Chapter 2

1.5K 154 19
                                    

Sasuke tergesa-gesa berlari di rumah sakit, menuju bangsal rumah sakit tempat dimana ia biasa menemukan Sakura.  Kedua mata Sasuke terus bergulir untuk menemukan Sakura, seseorang yang melihatnya seketika mendekatinya.

"Mencari Sakura? Dia sejak siang sudah pulang ke rumahnya." Gaara memberitahu Sasuke, ia sudah mengetahui persahabatan Sasuke dan Sakura.

Kening Sasuke mengernyit. "Mengapa dia pulang cepat?" tanya Sasuke.

"Aku juga kurang tahu, Matsuri mengatakan Sakura tidak enak badan dan memintanya untuk menggantikannya hari ini."

"Terima kasih, Gaara."

Sasuke segera berbalik dan meninggalkan bangsal rumah sakit, Sasuke kembali mencoba menghubungi Sakura, terus meneleponnya meskipun satupun panggilan telepon tidak diangkat Sakura. Perasaan Sasuke menjadi cemas, teringat Sasori pernah tidak sengaja menyiram kopi panas pada Sakura.

"Ck. Angkatlah, Sakura. Aku bisa gila jika tidak mendengar kabarmu!" gumam Sasuke yang cemas setengah mati. Sasuke terus berjalan, tujuannya kini rumah Sakura dan Sasori.





《02》





Ting tong!

Suara bel rumah mengalihkan perhatian Sakura yang terpaksa bangkit dari ranjangnya. Sedari tadi Sakura menangis, merasa frustasi karena kehamilannya. Sakura melangkah menuju pintu rumah, melihat dari layar yang menunjukkan orang di depan pintu.

"Nenek." Sakura seketika panik dan mencari wastafel untuk membasuh wajahnya yang basah, Sakura kemudian merapikan pakaiannya sebelum bertemu Nenek Chiyo.

Pintu rumah terbuka, Nenek Chiyo tersenyum gembira melihat Sakura membukakan pintu dan segera memeluk erat Sakura.

"Kau pasti lelah. Nenek sangat senang, terima kasih, Sakura." Ucap Nenek Chiyo.

Sakura membeku sesaat, melihat reaksi Nenek Chiyo, pasti kabar kehamilannya sudah tersebar hingga sampai ke telinga Nenek Chiyo.

'Sasori pasti sangat marah kepadaku ...,' batin Sakura penuh kekalutan.

"Nenek, masuklah." Sakura mengajak Nenek Chiyo untuk masuk ke dalam rumah, menuntun Nenek Chiyo hingga duduk di sofa ruang tamu.

"Nenek barusan mendengar kabar kau hamil dari pihak rumah sakit. Terima kasih, nak, akhirnya Sasori akan memiliki anak! Terima kasih, sayang!"

Tes

Air mata Sakura mengenang di pelupuk mata, menetes tanpa bisa ditahan. Detik berikutnya Sakura menangis, membuat Nenek Chiyo terkejut dan spontan memeluk Sakura yang merasa takut menghadapi Sasori dan kemarahan Sasori beserta Mei. Semuanya akan berantakan.

"Kenapa menangis, sayang? Apa sasori membuatmu bersedih?"

Sakura segera menggeleng. "Tidak, Sasori bersikap baik kepadaku, Nenek. Aku menangis ..., karena ..., mungkin karena pengaruh hormon, Nenek."

"Sudah, tenangkan dirimu, nak. Cicit Nenek ikut bersedih nanti."

Sakura berusaha berhenti menangis, bibirnya bergetar dengan tangannya yang terus mengusap air matanya. Sakura berusaha tersenyum, sehingga terlihat memaksakan senyumannya.

"Nenek akan suruh Sasori cepat pulang! Dia harus sering menemanimu sekarang!" ucap Nenek Chiyo dengan tegas dan meraih ponsel.

Sakura menggenggam tangan Nenek Chiyo. "Biarkan Sasori melakukan tanggung jawabnya, Nenek. Aku tidak apa-apa, sungguh."

"Tidak apa-apa bagaimana? Ini sudah jam sembilan malam, tetapi Sasori belum pulang juga?!"

"Nek, sudahlah. Kita tahu sendiri Sasori pekerja keras, dia tidak suka diganggu saat bekerja."

Tough Situation Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang