Senandung ceria terdengar, mengalun dengan lembut terendam oleh bisikan-bisikan orang yang berlalu lalang. Pagi hari terasa berkabut, padahal matahari sudah terbit di ufuk timur. Menggunakan mantel coklat untuk menghalau dinginnya udara pagi dan topi putih, untuk menutupi sebagian wajahnya.
Memasuki pusat perbelanjaan yang ramai, gadis dengan mantel coklat itu berdiri di depan hasil tangkapan laut yang segar. Memilih lauk untuk makan siang dan malam.
Pilihannya jatuh kepada ikan nila dan udang. Sambil menimbang-nimbang apa yang ingin ia masak, lalu membeli udang. Gadis itu membayar dan pergi kearah tempat tepung dan bumbu dapur berada. Memasukkan barang-barang yang dibutuhkan ke keranjang belanja, mata hazelnut miliknya melihat sosok yang familiar. Dengan perlahan ia menghampiri dan menyapa lembut.
"Selamat pagi, Fred" sapanya, tepat di samping orang itu.
Frederick melihat sekilas gadis itu.
"Pagi." Jawabnya singkat.
Kayana tersenyum, mengetahui sifat cowok itu. Gadis itu melihat sekilas isi keranjang belanjaan milik Frederick yang cukup banyak, ada juga bahan masakan mentah.
"Jika kau berbelanja bulanan, lebih baik menggunakan troli." Saran Kayana.
Frederick melihat keranjangnya yang hampir penuh. Membalas perkataan Kayana.
"Kau benar,"
"Aku akan mengambilnya, bawakan untukku." Cowok itu menyerahkan keranjang belanjaannya kepada Kayana. Setelah itu pergi, mengambil troli didepan toko.
Lengan Kayana terasa gemetar, keranjang milik Frederick sangat berat. Gadis itu menaruh keranjang itu dilantai, memilih saus tiram dan mayonaise. Tidak berselang lama, cowok itu datang dengan troli. Menaruh keranjangnya didalam troli.
"Ku kira kau akan menentang." Kata Kayana tiba-tiba.
Frederick mengerutkan keningnya bingung, tak mengerti.
"Menentang bagaimana?" Tanyanya.
"Saat aku melihatmu, kau seperti cowok yang posesif." Jawab Kayana.
Dua orang itu berjalan berdampingan.
"Dulu aku pernah membaca novel, dimana pacar tokoh utama itu sangat posesif. Heroin bahkan tidak diberikan kebebasan untuk bertemu orangtuanya." Ujar Kayana, mengambil satu liter minyak goreng.
Frederick menyeringai, ikut mengambil minyak. Berkata dengan tenang," Itu hanya sebuah novel, untuk saat ini aku hanya teman baginya. Dia bebas untuk melakukan apapun asalkan tidak dekat-dekat dengan cowok lain."
"Setiap manusia memiliki Hak mereka masing-masing,"
Sungguh geli perkataan ini keluar dari mulutnya. Mulut yang pernah mencaci maki dan mengejek hidup orang, mulut yang pernah berkata dengan tenang untuk membunuh orang dengan gampang. Juga perkataan ini keluar dari iblis dengan kulit manusia. Frederick tersenyum bingung, sejak kapan dia menjadi rendah hati?
"Itu bagus," ungkap Kayana, gadis itu tersenyum senang.
"Soalnya...jika kau membuat dia sedih...."
Udara terasa lebih dingin dan mencekam, Frederick melihat dari ujung mata. Melihat gadis yang mengeluarkan aura dingin dan mengerikan.
"Aku tak tahu harus berbuat apa~" mata hazelnut itu berkilat tajam, bersinar dengan berbahaya menatap mata abu-abu.
Senyuman polos di kerahkan.
"Aku harap kau menjaga kebahagiaannya dengan baik~ hem~"
Frederick tersenyum tertantang, sepertinya tidak mudah untuk mendapatkan pujaan hatinya. Dia dijaga oleh dua orang berparas malaikat dengan sifat tersembunyi yang mengerikan. Frederick tersenyum simpul, matanya menyipit. Tidak apa, juga Frederick menyukai tantangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in Novel
Fiksi RemajaAira mengalami yang namanya transmigrasi, dia di tempatkan di tubuh seorang anak kecil yang bernama sama. Menjalani hari-harinya seperti biasa hingga ia sadar..... Ia berada dalam sebuah novel ber-Rated M. Dengan tokoh utama pria yang mengalami pele...