第十八部分

752 81 11
                                    

Flashback on.

"Mama, kalo mama pergi Rea sama siapa?" Kepala si kecil menoleh ke belakang di mana Mark lagi asik mengepang rambut panjangnya.

"Hm?" Mark senyum, "Mama ga bakal kemana-mana, sayang."

Dengan kepala sedikit miring karena kini dia sepenuhnya menghadap Mark, Rea natap mamanya seolah nyari kepastian kalo mama tersayangnya ga bakal pernah pergi dari sisinya.

Kali ini kekehan pelan Mark keluarkan, meskipun masih ragu, tapi Rea ikut terkekeh.

"Kita bakal selalu bersama-sama apa pun yang terjadi, oke?"

Rea ngangguk, tangannya mengepal di udara dan senyumnya semakin lebar. "Oke!"

Dan sore yang damai karena Lucas belum pulang kerja ngebuat suasana di rumah itu sedikit hangat dengan tawa manis satu orang dewasa dan satu anak-anak yang lagi bikin makanan ringan.

Tapi seakan dunia ga pernah mengizinkan Mark buat ngerasa bebas satu kali aja, tiba-tiba pintu utama dibuka dengan keras sampe Rea berjengit kaget dan sembunyi di belakang kaki Mark.

Apalagi ini...

"MARK!!" teriakkan Lucas menggema di seluruh rumah, itu makin ngebuat makhluk kecil yang gatau apa-apa semakin gemetaran.

Bukan cuma Rea, tapi Mark juga gemetaran. Gimana pun, kemarahan Lucas kali ini lebih serem dari sebelumnya.

"MARK SIALAN! KELUAR!!"

"Mama..." suara Rea begitu... ketakutan.

Mark segera tersadar dan akhirnya jongkok di depan Rea sambil senyum menenangkan walaupun dia sendiri ga tenang. "Kamu tunggu di sini, oke? Jangan keluar sampe mama panggil kamu."

Si kecil ngangguk dan dengan begitu, Mark berdiri lalu melangkahkan kakinya keluar dari dapur menuju ruang tengah di mana Lucas berada.

"Ap--"

Sebelum Mark bisa menyelesaikan pertanyaan, sebuah pukulan mentah melayang di wajahnya ngebuat darah segar keluar dari hidungnya.

"LO APA-APAAN SIH ANJIR?!" Mark nyeka darahnya dan hendak membalas pukulan Lucas tapi gerakannya kalah cepet dan kini Mark udah jatuh menghantam kerasnya lantai setelah Lucas mukul kepalanya ngebuat pandangan Mark berkunang-kunang.

Dia siap nerima pukulan lain tapi suara yang begitu rapuh ngebuat Mark melotot kaget.

"JANGAN PUKUL MAMA!"

Itu suara Rea yang tiba-tiba dateng berdiri di depan Mark sambil ngerentangin tangannya.

"Rea..." Mark sadar, sesuatu yang ga diinginkan bakal terjadi karena walaupun pandangannya ga jelas, dia masih bisa ngerasain amarah Lucas makin membesar tiap detiknya.

Dan bener.

Ketika Rea noleh ke arah Mark dengan air mata bercucuran, tubuh kecilnya melayang sampe kepalanya nabrak lantai duluan.

"REA!!"

Walaupun kepala Mark pusing bukan main tapi dia masih punya tenaga buat berdiri dan nendang Lucas sampe tubuh gede pria itu tumbang ke lantai.

Panik, takut dan marah sama diri sendiri karena ga berhasil ngelindungin satu-satunya orang yang paling berarti dalam hidup Mark, dia gendong tubuh rentan itu dengan air mata yang gabisa Mark tahan lagi.

"Rea, sayang... tolong, buka mata kamu. Tetap tinggal sama mama jangan pergi, jangan pergi."

Mark lari kesetanan dengan Rea yang udah ga sadarkan diri di gendongannya, dia ga peduli sama tatapan orang-orang ke arahnya atau penampilannya yang acak-acakan karena satu-satunya yang Mark peduliin saat ini adalah Rea.

Anak itu masih nafas, tapi pendek-pendek.

Seenggaknya, itulah yang ngejadiin Mark manusia paling berharap saat itu.


::::

"Anak Anda mengalami cedera sangat parah, tulang retak sangat parah karena benturannya dan maaf... dia kehilangan seluruh ingatannya."

Apa yang bisa Mark lakuin selain berendam selama berjam-jam di bathub? ngebuat kulitnya keriput karena terlalu lama kena air dingin?

Berbulan-bulan berlalu tapi hasilnya nihil, semua harapan Mark buat ngeliat mata cantik putrinya kebuka lagi secara perlahan mulai menghilang.

Takut, sedih, menyesal.

Semua emosi bercampur tapi Mark udah gabisa nangis lagi dan itu ngebuat sesuatu menyakitkan di dadanya semakin membengkak.

Bayangan wajah menyakitkan Rea terus menghantui hari-harinya.

Itu bahkan lebih menakutkan dari amarah Lucas.

Tapi akhirnya, Mark menyerah dengan semua penderitaan tak berujung ini. 

Diraihnya benda kecil tajam yang selama ini ia simpan di pinggiran bathub dan setelahnya air yang awalnya berwarna bening seketika berubah menjadi merah darah dan di dalamnya seseorang mulai kehilangan kesadaran karena pendarahannya.

Walaupun sangat menyakitkan, tapi Mark tersenyum dan mengucapkan maaf berkali-kali untuk putrinya sebelum pandangannya menjadi kabur dan terjadi kegelapan setelahnya.

Akhir dari hidupnya sangat tragis.

Dan Rea yang jelas saat itu masih tertidur dengan berbagai alat terpasang di tubuhnya terbangun lalu menjerit dan menangis memanggil mamanya berkali-kali.

Matanya masih tertutup tapi Rea menangis tersedu-sedu.

Rea mungkin kehilangan seluruh ingatan dalam hidupnya, tapi dia tidak lupa tentang siapa orang yang sudah melahirkannya dan membuat hari-harinya berwarna.

Mama, jangan pergi.

Kalau mama pergi, Rea sama siapa?

Di saat bersamaan, Lucas pulang ke rumah dengan penyesalan yang terus menggerogoti hatinya setelah mendapatkan kebenaran yang bener-bener di luar perkiraannya.

Ah ya, dia tau Mark ada di rumah karena sebelum pulang dia nanya dulu ke Hyunjin yang saat itu dimintai tolong sama Mark buat jagain Rea sebentar. 

"Mark?"

Hening.

Rumah itu dingin seolah udah lama ditinggalkan oleh pemiliknya.

Perasaan Lucas mendadak ga enak dan dia buru-buru menuju lantai dua di mana kamar Mark berada, pintunya ga dikunci.

Lucas mengerjapkan matanya ketika tiba-tiba angin kencang menerpa wajahnya padahal jelas-jelas jendela di ruangan itu tertutup rapat dan AC-nya juga mati.

Tapi persetan dengan itu, dia masih harus nyari keberadaan Mark.

"Mark?" Lucas nyoba manggil sekali lagi.

". . ."

Mungkin Mark lagi di kamar mandi?

Pintunya tertutup.

Gaada yang bisa Lucas lakuin selain ngetuk pintunya dan nyoba manggil Mark lagi tapi hasilnya nihil dan perasaannya makin ga karuan.

Jadi dengan sekali tendangan, dia nendang pintu dan berhasil.

Dan detik selanjutnya setelah pintu terbuka, tubuh Lucas jatuh berlutut sambil natap Mark yang udah ga sadarkan diri dengan tatapan sulit diartikan.

"Maaf..." Lucas berkata lirih sebelum berdiri dan dengan sisa kekuatannya dia berjongkok di samping tubuh dingin istrinya, nyentuh wajah cantik Mark dengan hati-hati ketika rasa bersalah dan penyesalan menggerogoti hatinya.

"Maaf..."

Semuanya terlambat, Lucas telat.

Mark udah pergi bahkan sebelum Lucas punya kesempatan buat meminta maaf dan kesempatan buat memperbaiki semuanya.

End of flashback.

SUAMI : LUMARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang