O9. Ucapan Terima Kasih Untuknya

19 3 1
                                    













Natha menendang kerikil yang berada didepannya itu, malam ini Natha memutuskan untuk berkeliling di sekitar kos an, beruntungnya di sekitar sana terdapat sebuah taman yang tak terlalu besar namun dapat menyegarkan fikiran Natha untuk saat ini.

karena sedari tadi ia masih memikirkan perihal pernyataan Sanja yang terlalu tiba-tiba untuknya, ada rasa bersalah disana, siapakah ia yang bisa menolak seorang Sanjana seenaknya? anak pemilik perusahaan besar dan sebentar lagi akan sarjana, memiliki bisnis sendiri dan sebuah cafe yang ia bangun dengan hasil kerja kerasnya, sedangkan Natha hanya gadis sederhana yang tak punya keistimewaan.

Natha pun memutuskan untuk duduk di salah satu kursi yang menghadap langsung ke arah jalanan yang cukup ramai malam itu, banyak kendaraan yang berlalu lalang membuat Natha sedikit mengalihkan perhatiannya sejenak.

namun Natha mengerutkan keningnya bingung saat motor sport berhenti tepat didepannya. "loh, Dokter Liam?" tanya Natha tak percaya.

Helmi pun melepas helm full face miliknya lalu menghampiri Natha dan duduk di sebelahnya. "sendirian?" tanya Helmi dan Natha pun mengangguk singkat.

"kenapa malem-malem diluar? sendirian lagi, nggak bagus buat cewek. mending dirumah aja kan" ucap Helmi memperingatkan.

"bosen, Dok. lagian udah lama aku nggak keluar malem-malem gini, kangen angin malem" Natha pun terkekeh.

"angin malem nggak bagus, Nathalia. untung aja kamu pake hoodie"













"mau night ride bareng saya?" tanya Helmi dan seketika membuat Natha menoleh.

"pake motor? sama Dokter?" tanya Natha bertubi-tubi.

"ya iya, masa jalan kaki? bukan night ride dong namanya" Helmi pun terkekeh.

"ah, gamau! aku gapernah naik motor gede, takut jatuh"

"pegangan, Natha. mau kan?" tanya Helmi sekali lagi.

"yaudah deh, tapi jangan ngebut ya, Dok?" Helmi pun mengangguk singkat, dan membuat senyuman terukir jelas di wajah Natha.

keduanya pun beranjak dari duduk dan menaiki motor sport milik Helmi, siapa sangka Dokter bedah tersebut memiliki penampilan yang sangat berbeda daripada biasanya saat ini, dan jujur hal tersebut membuat Natha kagum.

walau awalnya Natha kesulitan untuk menaiki motor tersebut, namun Helmi membantu Natha untuk menaiki motornya.












Helmi mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, tak ingin membuat Natha ketakutan, "Dok, Dokter dulu punya geng, ya?" pertanyaan random yang keluar dari mulut Natha membuat Helmi terkekeh.

"kok tau? iya dulu saya punya geng waktu masih SMA, cuman udah bubar waktu semua sibuk kuliah semester akhir, sebenernya sayang sih kalau harus bubar tapi mau gimana lagi, semuanya sibuk ngejar mimpi masing-masing"

"pertemanannya juga ikut bubar?" tanya Natha lagi.

"enggak dong, sampe sekarang kita semua saling komunikasi, minggu kemarin baru aja ngadain reunian" Natha pun mengangguk paham.

"aku tebak, Dokter yang jadi ketuanya?"

"keliatan aku ketuanya emang?"

"bener ya? soalnya Dokter itu kayak punya jiwa kepemimpinan kalau aku liat, eh ternyata bener" Natha pun tertawa kecil begitu pula dengan Helmi.

"makasih pujiannya"

"sama-sama Dokter!"













sudah hampir dua puluh menit keduanya mengelilingi kota tersebut hingga kini jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Tha, coba teriak sekenceng-kencengnya deh, keluarin semuanya yang ada di pikiran kamu"

"malu Dok, nanti diliatin orang" ucap Natha.

"disini nggak ada orang Tha, udah nurut aja deh"

"oke, oke!"


"MAKASIH DOKTER LIAM! AKU NGGAK TAU HARUS BERAPA KALI AKU BILANG KATA MAKASIH, KARENA DOKTER SELALU BISA BIKIN AKU BAHAGIA DENGAN CARA DOKTER SENDIRI, MAKASIH SEKALI LAGI DOKTER!"

"DAN BUAT SANJA MAAF KALAU AKU BIKIN KAMU KECEWA, TAPI MAU GIMANAPUN KAMU TETEP SAHABAT TERBAIK AKU, SANJA!"

"AKU JUGA BERSYUKUR BANGET BISA KETEMU ORANG SEBAIK DOKTER, MUNGKIN KATA MAKASIH AJA EMANG NGGAK CUKUP TAPI CUMAN ITU YANG BISA AKU LAKUIN, DOKTER LIAM YANG TERBAIK!"

Sedangkan Helmi pun tersenyum tipis dibalik helm full facenya dan tanpa sepengetahuan Natha tentunya














"udah?"

"udah, Dok!"

"yaudah, kita pulang ya" Natha pun mengangguk dengan antusias, ia merasa beban dipundaknya sedikit menghilang berkat Helmi.








beberapa menit perjalanan Helmi menoleh ke arah spion, dilihatnya Natha telah terlelap dengan tangan yang memegang ujung jaketnya, Helmi pun mengambil tangan Natha agar memeluk nya, "seharusnya aku yang bilang makasih, Tha."

















Getting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang