NESSANDHYA 04 - PERASAAN YANG MASIH ABU-ABU

4 1 0
                                    

Yuk di follow dulu biar gak ketinggalan update nya... Setiap update aku umumin di wall yaa...

Sebelum baca biasakan vote dulu yuk setelah itu sambil baca ramaikan kolom komentar tiap paragraf nya yaa...

Hargai penulis dengan memberikan vote dan ramaikan kolom komentar nya karena dengan hal itu membuatnya merasa berarti dan berharga serta bersemangat tentunya.

Yuk bantu share dan rekomendasikan ke teman-teman dan sosmed kalian juga yaa biar makin rame yang baca kisah ini...

Terimakasih 🙏

Enjoy for reading 😊

***






Pagi hari kembali menyapa dengan rinai hujan yang membasahi bumi membuat banyak sebagian orang kembali meringkuk menyelimuti diri namun, sebagian lagi tetap beraktivitas seperti biasa tanpa merasa terganggu.

Tepat pukul 05:00 pagi Gunandhya bangun dari tidurnya dan bergegas membersihkan diri bukan mandi karena remaja lelaki itu hanya menggosok gigi sambil membasahi rambutnya agar nampak segar kemudian memakai seragam sekolahnya di hari Rabu yakni seragam batik abu bermotif putih dipadukan celana berbahan kain berwarna hitam.

Di saat semua penghuni rumah masih tertidur Gunandhya bangun pagi-pagi sekali karena ia termasuk malas bergabung di meja sarapan yang menurutnya memuakkan saja.

"Gunandhya," Samuel sang Papi berhasil menghentikan langkah si bungsu yang mengendap-endap layaknya tikus menuruni tangga.

Gunandhya menoleh.

Samuel mengeluarkan dompet dari saku celananya kemudian memberikan dua puluh lembar uang lima ribuan, itu artinya sang Papi memberikan uang jajan sebesar seratus ribu. "Buat jajan di sekolah,"

"Tapi," protes Gunandhya. Remaja itu tahu bahwa keuangan keluarganya sedang dalam masalah.

"Gak papa itu buat kamu, jangan sampai ketahuan Mami kamu ya kalau Papi udah kasi," Samuel berucap pelan sambil tersenyum.

Gunandhya termasuk anak yang paling pengertian tidak seperti Bram anak keduanya yang selalu minta uang saja untuk foya-foya berbeda lagi dengan Hainan yang justru di Singapura yang kuliah juga mengambil pekerjaan paruh waktu.

Gunandhya bahkan tak pernah meminta uang sepeser pun dari kedua orangtuanya bahkan kalau Fenti memberikannya uang padanya, itu akan dicatat oleh Fenti apa saja yang sudah dimakan dan diminum anak-anaknya kemudian ketika anak-anaknya sudah dewasa akan ditagihnya kembali totalan biaya hidup selama ini.

Katanya sudah seharusnya saat dewasa nanti para anak-anak yang akan ganti rugi biaya hidup selama ini.

Jadi selain makan, minum dan sekolah Gunandhya tidak ingin meminta uang jajan lagi karena saat dewasa nanti ia akan membayarnya.

"Makasih Pi, aku berangkat dulu." Pamit Gunandhya acuh tak acuh menuruni tangga.

"Kamu gak papa pake sepeda nak?" Tanya Samuel berhasil membuat langkah Gunandhya berhenti kemudian menoleh.

"Aku gak mau banyak hutang sama Papi dan Mami saat dewasa nanti aku tetap harus bayar biaya hidup aku selama ini kan?" Gunandhya kemudian menuruni tangga.

"Ko Hainan semalam kembali ke Singapura, dia mau pamit sama kamu tapi kamu semalam masih belum pulang jadinya, dia titip ke Papi kunci Vespa yang dia beli katanya buat kamu." Ucap Samuel kemudian menghampiri si bungsu dan memberikan kunci Vespa itu.

NESSANDHYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang