O1

39 6 0
                                    

Bagian 1 ||
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
- s t k y t -

            PEPERANGAN, kematian, kemalangan, mengisi emosi di negeri yang sebagian dirundung duka dan sebagian kebahagian meliputi. Kemenangan yang dibawa oleh pasukan Joseon membawa rasa senang, namun dalam harap-harap cemas beberapa orang menunggu untuk melihat keadaan keluarga mereka yang mengikuti perang tersebut.

            Dan tangis tumpah meruah tatkala mengetahui bahwa orang yang mereka sayangi sudah tidak dapat mereka lihat kembali. Perpisahan dalam beberapa patah kata serta pelukan hangat itu kini menjadi dingin merelung tulang.

            Sorak-sorai yang mengumandangkan bahwa pasukan Joseon memenangkan peperangan tidaklah menghibur kemalangan yang mereka terima. Rasa-rasanya mereka akan memilih untuk membiarkan sebagian wilayah diambil alih agar tidak terpisah dengan keluarga masing-masing.

            Dalam jelaga hitam pekat semuanya terekam jelas. Remasannya pada tali kekang kuda menguat. Haru biru yang selalu menyapa tiap kali ia melangkah memasuki keramaian selalu mengusik diri, membuat dada sesak juga tenggorokan tercekat. Ia ingin menyudahi semuanya. Kemalangan atas negaranya, pun kemalangan mengenai dirinya.

            "Yang Mulia Raja tiba!"

            Teriakan dari kasim yang memberikan kabar bahwa raja Joseon datang menariknya dari pikiran sendiri. Sontak tubuhnya membungkuk memberi hormat pada sosok berjubah merah yang memasuki aula utama.

            Sapaan dari para menteri serta pejabat yang berada di dalam aula terdengar menggema. "Hormat kami, Yang Mulia."

            "Putra Mahkota."

            Panggilan dari seseorang yang ia kenali mengalihkan perhatiannya kembali dari mendengarkan laporan para menteri mengenai keadaan negara di dalam aula. Menoleh melihat pria berpakaian hijau serta topi hitam menutupi kepala sudah berada di hadapan bersama napas terengahnya.

            "Jintae," panggilnya.

            "Mengapa Anda tidak beristirahat sebentar? Anda barulah sampai."

            Kepala Juyeon menggeleng. "Aku harus melaporkan mengenai apa yang sudah para rakyatku, prajurit kerajaan, serta para jenderal lakukan."

            Jintae menghela napas pelan. "Menteri pertahanan akan memberikan kabar tersebut kepada Yang Mulia Raja."

            "Namun tidak untuk kompensasi yang aku ajukan untuk rakyatku yang kehilangan keluarga mereka dalam peperangan ini." Kedua tangan Juyeon mengepal. Ingatan menyesakkan yang ia lihat di pasar memenuhi kepala. Mengenai kehilangan salah satu keluarga tidaklah mudah. Mereka harus bertahan seraya melupakan agar tetap hidup.

            Sayup-sayup percakapan para menteri yang memberikan laporan memasuki gendang telinga. Mengenai kabar Pangeran Hyunjung yang berhasil mengatasi permasalahan bandit di Provinsi Gangwon. Ujian Sungkyungkwan yang akan diadakan dan Pangeran Sojung sebagai pengamat. Serta, mengenai kabar bahwa Putra Mahkota kerajaan berhasil mengalahkan pasukan Tanhui yang mencoba menguasai wilayah Joseon.

            Percakapan-percakapan yang membahas satu persatu laporan tersebut menyibukan aula utama kembali, hingga pintu aula terbuka dan ia yang dipersilakan masuk berjalan maju hingga berhenti di hadapan raja dari negara ini sekaligus sang ayah.

            Tubuhnya Juyeon bawa untuk membungkuk memberikan hormat. "Hormat saya menghadap Yang Mulia Raja."

            "Putra Mahkota." Panggilan itu terkesan tegas, namun dingin saat bersamaan. Juyeon hanya mengangguk bersama kepala menatap wajah sang ayah lurus. Kedua jelaga hitam itu saling beradu pandang membalas sorot berisi informasi yang hanya keduanya ketahui. Lantas, "Kompensasi seperti apa kali ini yang akan kau berikan pada rakyat-rakyatmu?"

seperti takdir kita yang tulis, eunboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang