BAB 10

21 6 0
                                    

⚠️ WARNING ⚠️•TYPO BERTEBARAN•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ WARNING ⚠️
•TYPO BERTEBARAN•

~START~

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

"Apa gue bunuh diri aja ya?"

"Nggak Van! Kalau lo mati Gebi yang jagain siapa? Yang melindungi dia siapa? Gue belum sempat bahagia-in dia" ucap Zevano

Pemikiran bodoh sempat terlintas di benak Zevano, tapi ia segera menepis pikiran tersebut. Karena ia masih mempunyai tanggung jawab terhadap seseorang. Ya, dia adalah Gebriella, seorang gadis yang ia cintai sejak lama dan menyimpan banyak luka tersendiri di hidupnya.

"Mending gue ke rumah sakit. Muak gue lama-lama di rumah neraka ini" Zevano dengan segera mempersiapkan apa saja yang akan ia bawa ke rumah sakit dan melangkah pergi dari kamar tersebut tanpa membereskan kekacauan yang telah ia perbuat

Saat ia melewati ruang tamu terlihat mama Grace menatap Zevano tajam "Mau ke mana lagi kamu? Udah nggak betah tinggal di rumah?" ujar nya dengan melipat kedua tangannya di depan dada

"Kalau iya kenapa? Vano udah muak tinggal di rumah ini! seharusnya rumah menjadi tempat paling aman dan nyaman buat Vano pulang. Tapi itu mustahil, rumah inilah yang paling Vano hindari, malah rumah yang penuh hawa neraka yang Vano rasain saat menginjak kan kaki di rumah ini!" ujar Zevano mengeluarkan unek-unek nya

Mama Grace berdiri menghampiri Zevano "Neraka kamu bilang? Mending kamu enggak usah pulang sekalian sana! Rumah ini enggak menerima anak durhaka seperti kamu!"

Zevano tertawa hambar "Vano juga nggak butuh mama yang sifatnya kayak iblis seperti anda" Zevano berjalan untuk keluar meninggalkan mama Grace yang masih tercengang atas perkataan anaknya

Saat hendak menaiki motornya, Zevano bertemu dengan satpam penjaga rumahnya, pak Ahmad "Eh, den Vano mau pergi lagi ya? Kok sekarang udah jarang pulang, nyonya kemarin selalu marah-marah kalau Aden nggak pulang" ujar pak Ahmad

Zevano tersenyum simpul "Mama marahnya bukan karena khawatir pak, itu marahnya beda lagi" Zevano hanya bisa terkekeh mendengar penuturan pak Ahmad. Mana mungkin Mama nya mengkhawatirkannya, MUSTAHIL!

"Vano duluan ya pak, udah di tungguin sama temen" pamit nya

"Iya den..., Hati-hati ya"

Zevano memberikan jari jempol kepada pak Ahmad "Siap pak" setelah itu ia melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumahnya

"Hebat banget si Aden, masih bisa menampilkan senyumnya, padahal mah banyak luka batin di hatinya" ujar pak Ahmad bangga

AKU DAN KAMU [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang