第十四部分

988 95 7
                                    

Hari ini Mark sama Lucas pergi ke kediaman keluarga Choi dengan tujuan tentu aja ngebahas mesin waktu.

Lucas sadar, dia gabisa egois.

Kalo Mark pengen pergi, silahkan.

Tapi bukan berarti Lucas bisa ngerelain kepergian Mark gitu aja.

"Dor!"

Pintu terbuka, muncul lah si pemilik rumah yang berperan sebagai ibu rumah tangga alias Choi Soobin dengan senyuman manisnya.

"Nyari Yeonjun, ya?" tanyanya.

Lumark ngangguk sebagai jawaban.

"Yaelah bang Lucas tegang amat biasanya juga hmpphh—" mulut Soobin dibungkam oleh telapak tangan seseorang dan setelahnya Yeonjun nampakkin diri.

"Ayo masuk."

Suasana rumah Yeonjun begitu hangat, Mark ngeliat ada dua anak kembar di ujung tangga yang terus ngeliatin perut buncitnya dengan mata berbinar.

Entah kenapa, Mark tiba-tiba inget Rea yang masih belum juga buka mata.

Kangen.

"Ayo duduk, mau dibuatin minuman apa?"

"Air putih aja," jawab Mark dengan senyumnya.

Soobin meleleh, dia natap Yeonjun dengan tatapan anjing terbuangnya. "Kenapa?" tanya Yeonjun.

"Aku boleh nikahin kak Mark ga sih?"

Pertanyaan Soobin dihadiahi jitakan penuh kasih sayang dari Yeonjun, "Ngawur!"

Sedangkan si empu cuma cengengesan abis itu pergi buat bikin minum sama ngambil beberapa cemilan.

Ninggalin tiga orang dewasa lainnya.

"Jadi?"

Yeonjun yang pertama buka suara karena Lucas maupun Mark sama-sama bungkam. "Ada apa?"

Lucas ngehela nafas, "Mark pengen balik ke masa lalu. Lo bisa bikin mesinnya lagi, kan?"

Yeonjun cengo, "Hah?" Tapi akhirnya Yeonjun paham. "Kenapa?"

"Pake nanya," jawab yang lebih tua.

"Lo ga bahagia sama Lucas?"

Pertanyaan barusan dari Yeonjun buat Mark. Dan si manis cuma diem bingung harus jawab gimana, kayak—Mark mau jujur tapi dia takut nyakitin hati Lucas.

WATDEHEL?

SEJAK KAPAN DIA PEDULI SAMA PERASAAN SI KINGKONG?!

"Iya."

Pada akhirnya, Mark menjawab.

Yeonjun ngangguk paham, tatapan matanya jatuh ke perut buncit Mark. "Kalo lo balik ke masalalu, bayi yang bentar lagi ngeliat sempitnya dunia bakal ikut meninggal nyusul Mark masa sekarang."

Mark agak ngeleg dikit.

"Mark, Lucas ngelakuin ini dengan pikiran matang dan dia siap sama apapun resikonya yang penting bayi itu bisa lahir dan Rea kembali semangat buat sembuh," jelas Yeonjun. "Lo mau balik ke masalalu juga percuma, paling nanti lo harus berjuang sendiri buat bisa keluar dari dalem kubur."

"H-hah?"

Soobin yang baru dateng ikut nimbrung, "Di waktu asal lo, lo udah meninggal, kak."

"Kalian ngomongin apa sih!?" Mark emosi, NI MAKSUD DIA DI WAKTU NYA UDAH MENINGGAL TUH APA.

"Gini loh, Mark," kata Yeonjun dengan sabar, "Cuma jiwa lo yang bisa ikut ke masa depan sedangkan raga lo tertinggal di sana."

Sumpah Mark pusing, banget!

"Sekarang yang harus lo lakuin adalah nerima semua fakta kalo lo gabisa balik ke waktu asal lo, kak." Soobin neguk air minumnya dengan anggunly.

Mark ngehela nafas, "Jadi intinya—"

"Iya, kak. Lo harus hidup di sini, sama Rea, calon adiknya," sebelum ngelanjutin ucapannya, Soobin ngelirik ke arah Lucas sebentar. "Dan bang Lucas."

"Lagian lo gabisa ngerubah takdir hidup, apa yang udah terjadi di sini kalo lo balik lagi ke masalalu semuanya bakal terulang kembali."

Mark diem begitu juga dengan Lucas yang daritadi milih buat nyimak.

"Sebenernya Lucas udah baik hati walaupun gue emang ga mewajarkan sikap jahatnya tapi dia pengen nebus semua kesalahannya dengan ngebawa lo kesini," ucap Yeonjun.

Mark ngeliat ke arah Lucas dan ternyata musuhnya juga lagi ngeliatin dia, refleks keduanya langsung memalingkan wajah.

Di kursinya, Soobin memekik gemas.

"Tapi seenggaknya gue masih punya pilihan buat jangan ngambil keputusan yang sama." kali ini Mark menyuarakan pendapatnya. "Gue masih bisa memperbaiki semuanya."

"Sebenernya Yeonjun bisa aja bikin ulang mesin waktu seperti yang kalian minta dan kak Mark masih bisa memperbaiki bersama pilihannya. Tapi coba deh kak Mark pikirin, gimana perasaan Rea kalo tau mama min kesayangannya pergi lagi? Gue tau, kak. Jiwa keibuan lo mulai tumbuh dan gue yakin lo juga sayang banget sama Rea."

"Gapapa, kalo Mark tetep kekeuh pengen pulang ke masa lalu. Itu artinya gue sama Rea cuma bakal jadi bagian dari mimpi buruknya Mark, dia berhak menentukan pilihan buat masa depannya yang lebih cerah." Lucas senyum pahit, "Lo bisa bikin lagi kan, Jun?"

Yeonjun maupun Soobin sama-sama cengo, GILA SEJAK KAPAN LUCAS SEDEWASA INI? Aduh, terharu.

"Y-ya, gue bisa."

"Tapi butuh waktu selama berbulan-bulan, lo mau nunggu kan kak?" tanya Soobin.

Setelahnya Lucas sama Mark pamitan buat balik ke rumah sakit setelah Mark ngangguk sebagai pertanyaan yang dilontarkan Soobin buatnya.

"Lo cuma punya 4 bulan buat ngerubah pikiran Mark." Yeonjun nepuk bahu kokoh temen seperjuangannya itu.

Lucas senyum tipis, "Thanks, Jun."

Setelahnya dia nyusul Mark yang udah duduk manis di samping kursi kemudi dengan berbagai cemilan dipangkuannya, itu dari Soobin sebagai temen perjalanan katanya dan Mark jelas ga bisa nolak kalo soal makanan.

Hati Lucas mengahangat begitu ujung matanya ngeliat Mark belepotan cuma karena satu bungkus cokelat yang dikasih Soobin, persis kayak anak kecil.

Tangannya dengan refleks ngambil tisu yang ada di atas dashboard mobil lalu ketika lampu jalan berubah merah, kaki Lucas nginjek pedal rem sedangkan tangan kanannya bersihin wajah kotor Mark pake tisu.

Waktu seakan berhenti ketika tatapan lembut Lucas ketemu sama tatapan kaget Mark, keduanya sama-sama memuja netra masing-masing yang begitu indah. Sebelum akhirnya pandangan Lucas jatuh ke sudut bibir si manis yang ternyata masih ada sisa cokelat di sana.

Mark memejamkan matanya ketika Lucas semakin mengikis jarak di antara mereka, tapi udah beberapa detik kok Mark ga ngerasain ada benda kenyal yang nempel di atas bibirnya, ya?

Dia buka mata dan yang Mark dapetin adalah jempol gede Lucas nyapu permukaan sudut bibirnya lalu setelahnya Lucas jilat coklat yang ada di jempolnya itu dan senyum terbit gitu aja, begitu cerah sampe sinar matahari aja kalah.

"Manis," katanya.

Jantung Mark udah berdetak ga karuan, pipinya memanas dan Lucas yang ngeliat itu sebelum mobilnya kembali melaju senyum kesenengan.

"Kamu jangan manis-manis. Ga kasian apa sama jantung aku?" tanya Lucas, seketika tawanya meledak barudak bandung well.

Yang merah bukan cuma pipinya, tapi telinga sama leher Mark ikut berubah warna.

Sialan, manis banget.

SUAMI : LUMARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang