Prolog

428 44 4
                                    


※※※

Gadis semampai itu mengulurkan tangannya di depan Namjoon lalu memperkenalkan dirinya, “Namaku Choi Ji Ran. Aku penggemar beratmu.”

Sekian detik Namjoon termenung dengan sikap gadis tersebut lalu setelah itu barulah Namjoon membalas uluran tangan gadis itu, “Aku Kim Namjoon.”

Ji Ran tersenyum lebar karena ia akhirnya bisa bersentuhan dengan Namjoon secara nyata.

“Kau sering membaca buku di sini?” tanya Ji Ran sambil matanya melirik sekilas ke arah komik yang Namjoon baca di atas buku, “Oh! Kau membaca komik rupanya.” sahut Ji Ran lagi sebelum Namjoon menjawab pertanyaannya.

“Ah! ini. . . aku hanya mengisi waktu senggang.” jawab Namjoon. Ji Ran mengangguk-anggukkan kepalanya lalu menyahut, “Aku pikir kau hanya membaca buku-buku tentang pengetahuan.”

Namjoon terkekeh kecil lalu menggelengkan kepalanya, “Aku butuh refreshing jadi harus menjauhkan buku-buku yang berat.”

“Oh.” balas Ji Ran sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah itu mereka sama-sama hening. Ji Ran yang sibuk memikirkan hal apalagi yang harus ia tanyakan pada Namjoon agar ia bisa berlama-lama dengan idolanya itu. . sedangkan Namjoon malah berpikir kapan gadis asing di depannya ini pergi dari hadapannya.

“Apa kau. . tidak lelah?” tanya Ji Ran mencoba mencari topik.

“Tidak.”

“Kalian habis konser. . pasti terasa melelahkan.” ucap Ji Ran lagi. Namjoon tersenyum sejenak lalu menggeleng, “Tidak. Aku baik-baik saja.” jawab Namjoon.

“Oh.”

Setelah itu keheningan kembali menerpa mereka. Namjoon benar-benar ingin sekali mengusir Ji Ran dari situ namun ia sungkan karena Ji Ran adalah penggemarnya.

“Kalau begitu. . lanjutkan saja membacamu. Maaf sudah mengganggu waktumu.” ucap Ji Ran.

“Heum.”

Kemudian Ji Ran pun pergi dari sana sambil bersorak dalam hatinya karena impiannya sejak lama akhirnya terwujud—ia bisa bertemu secara langsung dengan RM BTS.

*

Tepat pukul 10 malam Namjoon memutuskan untuk pulang. Ia mengembalikan buku yang sudah dibacanya lalu bergegas keluar dari toko buku.

Baru saja Namjoon keluar dari pintu tiba-tiba ia mendapati Ji Ran sedang berdiri di depan toko buku sambil tangannya memegang dua cup berisi kopi.

“Hai.” sapa Ji Ran dengan senyuman lebar di bibirnya. Namjoon hanya menyahut dengan senyuman tipis di balik masker yang dikenakannya.

“Ini untukmu.” kata Ji Ran sembari menyodorkan satu cup kopi kepada Namjoon.

Namjoon tudak langsung menerimanya. Ia menatap cup tersebut dengan hati-hati karena ia ragu untuk menerima minuman dari gadis asing di depannya ini.

“Kau tidak perlu takut. Aku tidak menaruh apa-apa di sini. . Aku membelinya di coffe shop itu.” ucap Ji Ran seakan paham dengan pikiran Namjoon.

Namjoon yang sungkan dan tidak enak pada Ji Ran akhirnya menerima kopi tersebut.

“Kau mau pulang?” tanya Ji Ran.

“Heum.” jawab Namjoon seadanya.

“Kau datang sendirian? Tidak ada staff?”

“Heum, tidak ada.”

Ji Ran mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian meneguk kopi miliknya sendiri. Setelah itu ia melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.

“Kalau begitu hati-hati di jalan dan terima kasih sudah mau bicara denganku. . Aku berharap kita bisa bertemu lagi, RM-ssi.” ucap Ji Ran. Namjoon cuma tersenyum dan mengangguk singkat.

Setelah itu Ji Ran membungkuk sekejap kemudian ia pun pamit pergi dari sana. Namjoon cuma menatap punggung Ji Ran yang perlahan-lahan menjauh darinya sampai menghilang dari pandangannya.

Namjoon menatap cup kopi di tangannya. Ia agak takut jika meminum kopi tersebut—jadi ia memutuskan untuk membuangnya ke tong sampah lalu ia pun pergi dari sana.

tbc.

tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[SEQUEL] My Boyfriend Is An IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang