08. Bukan Harinya Arjuna

539 54 29
                                    

Hidup akan terus berjalan seiring dengan takdir Tuhan yang telah dituliskan, bukan menjadi sebuah rahasia bahwa manusia tempatnya harap dan kasih. Tak sedikit orang yang hidupnya bahagia dari segi apapun, memiliki harta untuk foya-foya, orang tersayang yang tak henti bagi -bagi baiknya Tuhan kepada dunia. Semua orang mungkin berdoa untuk hal yang sama yaitu kebahagiaan. 

Arjuna sudah berada disekolah seperti biasanya, sebagai cerminan siswa baik Arjuna sangat jarang izin atau bahkan terlambat. Dia lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat mengamankan diri dari segala prahara yang akan datang. Hari nya berbeda sekarang, tak ada bunyi sunyi disamping tempat duduknya karena ada seorang pria manis yang sekarang menemani hari - harinya. 

"Juna kenapa ya semua makanan yang bahannya dari aci tu seenak itu, padahal sehat aja enggak" tawa Nanda sembari memakan cimol yang dia beli tadi 

"Aneh juga yang jual gak mau buka cabang Deket rumah aku, kan aku pelanggan setia nya Lo" tawa Nanda lagi

Juna berprinsip selalu berupaya menghargai lawan bicaranya, hingga saat fokusnya tersimpang dibibir Nanda yang terdapat sedikit bubuk balado menempel didinding kiri.

Dengan hitungan detik, Nanda merasakan usapan pelan pada bagian bibirnya. Dan tak terasa kedua nya saling membeku satu sama lain, mengunci mata dan berbagi hembusan yang sama

"Maaf nda maaf maaf" ucap Arjuna canggung

"Oh- santai santai Juna hehe santai" Nanda berderai kikuk sekarang

Malam sudah menyapa, hari ini suasana rumah cukup sunyi pasalnya Abang dewa sedang keluar bersama Asa. Adek Shaka juga sedang nongkrong dengan teman-temannya, menyisakan Arjuna yang sendiri dirumah sembari membersihkan 1kg ayam yang akan dimasak oleh bubu nya besuk.

Dilain sisi, Abang Dewa sedang menikmati hembusan angin malam didalam mobil dengan memakan McD bersama Asa pujaan hati yang belum bisa disebut kekasih oleh nya.

"Pelan pelan adek Asa, masa udah 17 tahun makan masih kemana-mana" tutur Abang Dewa

"Ahhh sorry Abang, tisu mana bang?" Tanya Asa

"Ada di dashboard buka deh" Asa menurut kemudian bawa tangannya membuka dashboard didepannya. Hingga saat dia buka ada sebuket bunga bertuli, "Will you mine?"

"Abang mau nembak seseorang?" Tanya Asa polos

Dahi Maladewa menekuk, apa ini Asa malah membuatnya ingin tertawa bodoh saja

"Come on Asa, ini udah ke 5 kalinya kamu gak mencoba bodoh kan?" Tanya Maladewa langsung

Asa sebenarnya tahu ujung dari percakapan ini dan Asa membencinya.
"Bang mau ini diulang sampai 100 kali pun jawaban aku sama, sebelum Abang bisa sayang ke adek Abang Arjuna aku belum mau untuk jadi pacar atau bahkan suami Abang"

Maladewa sudah terlihat marah
"Kenapa jawaban mu gak pernah berubah, dikasih apa kamu sama dia hah!!!?" Tanya Maladewa semakin tajam menatap

"Gak ada bang dan ini semua murni syarat dari aku. Abang.....  ayo kita udah besar udah tahu baik dan buruknya. Arjuna gak ada salah Abang, adek abang yang itu baiknya gak kira-kira" ucap Asa dengan mata yang berkaca-kaca

"Fuck!! Kalau dia baik dia harus nya gak lahir!!" Umpat Maladewa akhirnya

Selama mereka menjalin hubungan tanpa status kurang lebih selama 5 tahun terakhir, untuk pertama Maladewa membentar Asa sekeras itu.

"Bang ini ini yang aku takutkan, Abang gak bisa sayang sama bahkan keluarga Abang sendiri bagaimana jika nanti aku dan anakku juga mungkin melakukan kesalahan gimana bang? Cukup aku gak mau bahas lagi, kalau Abang mau cari yang lain silahkan tapi inget bang aku sayang sama Abang tapi kalau Abang tetep kayak gini aku gak yakin masa depanku ada di Abang" jelas Asa kemudian keluar mobil dan memilih pulang sendiri

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAK ARJUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang