kini cafe sudah dibuka, namun kini hanya Natha dan juga Sanja yang berada di cafe. Fira? ia demam, entahlah.. namun Sanja bilang memang Fira akan seperti itu jika mengingat Jaka lagi.
"beneran gapapa San? kan kerjaan lo juga lagi banyak dikantor" ucap Natha tak enak. hari ini Sanja memutuskan untuk mengambil cuti dari pekerjaannya sementara waktu untuk menemani Natha yang berada di cafe sendirian
"gapapa Tha. kalo lo sendirian yang ngurus cafe emang nya bisa? apalagi akhir2 ini katanya cafe juga lagi rame" ucap Sanja sembari membersihkan meja.
memang Sanjana adalah bos yang dapat diandalkan menurut Natha.
"yaudah gue nyuci gelas sama piring dibelakang ya, bisa kan layanin pelanggan sendirian bentar?" tanya Sanja yang kini sudah meletakan lap di laci bawah.
"bisa kok." jawab Natha, lalu Sanja pun mulai berjalan ke ruangan belakang.
kringg~
pintu cafe terbuka, dengan segera Natha menoleh ke arah pelanggannya tak lupa senyum ramah ia tunjukkan.
"eh dokter Liam. siang dok" ucap Natha lalu mulai mengambil note dan bulpennya.
"siang juga. saya pesan Matcha Latte nya satu ya" ucap Helmi.
"loh sandwich nya engga dok?" tanya Natha.
"engga dulu, habis ini saya ada janji sama staff buat makan diluar" ucap Helmi
"oh gitu ya. oke tunggu bentar ya dok!" ucap Natha lalu mulai membuat pesanan Helmi.
"kemarin cafe nya tutup ya?" tanya Helmi. karena kemarin saat ia akan pulang lalu mampir sebentar ke cafe ini malah tutup begitu saja.
"iya dok. kemarin lagi ngerayain sesuatu di rumah bos" ucap Natha lalu kembali fokus pada pekerjaannya.
sementara itu Helmi hanya menatap lekat Natha yang sedang sibuk menyiapkan pesanannya. ia tak berniat untuk duduk. karena Helmi pikir memperhatikan Natha lebih menarik untuknya..?
"ini dok, selamat menikmati" ucap Natha lalu memberikan minuman tersebut dengan senyumannya.
"makasih..?"
"ah Nathalia dok! panggil Natha aja" ucap Natha yang peka jika Helmi ingin mengetahui namanya.
"makasih Natha, saya kembali dulu" ucap Helmi sembari membawa tasnya tak lupa jas snelli yang ia bawa di lengan kirinya.
"iya dok hati-hati" ucap Natha.
kini jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, seperti biasa cafe sudah tutup di jam seperti ini.
"Tha gue pulang duluan gapapa? Mamah gue bilang Fira badannya makin panas." ucap Sanja sembari menunjukkan raut wajah yang sedikit panik.
"iya gapapa San. adek lo lebih penting" ucap Natha
"yaudah kunci cafe lo bawa aja ya" ucap Sanja lalu berlari ke arah mobilnya.
"eh.. beneran San?!" ucap Natha sedikit berteriak.
walaupun dirinya sudah hampir setahun bekerja disini, namun ia tak pernah diberi amanah untuk membawa kunci cafe, dan baru kali ini.
setelah selesai mengunci pintu cafe kini Natha kembali sembari membawa tas nya, tak lupa jaket mulai ia kenakan, karena cuaca malam ini entah mengapa terasa sedikit lebih dingin daripada biasanya.
tuk!
Natha belum terlalu jauh berjalan dan kini sebuah tetesan air hujan mengenai pipinya, dan semakin lama kini hujan turun semakin derasnya, membuat Natha berlari lalu mencari tempat untuk berteduh.
yang Natha temukan tempat yang pas untuk berteduh saat ini hanyalah rumah sakit yang ada didekat cafe nya itu.
ia meneduh di dekat pos satpam yang entah kemana perginya satpam rumah sakit tersebut.
tiba-tiba saja penglihatan Natha menyilau karena sebuah penerangan dari mobil mengarah kepadanya.
"loh Natha belum pulang?" tanya Helmi yang kini telah turun dari mobil dan menghampiri Natha menggunakan payung.
"belum dok. mau pulang tapi malah hujan, jadi neduh dulu" jawab Natha sembari melipat keduanya tangannya didepan dada nya. Natha cukup kedinginan saat ini walaupun ia sudah mengunakan jaket sekalipun.
"ayo masuk ke mobil. saya anterin kamu pulang" ucap Helmi lalu membawa Natha untuk masuk ke dalam mobilnya.
keduanya kini sudah berada di mobil. dan Natha cukup mengigil karena kedinginan. namun berusaha ia tahan agar tak terlalu menggangu Helmi.
Helmi yang peka langsung mengambil selimut yang ada dibelakang. untung saja ia selalu membawa selimut itu kemana-mana untuk berjaga-jaga.
"nih pake ya. kamu basah kuyup soalnya" ucap Helmi lalu memberikan selimut dan diterima baik oleh Natha.
"makasih dok. aku jadi ngerepotin gini" ucap Natha sembari menoleh ke arah Helmi yang masih fokus menyetir.
"sama-sama udah jadi kewajiban saya buat saling menolong" ucap Helmi.
"oh iya kamu belum kasih tau dimana alamat kamu" ucap Helmi dan membuat Natha menoleh.
benar juga. bagaimana ia bisa pulang kalau Helmi saja tak tau alamatnya.
"oh iya. diperempatan depan belok ke kiri, terus nanti ada gang pertama nah disitu kos an aku" ucap Natha.
Helmi hanya mengangguk pertanda setuju. lalu keduanya dilanda keheningan, hanya ada suara kendaraan dan juga suara rintikan hujan yang menemani keduanya.
"makasih sekali lagi dok. maaf ngerepotin" ucap Natha yang masih berada di mobil Helmi.
"enggak sama sekali, beneran kamu mau turun disini? atau saya anterin sampe depan kos an kamu?" tanya Helmi. karena Natha akan nekat turun dibawah derasnya hujan lalu berlari ke arah kos an nya tanpa payung.
"beneran dok. aku kan kuat, kebal sama hujan" ucap Natha sembari sedikit terkekeh
"payung saya kamu pake aja. gausah dikembaliin juga gapapa" ucap Helmi lalu akan mengambil payungnya.
"eh gausah dok! nanti dokter pake waktu turun aja, aku gausah gapapa." ucap Natha lalu mengambil tasnya.
"oke aku duluan ya dok! makasih tumpangannya" ucap Natha dan Helmi mengangguk walau sedikit khawatir. bagaimana bisa Natha akan berlari di bawah derasnya hujan seperti ini? apalagi ia tau lumayan jauh untuk masuk kedalam gang tersebut untuk sampai ke kos an.
Natha pun turun lalu berlari secepat mungkin. Helmi pun masih belum beranjak dari sana. masih memperhaikan Natha dari dalam mobilnya.
saat Natha benar-benar sampai didepan kos an nya barulah Helmi meninggalkan tempat tersebut lalu menuju ke apartmentnya.
----------------------------------------------
kayaknya selama puasa ini aku bakal up di jam-jam sahur deh
kalo ga sebelum sahur berarti waktu imsak.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Getting You
Fiksi RemajaHelmi, dokter muda spesialis bedah itu bertemu dengan seorang gadis lugu yang bekerja di sebuah cafe di sebelah rumah sakit ia bekerja. gadis yang mampu menyita perhatiannya, dan perlahan membuat Helmi menjadikan dia sebagai prioritasnya. Nathalia...