S(a)D

18 6 2
                                    

"Assalamualaikum, Sea pulang!" Sea membuka pintu berbahan kayu jati itu dengan pelan, sedikit menimbulkan suara.

Cklek

"Walaikumsalam, akhirnya pulang," timpal bunda yang baru saja keluar dari arah dapur.

"Ada apa sih Bun, sampe aku disuruh pulang duluan gini," Sea menduduki dirinya di sofa panjang, dan menaruh Tas sekolahnya dengan asal.

"Ada sesuatu yang mau Bunda dan Papah omongin, sekarang kamu bersihin badan dulu sana," suruh Bunda yang membuat alis Sea tertarik keatas.

"Harus banget mandi dulu? Males Bun..." Rengeknya tanpa sadar.

"Iih kamu ini! Harus dong, harus tampil cantik!" Ujar bunda dengan pelototannya.

"Haissh! Iya iya, awas tuh bola mata bunda keluar!" Sea langsung ngacir ke atas untuk ke kamarnya, dan mandi.

Delia hanya bisa mengelus dada ayam, eh? dadanya. Sabar.

...

"Jadi, kalian mau omongin apa?" Sea menatap kedua orang dewasa di hadapannya satu persatu.

Sedangkan Delia dan Gevan menatap satu sama lain, si kepala keluarga akhirnya menghembuskan nafasnya pelan dan keduanya mengangguk. Seakan sudah tahu dengan isi pikiran masing - masing.

Sea semakin bingung, ada apa sebenarnya.

"Papah tau ini berat buat kamu, tapi, mungkin ini juga bakal jadi yang terbaik untuk kamu, Sea. Papah mau nge jodohin kamu sama anaknya temen Papah, Sea mau ya?" Gevan menggenggam tangan milik Sea, dan menatap manik kecoklatan itu dalam.

Bagai disambar petir siang bolong, Sea langsung terdiam, otaknya masih memproses apa yang di ucapkan sang ayah.

"Di jodohin?" Cicitnya sembari menatap ke arah Gevan, Gevan mengangguk.

"Kalo aku nolak, apa kalian ga marah?" Ujar Sea selanjutnya, oh ayolah...

"Sea... Papah ga bisa, kamu harus mau." Gevan berkata dengan nada yang Mutlak.

"Bun?" Sea beralih menatap Delia dengan pandangan seakan "tolong, bisa kan?."

"Sayang, maafin Bunda ya, Bunda juga ga bisa bantuin. Ini sudah di bicarakan dari lama, dan kami sudah menyetujui nya. Jadi kamu harus mau ya? demi Bunda dan Papah, okey?"

"Kenapa Bunda sama Papah ga bilang dulu sama Sea? kenapa baru sekarang kalian bilangnya? Bun! Aku udah gede, bisa cari jodoh sendiri!" Gertaknya tanpa sadar.

"Sea, jaga bicara kamu!. Papah cuma minta sekali ini aja buat kamu turutin permintaan Papah, lagi pula, Papah sama Bunda ga pernah minta apa - apa kan sama kamu? Jadi tolong, untuk kali ini aja kamu ngerti." Gevan melepaskan genggamannya.

"Terserah!" Kepalang kesal, Sea langsung meninggalkan kedua orang tua nya untuk ke atas, kamar.

"Sudah, mas. Biarkan dulu, Sea butuh waktu," Delia mendekati Gevan dan mengelus punggung suaminya dengan lembut, berusaha memberi sedikit ketenangan.

"Hah... Maafin aku ya, tadi kebawa emosi,"

"Iya iya, lain kali jangan lagi ya. Kamu tau kan kalau Sea itu gabisa di bilangin pake suara yang lantang?"

Satu atau Dua?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang