Bagian 2 ||
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
- s t k y t -“KAU tidak bisa melakukannya pada bagian itu, Tuan.”
Juyeon mengerjap. Tangannya terhenti dalam melilitkan benang yang sedang ia gunakan dalam merajut sesuatu. Kepalanya menoleh menghadap ke arah perempuan yang tersenyum dan kini duduk di sisi kanannya.
“Mengapa?”
“Tanganmu tidak akan bisa masuk jika kau menutupnya, bukan?”
Lagi, kelopak yang memiliki bulu mata panjang itu mengedip. “Tetapi, aku tidak sedang membuat lengan untuk pakaian, Nona.”
Perempuan yang Juyeon ketahui sebagai pemilik tempat sekaligus pengajar di tempat ia belajar merajut itu tertawa. “Salahku,” katanya. “Lalu, jika aku boleh bertanya lebih lanjut, kau sedang membuat apa, Tuan?”
“Syal. Penghangat leher. Musim dingin sebentar lagi akan tiba, dan aku harus menyelesaikan ini secepat mungkin,” jawab Juyeon tersenyum hangat.
Sejujurnya, Jiyeon sedikit terkejut ketika mengetahui ada satu lelaki yang duduk di antara para perempuan awal tahun kemarin. Rautnya begitu serius ketika mendengar juga memerhatikan rekam adegan bagaimana menggunakan jarum, benang wol, dan melilitkannya.
Dulu hampir setiap minggu Jiyeon melihat laki-laki––yang mulai melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda––duduk di pojokan mempelajari bagaimana caranya merajut dengan dahi mengkerut membuat kedua alisnya bertemu. Belum lagi bibirnya yang mengerucut berakhir mendesah panjang sebab tidak bisa melakukannya.
Namun, dua bulan belakang Jiyeon tidak melihat sosok Juyeon di halaman tempat mereka melakukan pembelajaran. Dan kini, di hari yang angin dingin mulai menyapa, onggokan manusia yang selalu menjadi salah satu pusat perhatiannya terlihat duduk tenang bersama beberapa luka di bagian wajah.
Luka yang dilihat sekilas saja menjelaskan bahwa itu bukanlah luka biasa, bukanlah luka sebab ribut bersama seseorang. Jiyeon sedikit meringis membayangkan bagaimana si lelaki mendapati luka seperti itu, karena luka panjang tersebut dalam kepala Jiyeon terpatri sebab pedang yang menggores.
“Jika aku boleh mengetahui, kau membuatkan penghangat leher ini untuk siapa, Tuan?”
Oh.
Untuk siapa?
Juyeon tampak berpikir lama. Memikirkan sosok manakah yang akan ia hadiahi syal di musim dingin nanti. “Untuk calon istriku.” Pada akhirnya, jawaban itulah yang Juyeon berikan. Mengingat pemilihan putri mahkota akan diadakan sebentar lagi. Dan ketika ia mendapatkan kabar siapa yang terpilih, Juyeon akan menitipkan pada Jintae untuk memberikannya pada putri mahkota.
Senyum tulus Jiyeon berikan. “Dia akan menyukainya,” balasnya. Beranjak dari tempatnya untuk mengamati beberapa orang yang melakukan kegiatan serupa seperti Juyeon.
“Putra Mahkota.”
Juyeon menghela napas berat mendengar seseorang di luar gazebo memanggilnya pelan. “Jangan memanggilku seperti itu di luar lingkungan istana, Jeongyeon,” jelasnya. “Cukup panggil namaku saja. Tidak apa.”
Jeongyeon berdeham pelan. Ia tidak bisa melakukan hal tersebut. Bila ia melakukannya dan diketahui oleh pihak kerajaan, lehernya akan ditebas di tempat. “Saya tidak bisa melakukannya, Yang Mulia.”
Juyeon bergumam pelan. “Kalau begitu panggil aku dengan nama Eunseo.”
“Ya?”
“Eunseo. Kau bisa memanggilku seperti itu.”
Jeongyeon mengangguk mengiyakan, ia tidak bisa menolak keinginan putra mahkota-nya jika memang menginginkan hal tersebut. “Baiklah,” jawabnya.
“Apa tujuanmu kemari?”
“Saya mendapatkan kabar dari Pangeran Hyunjung untuk segera membawa Putra Mahkota, tidak maksudku, untuk segera membawa Tuan Eunseo ke tempat pertemuan.”
Benar, mereka memiliki pertemuan yang harus segera dilakukan. Setelah umpan yang mereka berikan dilempar, banyak tikus-tikus yang bergerak dan memakannya. Maka, sebelum makanan itu habis mereka harus segera menangkap dan memangsa mereka sebagai tahanan.
****
Daftar dari orang-orang yang kini membangun kubu baru bersama menteri pertahanan sudah berada di tangan Juyeon. Lelaki itu tersenyum tipis, kemudian menatap pria yang menjadi umpan mereka berdiri tidak jauh dari tempatnya, sedang tersenyum hangat.
“Aku tidak tahu bahwa mereka akan memakan umpannya secepat itu.”
Lee Shin––menteri pertahanan––tertawa berat. “Anda harus memuji bagaimana saya bisa memiliki banyak teman dalam sekejap, Putra Mahkota. Ah, haruskah saya mengajari Anda?”
“Haruskah aku memotong mulutmu, Menteri Pertahanan?” Itu Sojung yang berbicara. Rautnya begitu serius, memandang dalam melalui karamelnya.
“Tentu saja kau harus membantunya! Putra Mahkota kita tidak pintar dalam membangun relasi, aishh! Dia tidak bisa berbicara.” Tangan Sojung mengibas berulang kali di depan wajah.
Hyunjung menutup wajahnya tidak tahu harus bagaimana. Lelaki yang lebih muda setahun darinya kadang suka bertingkah di batas wajar. Cukup baik kesabaran mereka dalam menghadapi tingkah Sojung yang tidak bisa ditebak.
“Lidahmu yang akan aku potong.”
Sojung meringis pelan. Jika Juyeon sudah seperti itu, maka ia harus berubah menjadi serius. Tetapi, jika bukan karena dirinya kondisi pertemuan mereka akan terasa tegang setiap waktu, bukan? Tidak ada keindahan di dalamnya.
“Aku mendapat undangan dari menteri kiri untuk menghadiri pertemuan di kediamannya.”
“Woahh, Hyung-nim! Diam-diam kau memiliki koneksi dengan menteri kiri.”
“Dia ayah dari ibuku, Son Sojung.”
Sojung melipat bibirnya. Ia lupa akan hal tersebut. Namun, sekalipun Hyunjung adalah cucu dari menteri kiri, Hyunjung tidak bisa mendapatkan informasi lebih dalam. Menteri kiri begitu tertutup dalam permasalahan kerajaan. Ah, seandainya saja kakeknya itu berjalan di jalur benar, Hyunjung akan menjadikannya panutan.
“Baiklah, kabari jika terjadi sesuatu. Kami akan mengintai di beberapa sudut.” Telunjuk kanan Juyeon menunjukkan daerah mana saja yang akan menjadi tempat persembunyian mereka. “Ah, apakah Ibu Suri diundang ke kediaman menteri kiri?”
Hyunjung menggeleng. “Ini pertemuan keluarga. Sepertinya akan membahas mengenai siapa yang akan keluarga Kim jadikan kandidat terbaik untuk menjadi putri mahkota. Akan ada banyak kepala keluarga yang menghadiri dan kurasa dibalik pertemuan ini menteri kiri akan melakukan transaksi kembali.”
“Kuharap tidak akan ada yang harus dikorbankan dalam hal ini.” Entah apa pun itu. Hyunjung tidak menginginkan perasaan menderita dan pandangan menyakitkan menghantuinya selama beberapa waktu.
- s t k y t -
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
to be continued.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/281523195-288-k905791.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
seperti takdir kita yang tulis, eunbo
Fanfic❝You are the beginning of my happy ending.❞ ○○○○ Apa yang kita mulai tidak akan berakhir indah begitu saja. Seperti benang merah yang mengikat seseorang dengan yang lain. Dalam bayangan-bayangan membelenggu ditiap langkah penuh luka dan akan terus t...