03 | Awake

13 6 1
                                    

Song Nami terbangun ketika sebuah cahaya paling terang terasa menarik dirinya untuk keluar. Nami mengerjakan kedua matanya lamat-lamat dengan gerakan ibu jari sebagai pertanda bahwa Nami sudah siuman. Tidak ada yang tahu jika Nami seperti zombie, mayat hidup yang seharusnya mati tapi dia dihidupkan kembali. Nami lantas melepas alat infus yang sejujurnya isi cairannya sudah habis untuk selanjutnya Nami menjatuhkan kedua tungkai pada sisi ranjang kanan. Tanpa alas kaki apapun Nami berdiri tegak, kepalanya tidak pening sama sekali melainkan Nami kini berpikir keras bagaimana bisa tidurnya terasa menegangkan?

Nami melihat ke semuanya begitu terang, sangat berbeda pada waktu dia terlelap semuanya nyaris gelap gulita. Nami keluar dengan langkah agak sempoyongan di awal, membuka pintu ruangan pasiennya sendiri lalu berjalan melewati banyak pasang mata di lorong koridor rumah sakit. Beberapa tampak terkejut sekaligus memandang Nami aneh, selebihnya mereka asing dan tidak begitu mengenali Nami. Nami melangkahkan tungkainya menuju lobby. Nami perlu taksi atau semacamnya, karena keluarganya tidak ada di sini.

Seseorang baru saja akan memanggil nama Nami saat orang tersebut kedapatan mengecek ruangan Nami yang kosong. Seharusnya Nami dipindahkan sekaligus dimakamkan, namun yang terjadi sekarang adalah seperti sebuah keajaiban karena Nami masih hidup dan lihatlah bagaimana caranya gadis ini berdiri tegak sembari menoleh ke belakang. Dia bukan hantu, kakinya napak jelas di atas lantai dingin rumah sakit. Orang tersebut merupakan perawat yang menangisi kepergian pasien bernama Song Nami, menutup mulut tidak percaya sebelum akhirnya perawat itu ditemukan terkapar, tidak sadarkan diri.

Dokter Minjae datang membantu perawatnya yang pingsan. Dokter Minjae juga sama terkejutnya, sebab keajaiban ini baru kali pertama mereka saksikan secara langsung. Dokter Minjae lantas meminta Nami berhenti lalu segera berjalan menghampirinya untuk dapat dia cek kondisi terbaru sekaligus agar Dokter Minjae dapat tahu apa pemicu dasar yang menyebabkan Nami tidak mati. Dengan begitu Dokter Minjae dapat merubah riwayat catatan pasiennya. Tapi sayangnya Song Nami sudah lebih dulu menumpangi sebuah taksi terdekat usai gadis itu memberhentikan menggunakan lambaian tangannya. Dokter Minjae meninggalkan perawatnya seorang diri lalu berlari mengejar Nami. Sial. Dokter Minjae terlambat dengan raut kesal.

Dikeluarkannya sebuah ponsel. Nasib baik beberapa orang memotret, Dokter Minjae lalu meminta salah satu diantara mereka untuk mengirimkan filenya. Setelah terkirim barulah Dokter Minjae membuat pernyataan pada temannya yang terbiasa melakukan pekerjaan aneh dan Dokter Minjae berpikir bahwa temannya ini mungkin bisa membantu Dokter Minjae demi menggeledah sisi misterius kebangkitan pasiennya yang bernama lengkap Song Nami.

DR. Minjae
[Send]

---

Satu sosok lain yang tidak ada ikut campur pada kegiatan memotret Song Nami tampak asyik memandangi Dokter Minjae yang baru saja sukses mengirimkan pesan singkat pada temannya. Gadis itu mengukir senyum, memandang hamparan langit yang selalu berusaha tampak biru dengan nuansa matahari serta awan sebagai teman terbaik mereka. Gadis itu menari kegirangan, dia berhasil. Tidak ada yang tahu bahwa dia baru saja menari di sana. Tidak sampai setelahnya gadis itu menghilang karena dia perlu mengikuti Tuannya yang baru demi sebuah kehidupan yang baru. Gadis itu menghela napas panjang, mendorong kedua lengannya untuk melakukan semacam gerakan perengangan otot pada otot-otot yang kaku. Gadis itu kembali tersenyum usai membaca catatannya sendiri mengenai kondisi Ryu Jimin yang masih dalam keadaan kritis. Pria itu butuh bantuan.

Gadis itu lantas memperhatikan ke ruangan Jimin sekali lagi, dimana di sana hanya terdapat keluarganya yang masih setia menunggu Jimin siuman. Lantas gadis itu menghela napas, membisikkan satu dua patah kata di rungu Jimin hingga akhirnya jemari itu tergerak dengan reaksi keluarga mereka yang heboh. Ibunya meminta seorang pria menemui Dokter, mengatakan bahwa Jimin sudah sadar sebelum akhirnya pria itu lari terbirit membawa satu sesuai permintaan Ibu mereka. Gadis itu terkekeh, pemandangan yang sesuai rencana. Meski tidak semuanya, karena seharusnya yang masih terbujur kaku adalah Song Nami.

"Ini namanya keadilan."

Gadis itu pergi keluar dari ruangan Jimin usai Dokter Minjae masuk. Dokter ini ada dimana-dimana. Membuatnya sempat berpikir bahwa apakah dia Tuhan atau semacamnya tapi kemudian dia herpikir lagi mungkin Dokter yang dapat diandalkan dan satu spesifikasi. Gadis itu mengangguk seolah membenarkan aksi monolognya. Dia kemudian menghilang menghampiri Nami yang sialnya justru sudah sampai ke rumah. Gadis itu lantas melambaikan tangan pada Jimin, tepat saat netra kecokelatan itu terbuka dan gadis itu adalah pemandangan pertama yang Jimin lihat bukannya Dokter Minjae.

Jimin nyaris mengatakan sesuatu pada Ibunya sebelum Ibunya lebih dulu membungkam mulut Jimin dengan rengkuhan hangat bercampur khawatir. Ibunya tidak tidur sepanjang malam hanya demi memastikan Jimin terbangun. Selanjutnya ketika Jimin hendak menanyakan perihal sesuatu pada Ibunya, gadis itu sungguhan pergi. Jimin memperhatikan dengan kedua mata kepalanya sendiri bahwa kaki gadis itu tidak berpijak di atas tanah.

Bukannya pingsan Jimin justru memandang ke arah jendela di belakangnya. Jimin tersenyum sembari mengatakan terimakasih entah kepada siapa, sebab Ibunya kembali memeluk Jimin dan meminta Jimin untuk beristirahat sesuai permintaan Dokter Minjae. Jimin baru akan diurus kepulangannya setelah Dokter Minjae menyelesaikan tiga pasien dan dipastikan tidak akan lama, sebab Dokter Minjae tahu Ryu Jimin merupakan pasien VVIP pertama yang kedapatan dirawat di sini bukan karena sakit melainkan insiden kecelakaan.

Dokter Minjae lantas pamit undur diri seraya membungkukkan tubuhnya sopan sebagai bentuk salam. Ibu Ryu Jimin lantas mengangguk sebelum akhirnya beliau juga pergi mengikuti langkah Dokter Minjae yang kemudian berpisah di ruang administrasi dan resep. Ibu Ryu Jimin memandang sekitarnya kedapatan melirik pada pakaian mewahnya. Satu-satunya keluarga pasien di rumah sakit ini yang terlihat paling nyentrik sekaligus menarik perhatian adalah keluarganya sendiri, selebihnya tidak ada lagi dan itu cukup membuat Ibu Ryu Jimin meringis lalu buru-buru memasukkan resep obat Putra Semata Wayangnya untuk setelahnya dia kembali ke ruangan dan menutup pintu rapat.

Ryu Jimin memperhatikan Ibunya sembari diselimuti oleh kakak adopsinya, Ryu Mingyu. Dilihatnya Ibu Jimin mengeluarkan resep obat serta biaya administrasi yang nominalnya tidak begitu besar. "Besok aku pastikan kita pulang. Ryu Jimin anak kesayangan Ibu, selama masa karirmu Ibu ingin dirimu memiliki supir pribadi yang dwpat meringankan segala pekerjaanmu. Ibu sudah menyewanya tadi, Jinsu akan segera hengkang dan bersiaplah untuk Supir pribadi barumu itu. Kau mengerti, Putraku?"

Ryu Jimin mengangguk. Kali ini tanpa berkedip. "Aku mengerti, Ibu." []

To Be Continued.

ENCHANTERS (ON GOING 2024)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang