((Maaf, sebagian part sudah di-unpublish untuk kepentingan terbit 🥹🙏))
-
✨ Cerita terpilih untuk Reading List @RomansaIndonesia [ Bittersweet of Marriage - Mei 2023 ]
Demi menghindari rasa malu karena gagal menikah dan demi mendapatkan model...
Jangan lupa vote dan komennya yahh makasih semuanya ☺️✨🥰
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
💫
Azan Magrib sudah berkumandang. Ada Jingga yang ternyata sedang puasa ganti. Nika membantu mengambilkan air dan makanan untuk Jingga sebab perempuan dua anak itu sedang menyusui Ayana di kamar tamu.
Tadinya Nika ragu untuk masuk, khawatir Jingga risi karena sedang menyusui. Namun, rupanya Jingga justru mengajak Nika ngobrol setelah menenggak segelas air putih untuk berbuka puasa. Syukurnya Jingga tidak malu atau risi, mungkin karena sesama perempuan.
Kebetulan juga Ayana tidak tidur, jadi tidak masalah kalau mereka berbincang di sana.
"Gimana, Nik, rasanya gabung sama keluarga Hadiatama?" Jingga berbicara dengan senyum yang tidak luntur. "Ramai, kan?"
Nika turut tersenyum. "Bener, Mbak. Ramai dan seru. Orang-orangnya pada ramah, terus friendly gitu, jadi aku nyaman-nyaman aja. Cuma masih agak canggung. Namanya juga baru join, ya, Mbak," kata Nika, lalu terkikik.
"Iya, aku juga dulu gitu. Sekarang juga tetap malu-malu, sih. Soalnya aku tetap merasa diriku orang asing aja gitu, jadi emang jaga sikap banget."
Nika mengangguk paham. Sekarang, Jingga sedang berinteraksi dengan Ayana melalui kedipan mata. Nika mengamatinya, lalu baru sadar kalau dirinya dengan Jingga sama-sama berstatus sebagai anak mantu di keluarga besar Hadiatama. Setelah dipikir-pikir, mungkin Nika bisa berhubungan baik dengan Jingga untuk bisa mengenal lebih jauh tentang keluarga Hadiatama.
"Mbak Jingga makan dulu. Sini, Ayana aku yang gendong," ucap Nika menawarkan diri. Ia menyentuh jari-jari mungil Ayana. Jingga mengangguk dan Ayana pun tidak sulit melepaskan puting sang ibu. "Sini, sini, cantik, sama Tante Nika." Dengan mudahnya Nika mengambil alih tubuh kecil Ayana.
Nika berdiri, mencari posisi nyaman untuk menggendong Ayana. "Mbak, aku bawa keluar, ya? Mbak langsung ke musala aja."
"Duh, maaf ngerepotin, Nik."
"Nggak, kok, Mbak. Aku seneng banget ini gendong Ayana. Lucu lagi dia." Nika menoel-noel hidung mancung Ayana sampai terkikik geli. Sangat menggemaskan!
"Oke, Nik. Makasih, ya," kata Jingga, lalu dibalas Nika dengan anggukan kepala. Nika lantas membawa Ayana keluar kamar.
Bingung mau membawa Ayana ke mana, Nika memilih melangkah ke dapur. Bukan tanpa alasan Nika ingin ke sana. Nika masih begitu penasaran kenapa Kila tidak boleh memperlihatkan diri di depan keluarga Hadiatama. Tadi, Nika sempat membantu membersihkan perlengkapan makan yang sudah dipakai. Ia bertemu Bu Jihan dan Kila juga. Di dapur dan di tempat cuci piring, Kila terlihat sangat fokus mengerjakan semuanya. Jadi, Nika menjadi tidak enak kalau harus mengajaknya ngobrol di saat sedang sibuk bekerja.