A teen fiction story by winnie :
Don't forget to follow, vote, and comment!
Because it means a lot to me ( ◜‿◝ )♡
Enjoy the story!
Happy Reading!
****
Bel pulang sudah berbunyi dari lima menit yang lalu. Sebagian murid menanti-nanti momen itu setelah berjam-jam harus menghabiskan waktu di kelas untuk belajar yang mungkin terasa membosankan bagi sebagian murid yang malas, atau hobi tidur di kelas. Contohnya seperti Kathleen yang keblablasan tidur ketika Bu Ajeng — yakni Guru Fisika mereka sedang menjelaskan di depan di detik-detik sebelum pulang.
Alhasil, Kathleen di tunjuk maju ke depan untuk menjelaskan ulang materi yang baru saja Bu Ajeng sampaikan.
Untungnya, Kathleen lumayan menyimak di awal-awal materi. Jadi, mentalnya sedikit terselamatkan.
"Prffttt — orang gila mana? Orang gila mana yang ngakunya udah move on, tapi masih suka lihatin room chat mantan hts?!" sindir Jennifer pada Alexa yang kepergok membaca room chat-nya dengan sang mantan HTS. Gadis itu refleks mematikan ponselnya.
"Ck. Apa sih lo? Gak jelas!"
Meira mengerutkan alisnya. "Al, lo masih gamonin anak teknik itu?" tanya Meira.
Alexa menggeleng. "Enggak, ya! Ngaco!"
"Aduh, Al. Gamon kok sama HTS-an?" celetuk Jennifer, membuat Alexa kesal karena Jennifer terus menyindirnya.
Fyi, Alexa dulu sempat dekat dengan anak teknik. Namun, mereka kini lost contact karena Alexa menemukan fakta bahwa si anak teknik itu hanya menjadikannya bahan mainan. Semenjak saat itu, semuanya langsung berubah. Keduanya asing, seakan tak pernah tertawa bersama.
"Bacot! Mending gue balik, bye!" pamit Alexa, menahan rasa malu dan kesal yang bercampur jadi satu.
"Ih, parah lo Jen! Ngambek tuh anak orang," ucap Meira. Jennifer hanya tertawa melihat wajah pias Alexa yang sudah pergi.
"Eh, Jen! Lo jadi pulang bareng gue, nggak? Gue tinggal nih!" ancam Kathleen.
"Jadi dong! Udah, ya. Gue duluan sama Kathleen. Bye!" pamit Jennifer.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARLON : So Into You
Teen Fiction"We are just friends!" "But friends don't taste your lips. Right, Bunny?" -Marlon *** Marlon Jayden Smith. Sosok laki-laki ambisius yang begitu terobsesi pada Meira, sahabatnya. Munafik jika laki-laki itu mengatakan bahwa dia tidak tertarik pada Mei...