Chapter 4 ; Pulang

0 0 0
                                    

Happy reading🙌🏻

***

Sudah 3 hari berada di Bandung, kini sudah saatnya untuk kembali ke kehidupan semula. Alea mulai menggeret kopernya untuk dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Setelah sarapan nanti, para ibu dan anak itu akan kembali ke Jakarta.

Alea menghembuskan nafas kasar, "Lo bakalan balik langsung ke Bali?" Tanyanya.

"Iya. Lo jangan bandel, jangan keluyuran malem-malem apalagi pergi tanpa seizin bunda." Omel Ramon memperingati.

Alea membelakangi Ramon. "Orang bundanya aja jarang pulang, gimana mau izin."

Ramon menghela nafas kasar. Ia tahu posisi adiknya yang kesepian, tidak ada sosok orang tua yang senantiasa mendampingi. Bahkan untuk berkumpul keluarga pun hanya setahun sekali. Ramon tahu, Alea sangat sedih karena ia akan kembali kesepian seperti semula. Adiknya itu sangat perasa.

Terlihat tubuh Alea yang gelisah, ia menahan tangisannya kuat-kuat. Ramon sangat iba, ia sangat menyayangi Alea sebagaimana ia menyayangi bundanya.

"Abang ke dalem dulu, dek. Kamu makan dulu sebelum pulang, nanti mabok." Ucapnya.

Alea mengangguk tanpa membalikkan tubuhnya. Ramon tersenyum tipis, ia menoleh ke arah Bundanya yang tengah berbincang dengan Tante Talitha dan Arkan. Ramon berjalan menghampiri mereka.

"Maaf ganggu tante, mau izin ke bunda. Abang mau ngomong sesuatu sama bunda."

"Abang nanti mau balik ke Bali langsung apa gimana?" Tanya Naya memotong.

"Iya, justru itu yang mau abang omongin."

Ramon melirik sekilas Alea yang tengah berpura-pura sibuk membereskan koper di bagasi. Padahal dari sini saja sudah terlihat tubuhnya bergetar karena menahan isakan tangis.

"Kalo gitu saya duluan makan ya, Nay."

Naya tersenyum sembari mempersilakan mereka untuk makan terlebih dahulu.

"Mau kemana lo?" Tanya Ramon ketika ia mencurigai Arkan yang hendak menghampiri Alea.

"Ke Alea, kenapa?"

"Jangan, biarin aja." Larangnya.

***

"Alea! Makan dulu ayo." Teriak Arkan.

"Bentar!" Jawabnya.

"Gak usah sok sibuk beresin koper, udah sini cepet."

Alea berdecak sebal. Ia menutup pintu bagasi dan berjalan ke arah Arkan yang tengah menunggunya di pintu.

"Ayo makan."

"Gue udah kenyang sih."

"Kenyang apaan, tadi makan tanah kah?"

Alea berjalan ke arahnya memukul lengan Arkan yang menurutnya sangat menyebalkan. "Nyebelin."

Arkan terkekeh ketika Alea merajuk padanya. Mereka berdua duduk berdampingan di tengah ibu-ibu  yang sedang membicarakan orang lain sambil membuat sambal dadakan.

Alea mengambil piring dan mulai mengambil nasi dan lauk-pauknya. Sedangkan Arkan berjalan untuk membawa jus jeruk untuk dirinya dan Alea.

"Wih, buat gue nih?" Tanya Alea.

Arkan hanya berdehem kemudian turut mengambil nasi dan lauk-pauk.

Acara makan pagi pun sangat ramai oleh ibu-ibu yang mengobrol tentang masa muda mereka.

"Abizar mana?" Tanya Alea pada Arkan.

"Ada di kamar. Kenapa nanyain?"

Alea tertawa kecil kemudian menggeleng. "Engga, takutnya cepirit."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Estungkara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang