Selamat datang di Payung Teduh milik Dikra. Selamat membaca kisah mereka yang selalu bergantungan dengan payung teduh.
***
Dikka Rakazeo, panggil aja dengan nama Dikka. Menjabat sebagai ketua osis di sekolah smarinda tepatnya di kota Bandung. Kota yang sangat macet dan kota yang di penuhi dengan segala kenangan. Dikka menyukai hujan, dan menyukai lukisan. Setiap harinya, ia akan selalu melukis sampai dirinya merasa puas.***
Hari ini Dikka akan mengurus acara di sekolahnya, sekolah mengadakan acara festival lukisan dan Dikka sebagai ketua acara ini, ia sangat semangat sekali. Tidak jauh dengan kesukaannya, ia akan memberikan yang terbaik demi sekolah smarinda. Membawa beberapa kanvas yang ia punya, dan tidak lupa dengan catnya."Masih pagi udah sibuk aja ya." celetuk Tante Dikka yang sedari tadi berada di sampingnya.
Dikka yang mendengar itu, ia langsung menengok ke arah samping dan tersenyum, "Hehe iya nih tan, hari ini sekolah ada acara." jawab Dikka sambil tertawa kecil.
"Tante udah siapin sarapan, ayo makan dulu nanti kamu sakit, Dik."
"Iya tan, sebentar lagi ya, Dikka masih sibuk." jawab Dikka tanpa menoleh ke tantenya.
"Yaudah pokoknya sebelum berangkat, harus sarapan dulu, ya!" ucap Tante Dikka langsung ke luar dari tempat lukisan Dikka.
Dikka yang sudah mengecek barang apa saja yang harus ia bawa nanti, ia mau pergi untuk sarapan, akan tetapi sebelum itu, ponsel Dikka berbunyi.
Razael
Dikka
Kamu jangan lupa jemput aku dulu, ya. Aku tunggu hehehe.Iya.
Setelah menjawab pesan itu, ia langsung menuju ke arah meja makan, dan tantenya itu sudah menunggu sedari tadi.
"Maaf ya tante, kalo Dikka lama keluarnya." ucap Dikka pada tantenya.
"Iya gapapa, ayo cepet sarapan."
Mereka berdua akhirnya memakan makanan itu, dengan sangat nikmat. Dikka pun, telah selesai lalu ia berpamitan kepada tantenya, dan sebelum Dikka menuju ke smarinda ia mampir ke rumah seseorang terlebih dahulu.
"Selamat pagi, Dikka!" sapa perempuan itu, yang bernama Razael Quenna.
Dikka yang melihat Razael tersenyum itu, ia ikut tersenyum.
"Selamat pagi juga, El."
"Dikka udah sarapan belum? Aku masakin Dikka makanan lho." tanya Razael.
"Udah El tadi, kamu masak sendiri?"
"Iya! Nih buat Dikka." ucap Razael langsung memberikan masakannya itu kepada Dikka.
"Makasih ya, El Berangkat yuk? Keburu siang."
Razael adalah wakil ketua osis di smarinda. Jadi, tidak salah bukan jika mereka dekat?
Untungnya hari ini, Dikka membawa mobil, karena peralatan yang mau di bawa sangat banyak sekali, dan kalian harus tau, Razael juga sama seperti Dikka sama-sama menyukai lukisan.
"Dik, aku engga sabar deh, pas acara nanti pasti seru banget, banyak lukisan gitu." ucap Razael dengan semangat.
"Iya, aku juga engga sabar, El. Kayanya juga yang minat banyak." jawab Dikka sambil menyetir.
"Kamu juga minat kan, Dik?" tanya Razael.
"Bukan aku doang El, tapi kita." jawab Dikka. Setelah mengucapkan itu, mereka berdua langsung tertawa.
Akhirnya mereka berdua sudah sampai di sekolah smarinda. Acara festival ini banyak sekali yang menyukainya, banyak sekolah yang datang ke sini, untuk melihat lukisan, dan banyak juga yang ingin belajar melukis.
"Wah, yang dateng banyak banget ya, Dik? Pasti banyak yang suka sama lukisan kita." ucap Razael dengan semangat.
"Iya, El. Aku nyakin lukisan kita bakal banyak yang lirik." jawab Dikka dengan tersenyum.
"Yaudah, Dik. Aku mah ke ruangan osis dulu, ya? Mau ngeliat proses mereka udah sampai mana."
"Oke, hati-hati ya, El."
Mereka berdua terpisah, Razael yang ingin ke ruangan osis, dan Dikka yang ingin ke ruangan lukisan. Ruangan di mana ia dan teman-temannya berkarya dengan sangat bebas.
***
Di ruangan lukisan itu, banyak sekali menatap Dikka dengan tatapan kagum."Ih, Dikka kok makin cakep aja, sih? Sayang banget gak sih, kalo engga jadi cowo gue?" ucap siswi itu.
"Emang Dikka mau jadi cowo lo? Kagak kali, mending gue kemana-mana." sahut siswi yang lain.
Dan masih banyak sekali, Dikka tetap sama, ia tetap cuek dan terus melukis sampai temannya itu datang.
"Selamat pagi, Dikka, masih pagi udah ngelukis aja lo." ucap pria itu bernama Reno, yang sudah ada di samping Dikka dan melepas kacamatanya itu.
"Daripada lo baru dateng."
"Aelah, engga telat juga lagian."
"Oh iya, Ren udah siap semua kan, acaranya?" tanya Dikka.
"Udah Dik, aman kok. Tenang aja." jawab Reno yang sedang melukis itu.
"Gue harap banyak yang suka sama festival melukis ini, Ren." ucap Dikka sambil menatap ke depan.
"Gue nyakin, festival ini bakal banyak yang suka, Dik."
Acara festival pun, telah di buka banyak orang luar yang datang untuk melihat festival melukis ini. Dan, banyak sekali yang mengikuti kelas melukis yang Dikka buat bersama temannya itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Payung Teduh.
Teen FictionPayung Teduh. Biarkan aku menjadi payung mu, di saat hujan datang, dan biarkan aku memberikan sebuah kenyamanan di kala hujan datang. -Arra. Payung Teduh. Aku tidak perlu di beri payung saat hujan datang, akan tetapi aku hanya perlu kamu untuk men...