Setelah terjadi suasana awkward antara Nathalia dan juga Sanjana, siang ini keduanya kembali seperti semula, saling bertegur sapa, bahkan kembali memunculkan canda tawa di sela-sela pembicaraan mereka, hingga Shafira tidak menyadari jika baru saja terjadi peristiwa yang membuat keduanya menjadi gonjang ganjing.
"Tha! anterin pesenan dong," teriak Shafira sembari membuat pesanan sang pelanggan, "lo anterin pesenan ini ya? biar gue yang ngurus di cafe," Shafira pun memberikan paper bag coklat tersebut ke Nathalia, sedangkan tangan kirinya masih sibuk mentotal pesanan pelanggannya.
Nathalia pun mengangguk, segera ia melepas apron yang melekat di tubuhnya, lalu mengambil kunci motor dan mengantarkan pesanan tersebut. walaupun sebagian langit saat ini mulai tertutupi oleh awan yang menghitam, namun itu tak akan membuat seorang Nathalia mematahkan semangatnya.
***
Nathalia sampai di sebuah perumahan elite tersebut, dan, yaps! ia menemukan rumah yang alamatnya tertera pada pesenan tersebut, dengan segera Nathalia melepas helmnya dan turun dari motor tersebut, memencet bel sebanyak dua kali yang diletakkan di gerbang pintu rumah tersebut.
"ADEK! KAMU PESEN APA LAGI?" Nathalia terkejut kala mendengar suara seorang perempuan yang terdengar hingga ke telinganya, ia mengelus dadanya, untung saja ia tak memiliki riwayat penyakit jantung!
"ADEK CUMAN PESEN VANILLA LATTE, BUN! MASA IYA NGGAK BOLEH?"
"AWAS YA KALAU SAMPE KAMU BELI BARANG-BARANG MAHAL LAGI BUAT CRUSH KAMU ITU! UDAH MAHAL, TERUS NGGAK DI KASIH KE ORANGNYA, YA PERCUMA!"
"IYA UDAH, BUN! ADEK MAU KEDEPAN, KALO BUNDA TERIAK TERUS KAPAN SELESAINYA? KASIAN MBAKNYA UDAH NUNGGUIN DIDEPAN."
Nathalia sedari tadi hanya menyimak—yang bisa ia duga jika itu perbincangan antara sang ibu dan juga anak bungsunya.
klek!
pintu utama rumah tersebut terbuka setengah, menampakkan seorang laki-laki tinggi, dengan rambut acak-acakan, dan muka yang? ...bisa dibilang, entahlah.
muka cowok tersebut penuh dengan coretan spidol, membuat Nathalia seketika menahan tawanya dengan cara membungkam mulutnya dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanan nya masih memegang pesanan cowok tersebut.
"atas nama Elvano C.? C nya apa ya? kenapa harus disingkat?" tanya Nathalia, seketika cowok tersebut mendengkus, "kenapa Mbaknya kepo, ya? suka-suka saya lah," ucapnya kesal, Nathalia pun masih menunjukkan senyuman manisnya, walau memang pelanggannya yang satu ini sedikit menguras kesabarannya.
"gausah ngeliatin saya gitu, tau kok saya emang ganteng," cowok yang Nathalia ketahui bernama Elvano itu pun tersenyum miring, "Mas nya udah cocok jadi badut jalanan, saya permisi, terimakasih sudah memesan," setelahnya Nathalia sedikit berlari.
ia menghindar dari amukan pelangganya sekaligus tak kuat lagi menahan tawanya melihat wajah penuh coretan spidol tersebut, "emang Adek sepupu biadab," Elvano pun tersenyum manis, senyuman yang memang dipaksakan, lalu kembali menutup pintu utama dan mencari keberadaan adik sepupunya itu.
"KAIVAN, DIMANA LO?!"
"MAAF, KAK EL!"
"TAPI BESOK DIULANGIN, HEHE," lanjut bocah berumur tujuh tahun tersebut dengan cengirannya.
"KAIVAN!"
"AMPUN! BERCANDA KAK EL!"
***
sedari tadi Nathalia tidak bisa memejamkan matanya untuk pergi ke alam mimpi, entah mengapa ia gelisah, seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, tapi apa?
Nathalia kembali menyibakkan selimutnya, lalu duduk di tepi kasur, padahal sekarang sudah jam satu malam, baru kali ini Nathalia mengalami insomnia.
Nathalia pun berusaha menyingkirkan jauh-jauh perasaan aneh tersebut, ia menggambil mie cup yang ia letakkan di meja, menyalakan kompor untuk membuat air panas, lalu menyeduh mie cup tersebut.
mungkin saja ia lapar, sehingga Nathalia sulit sekali tidur malam ini, namun hingga tersisa setengah pun kenapa perasaan aneh itu masih berada disana?
ting!
ponsel milik Nathalia berbunyi, dengan segera ia mengambil ponsel yang ia letakkan di kasur, dilihatnya sang pengirim pesan adalah Shafira, mengapa gadis tersebut mengiriminya pesan selarut ini? apakah ada hal yang penting?
sebelum benar-benar membuka pesan dari Shafira ia merasa jantungnya berdegup kencang, ia pun memberanikan dirinya membaca pesan dari sahabatnya itu, ia yakin, Shafira tidak akan mengirim pesan selarut ini jika hal itu tidak benar-benar penting.
Shafira
| Tha, gue mau ngsih tau
| tapi lo jangan panik, ya?Nathalia
kenapa, Fir? |
gausah tebak"an, gue mlah gasuka :( |Shafira
| tenang ya
| Dokter Liam kecelakaan.Nathalia
Fir.. |
LO NGGK BERCANDA, KAN? |Shafira
| udh gue blng jangan panik bdoh!
| nnti lo kenapa"
| dia udh di rumah skit
| 📍location
| lo kesini, tapi gausah ngebut!
| awas ya lo!Nathalia
jagain Dokter ya! |
gue ksana skrang juga. |Shafira
| iya, hati-hati.pantas saja perasaanya seperti begitu aneh, karena seseorang yang mengisi hari-harinya akhir-akhir ini sedang tidak baik-baik saja.
Dengan segera Nathalia membuka lemarinya dengan kasar, lalu menyambar jaket hitam miliknya, ia tak peduli walau diluar sana gerimis ia akan tetap nekat menerobosnya malam ini.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Getting You
Teen FictionHelmi, dokter muda spesialis bedah itu bertemu dengan seorang gadis lugu yang bekerja di sebuah cafe di sebelah rumah sakit ia bekerja. gadis yang mampu menyita perhatiannya, dan perlahan membuat Helmi menjadikan dia sebagai prioritasnya. Nathalia...