0.4- Lelaki asing

11 2 0
                                    

Love me
-
ATBO

Hari ini adalah hari Sabtu, Jay memutuskan mengundang Monday dan Zafan ke cafe nya. Mengadakan pesta kecil-kecilan merayakan kalau besok mereka sah menjadi mahasiswa. Tak lupa, Jay mengundang Felix dan Monday yang membawa mas pacar.

Zafan berdecak malas, ia baru saja bangun tidur ketika jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Dan ia bangun dikarenakan telepon masuk dari Jay yang menyuruhnya untuk bergegas ke cafe, menyiapkan pesta.

"Padahalkan acaranya jam tujuh malem, ngapain gue disuruh kesana pagi-pagi gini. Gue kan gak kerja," gerutu Zafan seraya bangkit dari kasur dan membereskannya.

Selesai dengan kasur, Zafan tak langsung mandi ia malah keluar kamar untuk sedikit mengisi perutnya yang kelaparan.

"Ma? Mama?" Zafan memanggil Sunmi.

Namun yang dipanggil tak kunjung datang, mungkin sudah berangkat kerja. Zafan akhirnya berjalan ke dapur, di meja makan ada roti tawar dan beberapa selai. Zafan memutuskan untuk membuat roti panggang saja sebagai sarapan terlambatnya ini.

⭐⭐⭐

Felix berkutat dengan alat-alat dapur, ia tengah membuat brownies dan cookies untuk dibawanya ke pesta nanti, sebagai buah tangan.

"Lixie," panggil Sana.

Felix yang sibuk mengaduk adonan itu menoleh kearah Sana, "Iya bun?" sahutnya.

"Lagi bikin kue?" tanya Sana yang langsung diangguki oleh Felix.

"Ada acara apa? Tumben banget kamu bikin kue,"

"Cuman acara kecil-kecilan bun, ngerayain Zafan sama temen-temennya sah jadi mahasiswa baru." jawab Felix dengan senyumnya.

Sana mengangguk paham. "Kamu ada kelas hari ini? Bunda mau berangkat kerja dulu," katanya.

"Ada bun, nanti siang."

"Yaudah kalau gitu bunda berangkat ya, nanti jangan lupa kunci pintunya. Bunda bawa kunci cadangan," pesan Sana.

Felix mengangguk seraya tersenyum, setelah Sana berangkat ia kembali melanjutkan pekerjaannya yang masih lumayan banyak.

⭐⭐⭐

Zafan berdecak malas, ia memakai apronnya dan berjalan menuju meja barista. Dirinya hari ini terpaksa menjadi barista dadakan, dikarenakan barista yang sesungguhnya tengah izin sakit.

Baru saja datang, mengganti baju dan duduk di counter, Zafan sudah dipanggil dengan nada kesal oleh si owner menyebalkan.

"ZAFANNNNNN!!!"

"Apa sih Jay? Berisik tau," sahut Zafan malas.

Jay menghampiri kawannya itu dan menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

"Gue nyuruh lo datang kesini jam sepuluh Zafan, ini udah jam satu dan lo baru dateng? Lo gak tau gimana repot nya gue tadi sama yang lain?" Jay mulai mengomeli Zafan.

"Apasih Jay? Gue kan gak tau kalau kak Yunho gak masuk hari ini, lo ngasih taunya gak jelas sih." ujar Zafan memberikan alasan.

Saat Jay akan membuka suara, ada suara deheman yang mengintrupsi keduanya. Ada seorang pelanggan datang.

"Ehem, permisi."

"Ahhh iya silakan, mau pesan apa?" tanya Jay ramah seraya beranjak menuju mesin kasir disebelah counter kopi.

Pelanggan yang merupakan lelaki tampan itu tersenyum, "Saya mau es frappuccino satu sama fish and chips satu." ucapnya setelah melihat menu yang tertera.

Jay mengangguk, "Totalnya jadi ***" katanya.

Lelaki itu memberikan selembar uangnya pada Jay, dan langsung Jay terima.

"Ini kembaliannya, ditunggu pesanannya."

Lelaki itu mengangguk, ia duduk didekat counter kopi. Melihat dengan jelas bagaimana cekatannya si barista meracik kopi, sedangkan Jay sendiri masuk ke dapur.

"Permisi mba, pass wifi nya apa ya?" tanya lelaki itu.

Zafan menghentikan kegiatannya sejenak dan menyebutkan password wifi cafe Cloud 9. "Jay Rajendra Ganteng, mas gak pake spasi huruf kecil semua." jawabnya.

Lelaki itu mengangguk walau agak gimana sama password yang menurutnya lebay itu. Gak lama dari itu, kopi pesanannya jadi. Zafan langsung menyajikannya.

"Selamat menikmati mas,"

Setelah menyajikan segelas kopi dingin itu, Zafan kembali ke counter nya dan duduk diam seraya menatap pintu masuk.

Jay datang tak lama kemudian dengan pesanan si lelaki, ia langsung menyajikannya. Setelah itu, ia duduk di samping Zafan dan menepuk bahu gadis itu.

"Cowok itu daritadi merhatiin lo terus," bisik Jay.

"Dia punya mata Jay," balas Zafan malas.

Jay tersenyum kecil. "Kayanya dia naksir lo gak sih? Lo gak mau gitu? Kayanya gue pernah liat juga deh, kating kita." ujarnya.

"Tau gue, presma kan?"

"Dih, kok bisa lo tau dia presma?" Jay kaget sendiri.

Zafan menggedikan bahunya, "Asal nebak aja." jawabnya.

Pintu masuk terbuka, Felix masuk dengan wajah ceria dan di tangan kanannya ada paperbag berisi brownies dan cookies buatannya.

"Hai," sapa nya ramah pada Jay dan Zafan.

"Hai kak Lix," balas keduanya.

Felix memberikan paper bag nya pada Jay, ia duduk di kursi dan menatap Zafan heran. "Loh, bukannya lo hari ini gak kerja Za? Kok tiba-tiba jadi barista?" tanyanya heran.

Zafan langsung cemberut, "Tuh tanyain owner nya. Masa gue disuruh kesini, mana ngasih taunya dadakan kek tahu bulet, udah gitu gak dikasih bonus lagi." jelasnya dengan nada merajuk.

Felix terkekeh, sedangkan Jay hanya bisa memasang wajah datarnya.

"Jay kasian Zafan tau, nanti kamu kasih dia bonus yaa. Jadi bos itu harus royal sama karyawan nya."

Jay hanya mengangguk saja. Tanpa mereka sadari, si lelaki yang merupakan presma itu memperhatikan semuanya atau lebih tepatnya hanya Zafan saja seorang.

"Ehhh ada Sanbin," Felix menyapa si lelaki, ia baru sadar kalau ada sang presma disana.

"Hai Lix," sapa lelaki yang diketahui bernama Sanbin itu.

"Tumben disini, gak ada kerjaan emangnya?" tanya Felix.

Sanbin tersenyum kecil, "Istirahat dulu Lix. Mumet kalau kerja terus,"

"Ahhh gitu, anyway ini cafe punya temen adek gue. Ini owner nya Jay, anak FE. Sama adek gue tuh yang barista, namanya Zafan." Felix memperkenalkan Jay dan Zafan.

"Salam kenal ya, gue Sanbin anak FH." ujar Sanbin.

"Iya kak, gue Jay. Salken juga," sahut Jay.

"Zafan, anak Fisip." Zafan berujar dengan singkat, Jay yang mendengarnya langsung menyikut lengan Zafan.

"Yang sopan ogeb, dia presma." bisik Jay.

"Bacot, orangnya aja gak masalah kok."

Sanbin yang melihat itu hanya tersenyum kecil, "Anyway Zafan, gue kok kaya gak asing sama lo ya?" katanya.

"Ahhh, mungkin kakak pernah liat gue dimana gitu."

Sanbin hanya mengangguk. "Kalian kalau ada sesuatu yang diperlukan atau ada apapun, bisa minta bantuan gue ya."

Jay tersenyum seraya mengangguk, sementara Zafan hanya diam sambil menatap Sanbin tajam. Ia risih, demi Tuhan. Nih cowok kek sok kenal sok akrab aja.

𝑁𝑒𝑣𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑆𝑡𝑜𝑟𝑦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang