33

379 28 1
                                    

"Selamat pagi, Tante Risa."

Reynard membungkukkan badannya, mencium punggung tangan Risa. Menghentikan kegiatan menyapunya. Risa balas tersenyum.

"Pagi juga, Rajin sekali datang ke sini." ucap Risa, menyingkirkan sapunya. Mempersilahkan Reynard masuk ke dalam rumah. Menerima undangan Risa, Reynard mengikuti di belakang tak lupa mengucapkan 'permisi'.

"Duduk dulu, nak. Yana sedang bersiap-siap." ucap sang Tante, mempersilahkan Reynard duduk di sofa empuk.

Awalnya Reynard ingin menolak, tapi tak sopan rasanya. Pemuda itu duduk di sofa. Mengamati ruangan dari ujung matanya. Rumah baru Kayana tampak nyaman, di cat dengan putih dan hijau lembut, seperti warna apel hijau. Ruangannya nyaman dan bersih. Dan, poin plusnya rumah ini dekat dengan rumah lama mereka.

"Tante kapan balik ke sini?" taya Reynard, melihat-lihat rumah yang nyaman itu.

"Sudah 2 minggu yang lalu, Tante baru bisa menemui Kayana kemarin."

Reynard hanya mengangguk, tak berniat mengungkit masa lalu yang terjadi. Reynard tak lama menunggu, Kayana datang dari arah kamar dengan seragam sekolah yang rapi. Memberikan senyuman kepada Reynard, kemudian gadis itu berpamitan kepada sang ibu. Reynard juga ikut berpamitan dengan sopan, berkata akan mengunjungi lagi.

Keduanya berjalan berdampingan, menuju halte bus. Terlihat disana sudah ada Aira yang menunggu, dengan bibir cemberut. Rambut hitam panjangnya diikat ekor kuda, saat gadis itu menoleh, ia langsung berceloteh panjang. Berkata berapa lamanya dia menunggu di sana sendirian. Kayana mengucapkan permintaan maaf, menggandeng lengan Aira untuk memasuki bus. Mengambil kursi paling belakang, cukup untuk mereka duduk bertiga disana. Sambil berbincang-bincang, dengan Reynard yang kadang menimpalinya pembicaraan keduanya.

"Fred melarangku memasuki ruang kerjanya," aku gadis berambut hitam itu tiba-tiba, cukup menarik atensi Reynard.

Jarang sekali, gadis itu membicarakan cowok itu. Reynard melihat cemberut, kemudian ia mengalihkan pandangan ke jendela. Kayana hanya mengangkat alisnya, penasaran saja, tiba-tiba sahabatnya mengangkat topik tentang pacarnya.

"Mungkin aja didalamnya banyak berkas-berkas penting, Fred kalau ku lihat, dia seperti pemimpin atau bos besar gitu." kata Kayana menenangkan, memberikan senyuman hangat.

"Kau kan, orangnya ceroboh. Mungkin saja dia takut kau menghilangkan kertas berharganya." Reynard menimpali, yang langsung ditatap dengan tajam oleh netra coklat muda.

"Gini-gini, aku orangnya teliti! Tidak mungkin aku mengacau disana!" balas Aira tak terima.

"Rey...jangan mengganggunya," Kayana menyikut lengannya, pelan.

"Padahal, Fred biasanya akan menggangguku! Namun, akhir-akhir ini dia jarang sekali bertemu dan berbicara denganku." curhat Aira.

Reynard dan Kayana, kedua orang itu langsung menatap Aira. Membuat raut wajah aneh, dari perspektif keduanya perkataan gadis itu mengatakan bahwa dia merindukan cowok itu. Tapi lebih baik mereka tutup mulut.

"Juga...kemarin aku melihatnya jalan-jalan dengan perempuan!"

"Padahal dia sangat menentang ku jika aku pergi jalan-jalan! Tapi.....tapi dia malah pergi dengan cewek lain?!!"

Mendengar perkataan menggebu-gebu gadis itu, Kayana tersenyum. Reynard hanya menatap Aira, ingin berkata bahwa ia sedang merasa cemburu. Namun tak jadi, akhirnya dua orang berbeda gender itu hanya menyimak, perkataan cemburu, yang tak di sadari oleh Aira.

~~~~~

"Kerja bagus!"

Reynard menghela nafas lelah, mengambil handuk yang di tawarkan oleh Leano, mengucapkan terimakasih yang pelan. Menaruh busur panah, Reynard duduk bersandar, kakinya di luruskan. Sementara itu, Leano maju ke depan untuk pengambilan nilai.

Stuck in Novel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang