1: Pertama

417 36 0
                                    

"Kata gw lo ganti nama aja, antek-antek papa gw disana lebih banyak daripada disini." Kini, Gatvin dan Ricky berbincang dibalkon asrama. Memandang langit Amerika yang jelas berbeda dengan langit Indonesia.

"Kalo begitu, nama apa yang cocok sama gw?" Ricky menatap kearah Gatvin dengan sedikit bergaya, mungkin dengan begitu dirinya akan menemukan nama yang bagus.

"Hmmm, Risky" Menurut Gatvin, nama 'Risky' akan cocok bagi Ricky.

"Oke, Risky gw sekarang" Kata Ricky, mengundang tatapan bingung dari Gatvin.

"So? Gak marah gitu gw masih nama Risky?"

"Gw gamau nyusahin rencana lo, Vin"

---

"Pegel bener duduk dipesawat berjam-jam, kalo bukan ada sogokannya gak balik gw kesini" Ricky atau yang sekarang bernamakan Risky sudah menginjakkan kakinya di tanah Indonesia, mungkin sudah bertahun-tahun ia sudah tidak menghirup udara disana.

Lalu, Risky mendorong kopernya menuju ke mobil seseorang. Ayahnya menjemput Risky dari bandara, sudah lama juga kira-kira tidak bertemu ayahnya secara langsung, ia mengakui jika ia sedikit rindu.

"Disana kamu gimana, ky?" Kata sambutan dari ayahnya untuk dirinya sendiri.

"Baik-baik aja sih, dad, mulai sekarang panggil i Risky not Ricky"

"Loh, tumben? up to you, ky, i still call you Ricky. Anyway, apa yang bikin kamu mau pulang lagi kesini?" Tanya ayahnya, setahu ayahnya, Risky tidak mungkin ingin pulang ke Indonesia lagi.

"Ada urusan penting, dad" Tutur Risky seraya memindahkan beberapa file penting di handphone ke handphone baru.

Setelah berjam-jam perjalanan, sampailah Risky di kos-kosan yang akan ditinggali Risky beberapa saat kedepan. Menambah pertanyaan di benak ayah Risky, ada apa dengan anaknya ini?

Risky memasuki lorong lantai 2, ia mendapat kamar di pojok sendiri, harganya sedikit mahal untuk ukuran mahasiswa tetapi Risky mampu membayar untuk beberapa tahun kedepan.

"Hey? lo orang baru disini?" Ingin saja memasuki ruangannya, tiba-tiba seseorang lain menyapa Risky, orang itu terlihat baru keluar dari ruangannya.

"Iya? kenapa?" Risky menanyai kembali pemuda itu, dengan menunjukkan ekspresi sedikit kebingungan.

Lalu manusia itu berjalan kearahnya, sedikit tersenyum dan menjalarkan tangan kanannya "Kenalin, gw Joe".

Risky sedikit tersenyum kikuk lalu membalas jabatan tangan manusia yang menyebut dirinya dengan 'Joe' "Oh, iya, gw Risky".

"Barang lo banyak, mau gw bantu beres-beres nggak, ky?" Tutur Joe ketika melihat koper Risky yang sedikit menumpuk.

"Nggak papa, Joe, nggak usah repot-repot bantuin gw"

"Ah, okey. Risky, kalo butuh apa-apa chat gw aja" Lalu Joe mengeluarkan bulpen dari sakunya, ia selalu membawa bulpen, dan menuliskan nomor telfon ditelapak tangan Risky.

"08121723XXXX (Djoenathan atau Joe aja biar simple, ntmy Risky!)"

Setelah menuliskan pesan itu, Joe kembali keruangannya lagi. Mungkin, Risky akan merasakan indahnya jatuh cinta lagi setelah bertahun tahun menjadi seseorang yang agak mati rasa.

--

"Halo kakak! Kak Gatvin! kangen banget!" Yutha sedikit berteriak ke layar monitornya, ternyata ia sedang melangsungkan videocall dengan Gatvin yang jauh disana.

"Hei manisnya kakak, sekarang kuliah dimana?" Gatvin tersenyum lebar ketika melihat Yutha berada di layarnya, ia sangat rindu untuk mengelus surai hitam yang halus milik Yutha.

"Aku pindah ke Surabaya, kak! aku keterima diuniversitas sana" Jelas Yutha, mengundang senyum bangga dari Gatvin.

"Pinter bocilku, masuk ke universitas impian nih ceritanya ya, dek?"

"Wih, iya dong!"

Entah hanya insting Risky saja yang kuat atau jaringan orang dalamnya juga banyak, Risky bisa mengetahui dimana Yutha akan berkuliah, sehingga Risky hanya ikut mendaftar disana.

"Kakak, disana nggak aneh-aneh kan? nggak nyari yang lain juga kan?"

"Enggak lah, ngapain nyari yang lain kalo ada Yutha?"

"BISA AJA!"

"Nggak lah, setia nih sama Yutha" Ucap Gatvin sambil tertawa sedikit.

"Oh iya, kak, aku mau nanya" Disini, Yutha menanyakan perihal saudara Gatvin yang sedikit misterius.

"Tanya apa, manis? tanya apa aja boleh, ku jawab semuanya" Kata Gatvin jauh disana.

"Kakaknya Kak Gatvin cuman... Kak Farhan aja kan?"

Setelah berkata seperti itu, keduanya hening seketika antara Yutha yang menunggu jawaban dan Gatvin yang bingung memberi jawaban seperti apa. Tak lama setelah itu, Gatvin membuka suaranya.

"Ya... Kak Farhan doang, kenapa?"

"Enggak, nggak ada apa-apa"

TBC

Klandestin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang