Ini Kisah Kita.
Tok tok tok!
Ahlan yang sedang membaca buku di kamarnya menoleh ke arah suara pintu yang diketuk barusan. Ia berjalan ke arah pintu dan membukanya untuk melihat siapa yang baru saja mengetuk pintu kamarnya.
Ceklek..
"Ayo ikut ngumpul di bawah, Lan," Ternyata itu adalah Egar yang berniat ingin mengajak Ahlan kumpul di bawah bersama yang lain.
Bukan tanpa alasan Egar mengajak Ahlan untuk ikut berkumpul di bawah dengan yang lain, itu karena ia merasa heran karena sedari siang Ahlan tidak turun ke bawah lagi setelah sarapan.
Dengan wajah datarnya, Ahlan menjawab, "iya, duluan." Lalu menutup pintu kembali.
Egar di balik pintu itu menghela napas dalam. Semoga saja Ahlan mau mendengarkan perkataannya kali ini. Bukan apa-apa, tidak enak saja disaat semua anggota kosan berkumpul tetapi kurang satu atau dua orang.
Di dalam kamar, Ahlan langsung merapikan buku yang tadi sedang ia baca, lalu bergegas turun bergabung dengan yang lain.
Egar diam-diam tersenyum. Ternyata Ahlan mau mendengarkannya.
"Libur semester gaada acara mau jalan, nih, bang?" Pertanyaan Rendy membuat seluruh atensi di ruangan itu tertuju padanya.
Benar juga, sudah mau memasuki libur semester. Jujur saja mereka semua tidak mengingat hal itu jika barusan Rendy tidak bertanya.
"Lah, iya, udah mau libur aja, ya." Gumam Tio pelan. Ia tidak menyadari hal itu akibat terlalu fokus belajar.
"Lo semua gaada acara sama keluarga?" Tanya Jidan pada yang lain. Hanya takutnya saja mereka sudah membuat acara masing-masing dengan keluarga.
Tepat sekali, semua orang di ruangan itu menggeleng bersamaan seperti sedang dihipnotis.
"Liburan ke luar negeri aja, bang," Usul Bima yang di luar nalar. Ya kalau liburan ke luar negeri, sih, lebih baik ajak keluarga, kan?
"LO YANG BAYARIN, YE, BIM!" Sewot Hendra karena membayangkan betapa mahalnya hanya untuk berangkat dan belum lagi biaya hidup selama di sana.
"Santai, bang, santai. Sewot kali, lah, kau ini." Tangan Bima sudah berada di depan dada, membuat gestur menghindari amukan Hendra yang sudah diujung tanduk.
"Jadi mau kemana, bang?" Tanya Dehan yang sudah pasti tertuju pada dua orang yang bertanggung jawab atas kosan ini.
"Bali?" Tanya Arga meminta persetujuan dengan yang lain.
"Boleh, tuh, bang." Setuju Rendy menanggapi pertama.
"Setuju." Ini suara Ahlan di pojok ruangan. Seluruh atensi di ruangan itu langsung tertuju padanya karena sedari tadi dia hanya diam.
"ANJING KAGET!" Umpat Juna yang posisinya membelakangi Ahlan. Ia tidak sadar bahwa sedari tadi Ahlan ada di belakangnya.
"HAHAHAHA DI LUAR ANGKASA!" Hendra dan Bima sudah sibuk tertawa karena merasa lucu dengan ekspresi kagetnya Juna.
"Lo kenapa harus mojok, sih, Lan!? Jantungan, nih, gue." Omel Juna kepada Ahlan yang di belakang sudah nyengir.
"Hehe."
Ini Kisah Kita.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, yaitu libur semester. Anak-anak kosan pastinya sedang sibuk untuk menyiapkan barang-barang yang akan mereka bawa pergi ke Bali.
Ada juga yang sudah menyiapkan barang-barangnya dari jauh-jauh hari, contohnya Tio dan Mahendra. Mereka berdua bisa dibilang yang paling sangat excited untuk pergi ke Bali.
"Anjay jadi ke Bali, nih, kita." Seru Bima kepalang senang. Pasalnya ini adalah liburan terjauh yang pernah mereka lakukan bersama.
Di ruang tamu sudah ada Bima, Tio, Mahendra, Jidan dan Yenan. Mereka semua lah orang-orang yang sedari tadi sudah siap, tinggal memastikan keadaan kosan aman dan menunggu anak-anak yang lainnya.
"Kompor udah dimatiin belom?" Tanya Mahendra pada yang lain.
"Yaelah, kayak emak-emak aje lu, bang," Sahut Bima merasa Mahendra seperti emak-emak yang ingin berpergian tetapi was-was takut kompor belum dimatikan.
"Udahlah pasti." Jidan menjawab pertanyaan Mahendra.
"Apa lagi yang belum?" Tanya Arga yang tengah berjalan di tangga menuju ke bawah.
"Berdoa." Balas Yenan.
"Ga salah, tapi tunggu yang lainnya ke bawah dulu." Sahut Tio yang sedari tadi hanya bermain ponsel.
"WOY CEPET! 5 MENIT GA TURUN GUE TINGGAL LO PADA!" Tiba-tiba Jidan berteriak ke lantai atas, membuat lantai atas menjadi ricuh karena semuanya langsung keluar kamar.
Terlihat ada yang hanya menyeret satu koper seperti Ahlan dan Juna, ada juga yang menyeret dua koper sekaligus membawa ransel seperti Egar, Rendy, Hendra dan Dehan.
"Buset, bawaannya banyak banget." Celetuk Tio yang melihat ada banyak sekali koper yang dibawa.
"Udah semua, nih?" Tanya Arga pada yang baru saja turun.
"Yoi. Yok doa, biar selamat sampe tujuan," Ajak Yenan pada yang lain.
Mereka langsung merapalkan doa-doa, meminta dilindungi dari segala marabahaya dan sampai tujuan dengan selamat. Setelah itu mereka keluar dari kosan, dengan Arga dan Jidan yang paling terakhir keluar. Memastikan bahwa kondisi kosan baik-baik saja.
"Kita pamit." Ucap Arga dan Jidan sembari menutup dan mengunci pintu.
Ini Kisah Kita.
Dan di sinilah mereka berada. Bali. Tempat yang sudah mereka pilih sedari awal untuk berlibur. Melepas semua penat yang mereka rasakan selama setengah tahun.
"WIII BALIIIIIII!!" Seru Bima merasa sangat bersemangat. Mengingat mereka akan bersenang-senang di sini.
"Karena kita udah di sini, jadi gue harap kalian ngelupain semua yang udah terjadi selama setengah tahun belakangan. Ayo kita seneng-seneng di sini, jangan mikirin apa-apa. Pokoknya gaboleh ada yang mikirin kuliah, sekolah, kosan dan lain-lain selain kita." Ucap Arga panjang lebar memberitahu anak-anak yang lain.
"Dan tolong jangan terpisah satu sama lain. Kalau mau apa-apa bilang ke grup kosan. Ngerti gak!?" Tambah Jidan.
"ASHIAP SANTUY!" Jawab Rendy yang tak kalah semangat.
"Tenang ae, bang, kita semua udah gede, kok!" Ujar Juna yang sedari tadi diam.
"Halah, makan aja masih disiapin." Celetuk Mahendra tiba-tiba.
Semua yang ada di sana tertawa tak terkecuali. Baru sampai saja sudah terasa bahagia, bagaimana kedepannya? Entahlah, tidak ada yang tahu.
Doakan saja mereka akan tetap tertawa sampai akhir.
Ini Kisah Kita.
See you, guys.
Semoga suka, ya!