bab 6.

429 32 13
                                    

Pagi harinya jey berjalan lemas setelah menangis semalaman akibat perjodohanya, dia pikir itu semua hanyalah prank atau mimpi semata tapi saat sedang sarapan pagi si ayah malah berkata jika nanti malam akan ada tamu yang datang kerumah.

Jey yang mendengar ayahnya serius hanya bisa pasrah cara satu-satunya adalah dia harus bertemu dan memohon kepada sang kakek agar perjodohan ini bisa batalkan setidaknya sampai dia lulus kuliah pikirnya.

"Bang Jey....lu kenapa?" Tegur win

"Tau ni kaya orang kurang sarapan aja lu bang" sambung hyun.

"Mana matanya bengkak ke orang abis nangis" ucapan si uyu berhasil menarik perhatian mereka semua dan menatap Jey yang tengah berjalan dengan tatapan kosong mengarah kedepan.

"Eh anjir beneran...mata lu kenapa Jey" tanya lim dengan kedua tanganya menangkup wajah jey.

"Apaan sih lim ini tangan lu ngapain coba mengang wajah gua" Jey menepis tangan lim yang berada di wajahnya dan berjalan meninggakan mereka semua.

"Sepertinya ada yang tidak beres dengan bang Jey?" Ucap hyun.

"Hemm kita cari tahu nanti sekarang jangan ganggu dia dulu, kalian tahu kan kalo dia lagi badmod kaya gimana" mereka semua menatap jey yang berjalan dengan lesu menuju ruang kelas.

.

.

.

Sana berjalan di lorong sekolah setelah pelanjaran berganti kini giliranya untuk mengajar di dalam kelas A+ yang mana isinya anak-anak bandel semua.

"Keluarkan buku matematika kalian sekarang!!"

Semua murid yang berada di dalam kelas langsung menurut, salah satu murid yang menjadi ketua kelas berjalan untuk mengambil buku dan mengumpulkannya, setelah semuanya terkumpul  di taruhnya di meja guru tepat di hadapan sang guru yang terkenal galak itu.

Sana yang melihat tumpukan buku berisikan tugas yang dia sudah berikan langsung memeriksa satu persatu, alisnya mengeryit kenapa buku-buku ini kurang? Padahal muridnya ada 35 orang kenapa hanya ada 31buku, Kemana empat buku lagi?

Dengan sangat teliti sana mengabsen  dan menulis nama yang hilang dalam buku pelajaranya, dia pun melirik ke barisan Jey dengan para genknya.

"Limario dwi arga, Dahyun dwi sakai, Winter dwi sandi, Chaeyoung Ge Hira, Kalian berempat berdiri!" Teriak sana menatap tajam keempat anak muridnya.

Lim Hyun Win dan Ge berdiri saat namanya di sebutkan, mereka melupakan jika hari ini adalah pelajaran guru kiler yang sangat menyeramkan.

Sana melirik keempat anak muridnya dan meyuruh mereka semua berdiri di depan dengan satu kaki di naikan di tambah kedua tangan yang memeluk dada masing-masing.

"Jika di antara kalian ada yang terjatuh maka surat ini akan ada di tangan kedua orang tua kalian masing-masing mengerti!" Sana menunjukan surat yang tertulis nama panggilan orang tua disana.

Keempatnya mengangguk bagaikan anak kucing yang lucu, sebenarnya mereka semua sudah mengerjakan tugasnya ya meskipun asa-asalan tapi sayang buku mereka tertinggal karena memang sudah biasa tidak membawa buku ke dalam kelas.

Mendengar sepupu dan sahabatnya di sebut jey langsung melirik kebelakang dan menemukan si Uyu yang sedang terkekeh melihat para sahabatnya di hukum.

"Heh kamu! Duduk yang benar ngapain lirik-lirik kebelakang!!" Tegur sana kepada jey.

Jey menatap malas guru kiler itu dia tidak perduli bodo amat sekarang mah gak mau nurut lagi biarin mau di laporin juga toh dia sudah pasrah dan malas jika berurusan dengan ayahnya.

My Littie Husband ~ JeongsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang