tanya UN dengan nada mengintimidasi.

"Hehe, barusan" Jawab Malay dan Phil cengengesan dengan Watados. UN lalu menatap mereka datar.

"Yuk, pak. Saya lapar" Tanpa mereka sadari, personifikasi negara Binneka Tunggal Ika itu sudah berjalan cukup jauh meninggalkan penginapan.

"IKUUUTT!!" Semuanya menyerbu menyusul Indo sedangkan UN hanya speechless dibuatnya.

"Saya mewakilkan kata Maaf atas kelakuan monyet-monyet saya" Tutur UN pada pak Wanda. Sedangkan pak Wanda hanya tersenyum canggung sambil mengangguk.

🍂🍂🍂

[Kediaman Pak Wanda]

"Sumpah demi apa? Ini enak banget!"

"Iya. Ini namanya apa, Pak?"

 Ini namanya apa, Pak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nusantara//-CH-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang