Hujan

20 1 0
                                    

Ah, dasar pelupa. Perempuan dua puluh tahun itu menggerutu tak berhenti dari tadi. Lagi pula, apa fase pasca putus memang bisa memengaruhi konsentrasi? Atau, jadi orang pelupa memang sudah tabiatnya dari lahir?

Tapi, omong-omong, putus bukan hal yang gampang, ya? Apalagi putus karena tahu diduain, putus karena pasangannya sering main tangan kalau berantem, putus karena nggak direstui orang tua pasangan, putus yang begitu-begitu emang paling sakit.

Nggak jarang kalau sampai ada orang yang takut buat mulai lagi hubungan baru, dan nggak aneh kalau sampai punya trauma.

"Putus, La."

"Putus?"

"Itu tali tas lo putus."

Tas kecil tempat Kanila menyimpan dompet, liptint dan handphone sudah tergeletak di tanah begitu saja.
Bisa-bisanya nggak kerasa.

"Duh, tunggu sebentar, ya, Kak, gue ganti tas dulu. Ini, ini bukunya pegang dulu."

Kanila buru-buru kembali ke dalam rumahnya. Ia berlari kecil setelah mendengar petir yang mulai bersuara di atas sana.

"Kanila, Kanila," gumam Pram sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ---tidak habis pikir dengan kelakuan teman seorganisasinya itu.

"Eh, apa nih?" celetuk Pram, ketika tiba-tiba setetes air jatuh mengenai telapak tangannya. "Duh, malah hujan lagi," sambungnya kemudian.

Laki-laki dengan tinggi badan seratus tujuh puluhan itu pun berlari kecil memasuki pekarangan rumah Kanila, meninggalkan motornya di depan pagar berwarna cat biru tua dengan kehujanan.

Hujannya seolah ngebercandain dari tadi. Sebentar reda, sebentar deras, sebentar-sebentar seperti ketika Pram pulang ke rumah hanya untuk ganti pakaian saja.

"Astaga, basah kuyup gitu kamu!"

"Namanya juga kehujanan."

Pram pun berlalu. Ia masuk ke kamarnya, yang tak lama kemudian keluar lagi dengan pakaian baru.

"Mau ke mana lagi, Pram?"

"Tante, pintunya dikunci aja nanti, jangan nungguin aku pulang," jawabnya, ketika cium tangan kepada Ratna.

"Kamu mau ke mana lagi?"

"Aku nginep di Rado, masih ada tugas yang belum selesai."

"Kak..."

Pram monoleh. "Kenapa?"

"Mau teh anget?"

"Nggak usah ngerepotin, bentar lagi juga reda kok hujannya."

Kanila melenggak sedikit, melihat air yang turun dari langit semakin banyak dan deras. "Kayaknya bakal lama hujannya, Kak. Gue buatin, ya, tunggu sebentar."

Pada akhirnya, tetap memakan waktu.

///


"La, Rado whatsApp gue nih, katanya di sana nggak hujan, terus temen-temen yang lain juga udah pada pulang karena lama katanya nungguin kita, sisa Rado sama Salma doang di sana."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NeophyteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang