03.

15 5 0
                                    

Selamat membaca kembali!

***
Festival melukis, acara tahunan di sekolah smarinda dan yang membuat ide festival melukis ini, adalah ketua osis dan wakil osis smarinda.

Festival ini, banyak di minati dari anak sekolah smarinda, maupun anak luar smarinda. Anak murid smarinda ini, banyak sekali yang hobby nya tidak jauh dari melukis, hingga ketua osis menciptakan adanya festival melukis ini.

Terdapat di lorong sebelah kelas 10 MIPA 1-3 terdapat banyak lukisan, lukisan yang sangat indah dan membuat siapa saja yang melihatnya akan takjub.

"Ih lukisan itu bagus banget weh, aku jadi minat belajar ngelukis di sini, deh." ucap orang itu yang berasal dari sekolah lain.

"Iya ih, banyak yang bagus banget. Aku jadi suka."

Setiap lorong, selalu di isi dengan lukisan, tepatnya karya anak smarinda. Agar siapapun yang masuk ke dalam sekolah ini, mampu melihat karya anak smarinda.

"Kak Dikka! Aku mau nanya, kalo mau minta formulir peminatan kelas melukis di mana, ya?" ucap siswi cantik itu, yang bernama Kalea.

"Kalea minat? Minta kertas formulir ke kak Riko aja, ya? Soalnya dia yang megang." jawab Dikka.

"Oke siap! Makasih ya kak! Tunggu aku masuk ya, hehehe." ucap Kalea langsung berlari menuju Riko.

Dikka dan Razael berkeliling sekolah, dan mereka lagi-lagi mendengar banyak pujian tentang lukisan smarinda.

"Kak Razael! Lukisan kakak bagus banget, aku boleh daftar ke kakak kan?" ucap anak sekolah lain itu dengan antusias.

Razael yang di puji tentang lukisannya itu, dia tersipuh malu.

"Serius bagus? Kamu minat ngelukis? Boleh, boleh banget sama kakak!" jawab Razael tak kalah antusias.

Dikka yang sedari tadi di samping Razael itu, ia terkekeh pelan, mendengar antusias Razael itu.

"Oh iya, kamu minta kertas formulirnya di Riko aja ya. Riko tugasnya di ruangannya depan kok." ucap Razael.

"Oke kak, makasih ya!" jawab siswi itu langsung ia berlari ke arah Riko.

"Dikka! Ih aku seneng banget tau. Akhirnya ada yang suka sama lukisan aku." ucap Razael dengan antusias.

Dikka yang mendengar itu, ia terkekeh pelan, dan langsung mengacak rambut Razael.

"Siapa sih El yang engga bakal suka sama lukisan kamu?" ucap Dikka.

"Ya pasti banyak atuh, lagian juga lukisan aku teh masih jelek, Dik."

"Engga El, lukisan kamu itu selalu bagus. Semangat terus, ya?" ucap Dikka.

***
Di tempat Riko sangat ramai sekali, banyak yang meminta formulir pendaftaran kelas melukis itu, Riko jadi sangat bersemangat sekali.

"Nanti kalo kalian udah ngisi formulirnya langsung kasiin ke Dikka ya! Kalo kalian di terima, pasti langsung di chat Dikka kok." ucap Riko.

Berbeda dengan satu siswi itu, ia malah senang akan mendapat nomer ketua osis.

"Beneran kan kalo kak Dikka bakal ngechat? Omegat, aku engga sabar."

Riko yang mendengarnya, ia langsung berkata, "Ya, kalo kamu di terima sama Dikka, kalo engga ya, kamu engga bakal di chat." jawab Riko.

Yang tadinya hanya dua baris, sekarang malah menambah menjadi empat barisan, yaitu meminta kertas formulir.

"Kalian semua minat sama kelas melukis?" tanya Dikka yang melihat banyak sekali yang ngantri.

Mereka semua hanya mengangguk kepala, dan yang paling semangat adalah, Razael.

"Asik! Banyak banget." ucap Razael antusias.

"Emang banyak, El. Tapi kan, engga semuanya kita terima." bisik Dikka pada Razael.

Banyak sekali yang mendaftarkan dirinya pada kelas melukis ini, katanya sih, kelas melukis ini sangat menarik perhatian mereka semua, hingga mereka semua daftar.

Tidak terasa, sore pun akhirnya tiba, banyak sekali yang sudah pulang dan tentu saja masih banyak yang masih betah di sana.

***
"Rik, banyak ya yang daftar?" tanya Dikka.

"Iya nih, lumayan banget tahun ini, beda sama tahun kemaren." jawab Riko sambil membereskan formulir itu.

"Rencana kamu mau nerima berapa orang, Dik?" tanya Razael yang sedang memakan roti itu.

"Paling cuma dua puluh doang, El. Itu juga di bagi sesi." jawab Dikka.

"Serius? Itu engga dikit?"

"Daripada banyak, El. Lagian kita juga belum bisa bagi waktu kan?" tanya Dikka.

"Yauda lah weh, se enaknya Dikka wae. Gue pulang duluan ya." pamit Riko.

Banyak anggota seni yang ikut membantu membereskan acara itu. Lalu, Dikka dan Razael menyusul untuk pulang.

***
Halo! Sampe sini dulu ya! Selamat bertemu di lain waktu!

Payung Teduh.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang