Arjuna Mahardika perlahan tumbuh sebagai remaja awal yang terlihat biasa. Tak ada yang membuat nya merasa khusus akan setiap tangga umur yang dia lewati.
Hari ini pagi masih malu-malu untuk menampakkan dirinya dibalik awan yang terlihat masih hitam. Mbok Sri berjalan membangunkan Arjuna lebih pagi hari ini.
"Den Juna, bangun den" kata mbok Sri sembari mengusap bahu kiri Arjuna yang masih terlelap tidur
"Eng.... Mbok Sri, tumben jam segini sudah dibangunkan?" Tanya Arjuna
"Temani mbok ke pasar yuk den" Ajak mbok Sri dibalas anggukan oleh Arjuna
Pagi ini sebelum subuh, Arjuna diajak mbok Sri keliling pasar . Semilir angin bercampur dengan riuh nya pasar di pagi hari menjadi awal perjalanan baru bagi Arjuna.
"Nah kalau beli cabai dilihat ya den, masih seger enggak. Jadi, Aden belanja sekalian buat 3 hari gitu" arahan mbok Sri ditangkap sempurna oleh Arjuna
"Terus kalau beli ikan nanti minta mas masnya langsung bersihkan juga. Di pilih yang matanya masih ada hitam berarti masih seger, kalau yang matanya udah ke atas berarti udah lama" arahan mbok Sri selanjutnya
"Kalau mau beli sembako dan lain-lain yang bermerk biasanya dibelikan ibu sendiri sekalian belanja bulanan jadi den Juna tenang aja " arahan mbok Sri selanjutnya membuat Arjuna berpikir sebenarnya maksud mbok Sri dari tadi itu apa
Selepas dari pasar entah bagaiman Arjuna sekarang duduk ditengah keluarga. Biasanya Arjuna akan memilih makan berdua dengan mbok Sri sembari mengobrol tapi kali ini mbok Sri meminta Arjuna untuk bergabung dengan keluarganya.
Arjuna bingung karena tak ada yang bisa dia lakukan sekarang. Tangannya mulai basah dan gemetar, untuk sekedar mengambil nasi saja Arjuna sudah seperti akan dijatuhi hukuman mati saking takut nya.
"Arjun cepet makannya habis ini ada yang mau bubu bilang" kata Tera mutlak membuat Arjuna berjenggit kaget
Arjuna dengan segera melihat ke arah lauk yang tersedia, ada beberapa lauk seperti udang balado, ikan nila goreng, dan ayam goreng beserta sayur kangkung dan tahu tempe.
Perlahan Arjuna tuangkan nas lauk sayur tumis dan tempe satu pada piringnya.
"Gimana jadi cari ART atau enggak?" Tanya ayah seketika membuat Arjuna berjenggit kaget kembali
"Enggak aku mikirnya mau ngurus sendiri aja. Anak-anak udah gede juga, toh juga Arjun bisa bantu" jawab Tera
"Ya sudah mas ikut kamu aja" jawab Jefryan
Arjuna masih mencerna dengan seksama pertanyaan dan jawaban yang keluar dari mulut kedua orang tuanya.
Arjuna segera selesaikan makannya, dia berlari seakan kehilangan barang paling berharga.Saat Arjuna sampai didepan pintu, kakinya lemas tak berdaya, dia jatuhkan dirinya bersimpuh dihadapan mbok Sri kesayangan nya.
"Mbok Sri cuma mudik aja kan ya?" Tanya Arjuna menyakinkan diri bahwa mbok nya pasti akan kembali
"Jawab mbok? Mbok Sri gak akan ninggalin Arjun kan mbok?" Tanya Arjuna lagi
Mbok Sri yang melihat Arjuna begitu ketakutan, segera bawa dirinya jatuh memeluk anak kedua majikannya. Memberikan usapan penuh perhatian, mencoba tegar walaupun dirinya juga sudah tak bisa menahan air mata.
"Den Juna, sayangnya mbok, pinternya mbok. Mulai besuk den Juna bakal buka lembaran baru. Mbok sudah siapkan jadwal dan catatan apa aja yang harus den Juna kerjakan. Maaf ya mbok ingkar janji karena ninggalin den Juna. Tapi mbok harap setelah ini bahagia nya den Juna datang ya, mbok percaya anak baiknya mbok Sri pasti di sayang Tuhan, pasti bahagia, oke" tutur mbok Sri
KAMU SEDANG MEMBACA
KAK ARJUNA
أدب المراهقينTernyata perihal hidup sudah ditulis dengan rapi tentunya Akan banyak suka duka tak ada makhluk yang tau pastinya Bahagia kadang sederhana bentuknya Menjadi anak ayah bubu contohnya "Arjun janji akan tetap jadi anak ayah bubu, walaupun ayah bubu...