date - 3

15 1 0
                                    

Akhir-akhir ini, Yoshida selalu terlihat aneh. Bukan berarti sebelumnya ia terlihat normal. Hanya saja, Yoshida menjadi semakin aneh, lebih aneh dari biasanya. Di meja makan, di depan televisi yang sedang menyala, bahkan  saat sedang menyapu dan mencuci piring, tangannya sama sekali tidak lepas dari handphone miliknya itu. Bahkan sekarang, Ia terlihat sangat gelisah karena baterai handphonenya habis dan sedang dicas.

"Mbak, kalau ada notif dari hp Fumi kabarin ya mbak."

Fami melirik kearah Yoshida dengan tatapan keberatan. "Dek Fumi bawa aja deh casannya, jangan di kamar mbak. Udah berapa kali ini bolak balik kamar?"

"Stop kontak Fumi kan lagi rusak mbak."

Fami menghembuskan nafas panjang. Dengan setengah hati ia berkata, "Yaudah, sana. Nanti mbak kabarin kalo ada notif. Kamar mbak ditutup ya, jangan diablak."

Yoshida mengangguk, menutup kamar Fami dengan perlahan dan menjauh.

3 menit berlalu dengan damai. Fami tengah menonton acara mukbang favoritnya dengan beberapa snack yang diletakkan rapih diatas meja. Notifikasi handphone Yoshida tidak terdengar sama sekali.

Klak-

"Mbak, belum ada notif?"

Fami kehilangan hitungannya. Sudah sekitar 2^3 kali sejak Yoshida bolak-balik membuka dan menutup pintu kamarnya demi mengecek notifikasi dari handphonenya yang tidak kunjung datang.

"Fumi, mbak capek. Mending dicabut aja deh casan hp-nya. Sana tungguin notifikasi pacarmu diluar kamar mbak."

Yoshida terdiam. Kaget, ia sedikit membuka mulutnya. "Mbak, Fumi ga pacaran yang aneh-aneh kok." Keringat dingin jatuh dari pelipisnya. Sebenarnya, ia tidak diperbolehkan untuk berpacaran oleh sang ayah. Jika kabar ini sampai pada ayahnya itu, mungkin saja Yoshida akan disuruh untuk memutuskan hubungannya dengan Denji yang belum genap seminggu. Hal itu tidak boleh terjadi.

Yoshida telah menunggu 4 tahun lamanya. Ia tidak akan mempersilahkan sang ayah untuk merusak hubungannya begitu saja.

Fami terbelalak. Ia hanya bercanda. Sungguh, Yoshida memiliki pacar atau tidak bukanlah urusannya. Ia hanya berniat untuk sedikit menjahili Yoshida lantaran kesal waktu sendiri-nya diganggu sekitar 8 kali. Ia pikir, Yoshida sedang menunggu notifikasi revisi proposal atau apapun itu, mengingat adik sepupunya itu seringkali sibuk dengan urusan organisasi disekolah.

"Fumi.. beneran punya pacar?"

Apakah matahari sungguh akan terbit dari barat besok?

Diingat-ingat lagi, Fumi sempat menanyakan hal yang aneh beberapa hari yang lalu.

"Mbak.." Yoshida menghela nafas berat. Wajahnya seperti khawatir dan panik.

"Jangan bilang sama ayah, mbak."

Fami menutup mulutnya tidak percaya. Adik sepupunya yang terlalu fokus dengan nilai? Adik sepupunya yang tidak pernah menonton film romansa sekalipun? Adik sepupunya yang terlalu kaku dan tegas itu?

Yoshida Hirofumi yang itu?

"Enggak. Mbak kaget aja.. wow.. selamat ya Fum.."

"Makasih mbak." Jawab Yoshida. Selagi ia terkekeh canggung, ia menatap lurus kearah Fami seolah berkata 'Jangan bilang-bilang ya mbak..'

Yoshida berjalan pelan dan ragu menghampiri handphonenya. Seketika, sebuah notifikasi masuk. Ia langsung mencabut casan dan bergegas keluar kamar setelah membungkuk 90 derajat untuk menyampaikan terimakasihnya kepada Fami.

Fami berdiri canggung selama beberapa menit disamping kasurnya setelah itu.

You
Denji sudah makan?
Denji lihat ini 🤣🤣 https://vt.tiktok.com/SJWJWEHk
Denji pr matematika sudah? Besok dikumpul, mau vc?
Biar aku ajarin 👍
Denji tidur ya 😔😔

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

april ; yoshiden.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang