CAPITULO 01

67 3 0
                                    

Halo gues, ini cerita yang sebenarnya udah lama di draf baru sekarang berani in diri buat publikasi. Aku harap cerita ini dapat menghibur kalian semua.

Aku juga target kalau cerita nya udah 3,5 vote dan baca langsung aku publikasi part selanjutnya.

Dan sebelum itu ceritanya bakalan stak sampai batas pencapaian yang mimin mau. semangat vote komen dan jangan lupa bagikan biar teman-teman kalian baca yah.

HAPPY READING🤍🤍🤍













Hari ini hari yang di tunggu dan hari yang paling membuat para MABA deg-degan di mana para Kakak Senior akan mengospek mereka.

Terlihat seorang gadis berusia 21 tahun tengah sibuk menahan para mahasiswa dan mahasiswi baru yang terlihat terlambat.

"Eh mau kemana lo! Seenak jidad banget mau nyosor masuk, nggak lihat jam lo?! Atau nggak punya mata?!" sembur gadis itu pedas.

Menahan seorang mahasiswi yang terlihat memasang wajah jutek.

"Nggak usah sok kecantikan lo! Gini lo kalau lihat senior lo, hah?!" bentak gadis yang bernama Zeline Raisa Madison gadis yang terkenal ketus dan teramat pedas saat berbicara dengan statusnya seorang mahasiswa kedokteran semester 7.

"Ternyata senioritas masih tinggi di kampus ini yah," sela seorang pria yang tampak berjalan songong mendekat ke arah Raisa.

"Ck! Si tukang masalah dateng, sok-sok an pake almamater. Lo mau ngapain? Nggak usah sok deh di sini," sinis Raisa melipat tangannya di depan dada.

"Perlu lo inget yah otak udang, gw ini punya nama," tekan pria itu membuat Raisa berdecak meremehkan.

"Apa? Si Raksa Bumi Kingston? Ah atau si Raksasa penghancur tepatnya?" ejek Raisa.

Namanya Raksa Bumi Kingston si Presiden BEM yang merupakan musuh bebuyutan Raisa. Si anak manajemen semester 7 yang slalu sok di depan Raisa. Tampan, sangat tapi sayang sifatnya yang slalu membuat masalah membuat Raisa harus slalu naik darah ketika melihatnya. Entah kenapa dia bisa jadi Presiden BEM sekarang, Raisa yakin pasti ini ada campur tangan orang lain. Cih!

"Lo! Mul---"

"Kalian mau berantem apa mau ikut bantu juga?!" potong Kenzi Fernandez yang merupakan wakil ketua menatap jega dua orang yang tiada hari tanpa bertengkar.

"Dia yang duluan Zi! Seharusnya lo usir dia! Nggak guna banget jadi ketua!" cibir Raisa.

"Bumi, kamu juga harus nyadar. Peran kamu penting di sini, jadi jangan ngilang gitu aja. Kami pusing kalau ketua BEM aja ngilang nggak tahu kemana," omel Kenzi.

"Bacot lo, udah seharusnya wakil ketua tuh kerja kalau ketuanya nggak ada. Lo cuman ngeluh mulu," balas Bumi.

"Tanggung jawab lo kemana sih? Jadi lo dateng ke sini cuman mau ngajak Raisa berantem, iyah?!" tanya Kenzi.

"Eh udah! Kalian nggak malu apa di liatin anak MABA?!" tanya Naomi Sherina yang menjabat sebagai sekretaris 1.

"Iyah nih, badan nya aja yang gede tapi otaknya masih kek bocil," sambung Jessica Malvia si sekertaris 2.

"Seharusnya si air Raksa ini yang kalian marahin! Kenapa malah marahin gw juga!" pekik Raisa tak terima.

"Dahlah males banget satu kumpulan sama si otak kepiting." Raisa berlalu pergi dari sana membuat Bumi harus menahan emosinya agar tak menonjok wajah Raisa.

BUNGA dalam RANJAU|•ON GOING•|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang