Prolog

13 0 0
                                    

Ikebukuro, Tokyo

Ariani memandang foto pernikahannya dengan Sho Kawaguchi yang terpasang diatas lemari buffet ruang tamu. Bibir mungilnya terukir senyum lebar memandang suaminya.
"Ah, kenapa kamu ganteng banget." begitulah batin Ariani sekarang. Ariani--tokoh utama cerita ini. Merasa hidupnya sangat beruntung karena bisa menikah dengan pria Jepang yang sangat baik seperti Sho. Awal pertemuan yang diluar dugaan melalui aplikasi chat, membuatnya merasa bahwa takdir itu memang ada. Ariani kini mengenang saat dirinya beberapa kali ditolak pria yang sebangsa dengannya. Sampai putus asa dan merasa kalau jodohnya mungkin bukan di dunia melainkan di akhirat. Namun, disaat dirinya sudah menyerah dengan kencan buta, malah muncul seorang pangeran berkuda putih yang bisa menerima dirinya apa adanya. Berawal iseng ingin belajar bahasa Jepang, menjadi keseriusan untuk menjalin rumah tangga!
"Apa boleh aku bahagia seperti ini terus? Udah 5 tahun pernikahanku dan hidupku masih bahagia banget." Gumamnya sambil mengambil pigura foto pernikahan yang daritadi ditatapnya.
"Kamu ngapain berdiri disitu terus?"
Set! Ariani reflek menoleh ke arah sumber suara saking kagetnya.
"Sho! Jangan bikin kaget dong!" Ariani cemberut sambil mengelus dadanya karena jantungnya masih jedag-jedug kencang. Sho tersenyum lalu membelai lembut kepala Ariani.
"Hari ini kamu baito* kan? Bukannya jadwal baito kamu jam sembilan ya?" Sho memiringkan kepalanya sedikit. Mata sipitnya mengarah ke jam dinding bulat yang tergantung di dinding tepat di depan posisi ia berdiri. Ariani berbalik ikut melihat jam dinding.
" Gawat! Aku terlambaaat!" Ariani buru-buru mengambil tas dan hp yang tergeletak diatas meja makan, kemudian berlari ke genkan*.
"Maaf, ya Sho aku nggak sempet bikinin kamu sarapan." Ariani menoleh sekilas ke arah Sho sambil berusaha memasukkan kaki kanannya ke sepatu kets.
"Hihihi ngga pa-pa. Toh, ini hari Sabtu. Aku libur dan aku bisa bikin sarapanku sendiri. Hihihi. Mau aku bantu masukin kakimu ke sepatu? Hahahaha." Sho tidak sanggup lagi menahan tawanya melihat Ariani masih berusaha memasukkan kaki kanannya ke dalam sepatu.
"Diam! Jangan ketawa!" Wajah Ariani sekarang ini memerah. Bukan, bukan. Bukan karena menahan malu kakinya entah kenapa membesar atau menggendut. Melainkan karena saking kesalnya di saat sedang terburu-buru begini malah dapat sial sepatunya mendadak tidak muat.
Fiuh! Akhirnya kaki kanannya berhasil masuk ke sepatu juga!
"Sudah, ya. Aku pergi dulu. Ittekimasu*!" Ariani membuka pintu dan...sriiing! Seketika itu, cahaya matahari mulai menyerang kedua mata Ariani yang bikin ia...
Braak! Menabrak pagar di depannya. Sho sampai membuka pintu dengan panik dan menghampiri Ariani.
"Kamu nggak pa-pa?!"
"Duh! Sekarang apa lagi sih?! Kenapa hari ini aku sial bangeet?! Bete!" Ariani reflek teriak-teriak menggunakan bahasa Indonesia yang tentu saja membuat Sho hanya terdiam--tidak mengerti maksud perkataan Ariani. Namun, ia mengerti kalau istrinya yang ceroboh tapi mengemaskan ini sedang kesal.
" Apa nggak sebaiknya kamu absen saja?"
"Nggak, Sho. Hari ini weekend, hari tersibuk yang pastinya butuh banyak bantuan. Aku nggak mau bikin repot temen-temenku." Ariani mengambil ponselnya kemudian menyentuh layar seperti mencari-cari nomer kontak manajer tempat ia bekerja. Kemudian, Ariani mengarahkan ponselnya ke telinga kanannya. Sho melihat gestur Ariani yang membungkuk-bungkuk sedikit seperti meminta maaf. Sudah jelas karena ia bakal datang terlambat. Sangat terlambat.
"Ya sudah, aku pergi dulu." Ariani mencium ringan pipi suaminya itu.
"Hati-hati, ya. Kamu harus konsen, lihat kiri-kanan kalau mau menyeberang. Jangan meleng saat sedang berjalan..."
"Iya iyaa." Ariani buru-buru kabur. Bisa makin terlambat kalau ia harus mendengarkan ceramah suaminya yang sangat khawatir dengan dirinya.

Untung saja jarak rumahnya ke tempat kerja tidak terlalu jauh. Jadi ia cukup berlari saja untuk sampai lebih cepat. Memang cukup sulit berlari di tengah banyaknya warga Ikebukuro. Ariani mengeluh kenapa warga Tokyo sebanyak ini? Tapi ia buru-buru menghapus keluh kesahnya ini. Wasting time! Mending mikirin cara supaya sampai lebih cepat ke tempat kerja.

Akhirnya sampai juga! Dengan nafas memburu, ia tiba di depan kafe bertuliskan 'Green Forest Cafe'. Ia berjalan sampai ke ujung bangunan dan tangan kanannya mulai membuka handel pintu khusus pegawai. Mata Ariani seketika melotot karena di depannya berdiri seorang pria tinggi sedang melipat tangan di depan dada. Owner?! Ariani terkesiap. Badan mungilnya reflek mundur lalu menundukkan kepalanya. Kashiwagi Owner alias sang pemilik kafe. Manusia yang sangat jarang ada di kafe. Bisa dibilang rasio kemunculan manusia galak, tegas, berwajah seram dan kalau marah kata-kata yang keluar bikin ulu hati tercubit ini hanya sekitar 1%. Super jarang hampir tidak pernah! Namun hari ini...kenapa harus hari inii beliau muncul?!
Habislah sudah selama tiga puluh menit, Ariani dimarahi habis-habisan oleh Pak Kashiwagi. Tapi, memang ini murni kesalahan dirinya yang terlalu asyik menatap dan mengenang indahnya pernikahannya.
"Huft, aku janji ngga bakal ngelamun lagi kalo mau berangkat kerja!" batinnya, kemudian ia berjalan cepat menuju arena kerjanya.
"Ariani san*, maaf ya. Padahal saya tadi sudah menyampaikan pada Pak Kashiwagi kalau Anda terlambat, tapi saya pun ikut dimarahi. Jangan diambil hati, ya." bisik Bu Hirai- Manajer Green Forest Cafe saat menghampiri Ariani.
"Bu Hirai jangan minta maaf. Ini memang kesalahan saya. Saya datang terlambat sekali, dan Pak Kashiwagi memang harus memarahi saya supaya saya tidak mengulanginya lagi. Tidak apa-apa. Makasih ya." Sifat Ariani inilah yang bikin Bu Hirai dan rekan kerja lainnya sangat menyayangi Ariani. Ariani yang ramah, rendah hati, selalu tersenyum ceria, menerima kesalahannya alih-alih mengelak. Definisi pegawai kesayangan customer dan rekan sejawat.
Empat jam adalah waktu kerja Ariani per harinya dan tak terasa empat jam sudah berlalu. Pukul dua siang. Begitulah waktu yang ditunjukkan oleh jam tangan Ariani saat Baba san menepuk pundaknya dan mengingatkan dirinya bahwa jam kerjanya sudah berakhir. Ariani meninggalkan arena kerja. Ia berjalan gontai menahan rasa capek karena hari ini lebih sibuk dibanding Sabtu-Sabtu sebelumnya. Ia melepas bandana coklat tua yang daritadi terpasang di kepalanya. Kemudian membuka ikatan cepol rambutnya, yang membuat rambut panjang indahnya terurai indah. Ariani membuka loker, mengambil tasnya, dan memakai sepatu kets yang lagi-lagi harus bersusah payah memasukkan kaki kanannya ke dalam sepatu.
Ariani berjalan lesu menyusuri jalan pertokoan yang lebih ramai dari tadi pagi. Terkadang, ia harus menyelip dari kerumunan orang yang entah sedang apa berkumpul di tengah jalan. Membuatnya harus lebih lama berjalan karena tentu saja ia tidak bisa berlari diantara banyaknya manusia begini, sekalipun hatinya ingin cepat-cepat sampai di rumah dan bermain ja-manja dengan suami tercinta. Namun, matanya berbinar memandang kantung berisi sekotak donat dari kafe tempatnya bekerja. Ia membelikan donat Green tea kesukaan sang suami sebagai oleh-oleh. Ia membayangkan bakal makan donat berdua bareng suami, kyaaa! Ariani reflek senyum-senyum sendiri.
Tap! Langkahnya terhenti saat ia melihat sosok yang sangat dikenalnya di seberang. Sosok pria berpunggung lebar, tinggi semampai, model rambut yang sangat ia kenal, dan mantel hijau tua itu...
Tap! Tap! Tap! Ariani mempercepat langkahnya dengan wajah ceria. Tangan kanannya ingin segera meraih dan memeluknya. Sosoknya yang sedang berdiri di tengah banyaknya orang-orang yang berlalu lalang...
"SHO! Kamu sampai dateng jemput aku?! Kenapa ngga bilang kalau kamu mau jemput aku?! Ini kejutan banget buatku! Makasii yaa aku sayang banget suamiku!" Ariani memeluk punggung sang pujaan hatinya, namun diluar dugaan tiba-tiba sang pemilik punggung meronta dengan kasar, kemudian berbalik.
"너는 누구야?! "
Hah? Dia ngomong apa? Kok aku nggak ngerti? Begitulah batin Ariani. Bola matanya naik menatap wajah pria yang ia peluk tadi. Ini Sho kok. Tapi kenapa dia ngomong bahasa aneh yang tidak ia mengerti? Ditambah lagi raut wajahnya terlihat marah sekali.
"Sho, kamu kenapa? Ini aku Ariani istri..." Ariani tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Kalau dilihat lebih jelas, tidak ada tahi lalat yang menghiasi dagunya. Selain itu, ada beberapa orang membawa kamera yang sepertinya sedang merekam sang pria. Eh?! Siapa cowok iniiii?? Dia bukan Sho!

Bersambung...

*baito = kerja paruh waktu
*genkan = sebutan teras dalam rumah di rumah-rumah Jepang.
*Ittekimasu = Aku pergi
*san = sebutan untuk memanggil nama orang dengan sopan.

The Doppleganger - Hoony WINNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang