makan. - 2

128 13 2
                                    

Yoshida tidak bisa berkata banyak terhadap balasan Denji yang dinilainya cukup enteng untuk dikatakan. Namun begitu harapan yang ia langitkan telah terkabul, mana mungkin Yoshida membiarkannya lepas begitu saja?

"...Gak boleh ditarik lagi ya." Yoshida kembali mencoba untuk meyakinkan Denji atas pernyataan si empunya nama itu.

"Iya." Denji memantapkan hatinya. Matanya sayu karena lelah akan tugas kelompok yang lagi lagi menyita waktunya sepulang sekolah. Namun dibalik lelahnya itu, maniknya seolah berteriak penasaran dan antusias akan apa yang bisa saja terjadi besok.

Yoshida menyadari hal itu. Detail terkecil darinya pun, Yoshida dapat melihatnya. Entah mengapa, ia menemukan nyaman setiap kali berada dekat dengan lelaki pirang tersebut.

Perbincangan mereka saat itu berakhir setelah handphone milik si pirang berdering, beserta beberapa pesan yang masuk. Rupanya, anggota kelompok Denji sudah menunggunya sedari tadi. Denji berpamitan kepada Yoshida, dan mereka berpisah.

Sekarang, Yoshida tertidur diatas kasurnya yang leluasa, dengan selimut yang menutupi ujung kaki sampai dada. Lampu kamarnya sudah mati, dan waktu tidurnya sudah lewat sejak beberapa jam yang lalu.

Matanya masih terbuka lebar dan hatinya gugup. Biasanya, Yoshida memang sulit untuk tidur tepat waktu. Itu adalah hal kecil yang selalu menjadi bagian dari dirinya. Ia terlalu sibuk memikirkan banyaknya skenario yang mungkin akan terjadi besok, dan biasanya rasa kantuk akan menerjang dengan sendirinya.

Namun kali ini, ia benar benar merasa seperti tidak bisa tertidur. Ia membenci rasa tidak nyaman karena tidak dapat menemukan jawaban yang dipertanyakan oleh otaknya. Biasanya jika sudah seperti ini, ia akan mendapatkan jawabannya melalui mesin pencari. Tapi setelah ia pikir kembali, 'bukankah lebih logis untuk menanyakan hal ini kepada orang yang sudah pernah mengalaminya?'

"Mbak Fami."

Gadis yang kala itu tengah menonton televisi, seketika menjatuhkan mangkuk berisikan popcorn yang ia pegang. Ia langsung memutar kepalanya, menghadap kebelakang untuk melihat siapa yang baru saja menepuk pundaknya.

Setelah melihat penampakan seorang lelaki yang umurnya tidak terpaut jauh darinya, gadis yang akrab dipanggil Fami itu menghembuskan nafas berat. Ia merasa kesal, pasalnya Yoshida mengganggu ritual makan-sambil-nonton yang selalu ia lakukan setiap malam. Belum lagi, kini popcorn kesayangannya sudah terjatuh kelantai.

"Mbak Fami pernah pacaran?" Tanya Yoshida tanpa memperhatikan mood lawan bicaranya terlebih dahulu. Ia memiliki prioritas yang lebih penting daripada popcorn hangat yang baru saja terjatuh dari pangkuan kakak sepupunya.

Setelah mendengar pertanyaan itu, Fami kaget untuk yang kedua kalinya hari ini.

Yoshida? bertanya tentang asmara? aneh.

"Hah?"

"Mbak Fami pernah pacaran?" Yoshida kembali mengulang pertanyaannya.

Fami bukannya tidak dengar, tetapi tidak menyangka pertanyaan yang Yoshida tanyakan kepadanya. Matanya terbelalak, dan mulutnya terbuka karena tidak percaya.

"Pernah. Kenapa Fum?" Bohong gadis dengan surai merah muda keabuan itu. Ia hanya penasaran apa yang sebenarnya dimaksud oleh Yoshida dari pertanyaan absurd-nya itu.

"Fumi mau nanya mbak, biasanya kalo pacaran ngapain aja?" Lanjutnya.

Fami merasa aneh dengan apa yang terjadi hari ini. Ia merasa, sepertinya matahari akan terbit dari barat besok.

"P-paling tuker pesan aja.. Kayak 'udah makan belum? atau.. 'lagi ngapain?'." Fami sama sekali tidak tahu apa yang biasa nya orang lakukan saat berpacaran. Tentu saja, ia sama sekali tidak pernah berada di dalam suatu hubungan romantis. Ia hanya mengatakan apa yang diketahuinya saja.

Namun sepertinya Yoshida tetap menerima bohongnya dengan wajah polos seakan akan ia menerima suatu pengetahuan baru yang tidak diajarkan disekolah.

Setelah berterimakasih atas saran kakak sepupunya, Yoshida bergegas untuk kembali keatas, menuju kamarnya dan menyalakan handphone-nya. Ia mengetikkan sesuatu untuk dikirim kepada Denji, lalu terdiam sebentar setelah pesan itu terkirim.

You
den, udah makan belum?

Disisi lain, Denji yang sedang sibuknya menonton video dokumentasi Penguin, tiba tiba terkesiap setelah melihat notifikasi chat dari Yoshida. Yang tidak lain sudah menjadi pacarnya sejak beberapa jam yang lalu.

Alis matanya terpaut, bibirnya terangkat keatas setelah membaca chat dari Yoshida. Ia mengetikkan sesuatu di handphonenya, lalu mengirimkan pesan tersebut kepada Yoshida sebagai balasan.

Yoshida yang menerima pesan Denji malah menjadi tenggelam dalam bingung.

Denji :]
blm, 5 jm lagi.

'Kenapa 5 jam lagi?' Yoshida merasa jawaban Denji kelewat aneh untuk ia terima.

Ia berlari kebawah, dengan handphonenya yang masih setia ia genggam.

"Mbak Fami."

Kali ini, Fami tersedak oleh air mineral yang tengah ia minum. Hari ini memang penuh kejutan, pikirnya. Ia langsung menengok kearah sumber suara, dan kembali melihat Yoshida berdiri dibelakangnya, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lantaran bingung atas jawaban yang diberikan sang pacar.

"Apa lagi sih?"

"Kalo pacar mbak disuruh makan, terus dia jawab 'belum, 5 jam lagi', mbak balesnya gimana?"

Fami mengernyitkan alisnya.
"Suruh makan sekarang, biar gak sakit..?"

Yoshida sepertinya merasa cukup puas dengan jawaban dari Fami. Ia kembali naik keatas selagi mengetikkan sesuatu di handphonenya.

You
Makan dong

Setelah pesan tersebut terkirim, Denji kembali dibuat speechless olehnya.

Denji :]
ini jam 1 pagi anjing 😡.

april ; yoshiden.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang