bab 1.

744 45 12
                                    

Matahari mulai bersinar saking terangnya cahaya itu menembus  kesebuah kamar yang numayan cukup gelap, di dalamnya terdapat seorang pria tengah tertidur lelap dengan mulut yang terbuka, dia tidak merasa terganggu sama sekali oleh sinar matahari bahkan suara alarm dan ketukan pintu yang keras pun ia hiraukan saking nyenyaknya.



"Tok Tok.."



"Ade bangun! ini sudah siang!!" Teriak seorang wanita di balik pintu.

"Kaka ini masih pagi loh kenapa berteriak?" Tanya sang adik yang sudah rapih dengan pakaian sekolahnya.

"Abang kamu masih belum bangun juga, dari tadi kaka ketuk pintunya tidak kunjung di buka-buka sama dia!" Kesalnya mengadu pada sang adik.

Datanglah seorang pria paruh baya berjalan mendekati kedua putrinya yang sedang berdiri tepat di depan pintu kamar anak laki-lakinya, dengan tangan yang menenteng sebuah konci cadangan.

"Sini biar ayah saja yang buka" sela pria paruh baya yang menyerupai ayahnya itu membuka pintu dengan konci cadangan.

Kalian tidak perlu khawatir karena memang sudah kebiasaan di dalam keluarga ini di setiap paginya selalu ada saja yang ribut, dan yah salah satunya anak laki-laki yang sedang terlelap itu.

Setelah pintu terbuka dengan cepat si ayah berjalan mendekati anaknya, dengan gemas dia langsung menjewer telinga anak laki-lakinya yang tertidur seperti mayat.

"Aduh...sakit...ampun-ampun iya ini aku bangun ayah lepasin dulu sakit!" Jeritnya merintih kesakitan.

Kedua perempuan yang merupakan adik kaka itu terkekeh saat melihat sodara laki-lakinya merintih kesakitan.

"Kamu yah kebisaan kalo tidur gak ingat waktu, lihat ini jam berapa bangun sekarang mandi pakai baju sekolah yang bener dan setelah itu turun ke bawah" tegasnya menyuruh anak laki-lakinya bersiap untuk sekolah.

"Iya ayah maaf aku pikir hari ini hari minggu" jawab nya dengan bibir yang di manyukan sesekali dia juga mengusap telinganya yang terasa panas akibat jeweran sang ayah.

"Dasar baru kemarin hari minggu masa mau hari minggu lagi aneh" ledek sang kaka.

"Tau tuh mangkanya kalo tidur jangan malam terus, game mulu sih yang di pikirin" sambung sang adik  mengejek sodara kembarnya.

Laki-laki itu pun mendengus kesal dengan cepat dia pergi ke kamar mandi, meninggalkan ketiga orang itu yang selalu membuatnya jengkel.

Saat ini mereka sedang berkumpul di meja makan aktivitas di pagi hari sarapan bersama keluarga.

"Sayang kenapa dengan wajahmu itu nak?" Tanya sang bunda saat melihat wajah cemberut anak laki-lakinya.

Ke lima perempuan yang mendengar suara bundanya itupun langsung menatap ke arah sodara laki-lakinya.

"Ngambekan kaya cewe" sela yona kaka ke 4, dialah yang mengetuk pintu adiknya yang tak kujung di buka-buka.

Si bunda menatap lembut putranya dia tahu jika anak laki-lakinya itu pasti susah untuk di bangukan lagi.

"Makan lah sayang, tidak usah cemberut gitu, masa anak bunda yang tampan ini ngambekan si" bujuknya.

"Aku mau bekal saja bun soalnya ini sudah jam 6:45 takut telat" jawabnya melihat jam di tangan.

"Kaka antar kamu ya?" Tawar Ayu kaka kedua.

Laki-laki itu tersenyum dia menggelengkan kepalanya menolak ajakan sang kaka karena dia tahu pasti kakanya akan telat juga nanti.

"Aku naik motor kak sama temen-temen" jawabnya, ayu hanya mengangguk paham.

Mendengar itu si bunda langsung menyuruh bibi menyiapkan bekal untuk semua anak dan suaminya, takut jika anak dan sang suami kelaparan di sekolah atau pun di tempat kerja.

My Littie Husband ~ JeongsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang