sepulang sekolah, aku segera berlari ke kelas kak aru. hendak mengajaknya ke tempat yang kujanjikan.
"Zumi, pulang dulu" pamit kak El, teman dekat kak Aru.
"Eh, ada reta. tu si Zumi masih di dalem, masuk aja" sapa kak El.
"Iya kak, makasih" jawabku sambil mengangguk, lantas berjalan memasuki kelas delapan campur itu.
Oiya, di setiap angkatan di sekolahku itu ada tiga kelas. satu kelas khusus akhwat, satu kelas khusus Ikhwan, sedangkan satunya lagi adalah kelas campuran. aku dan kak aru sama sama berada di kelas campuran.
"eh udah ada ara" ucap kak aru saat melihatku memasuki kelasnya.
"reta, r-e-t-a, reta" komplainku memberi penekanan.
"hahahah iya dehh retaa" ucap kak aru sambil membereskan barangnya dan segera memakai tasnya. "yuk" ajaknya.
"yah gimana si, kirain masi lama jadi aku duduk dulu. baru juga nyentuh kursi, udah main cabut aja" ucapku.
kak aru terkekeh, lalu berjalan menuju tempatku duduk. ia beralih ke depanku lalu menaruh sikunya pada meja dan menopang dagunya "yaudah kamu tinggal disini aja ya, daah" ucapnya usil, lalu mencubit hidungku.
"ish sakit tau!" aku sedikit berteriak .
"cielah seru banget deh adek kakak. si adek ara, si kakak aru, cocok dah" celetuk seseorang yang ternyata juga ada di kelas ini, kukira tinggal aku berdua.
"pada mau keluar ga?" tanyanya lagi.
"iya2 gausah marah2 kali pak" balas kak aru.
"enak aja pak! kamu ya cumi, kebiasaan" ia tak terima, balas mengejek kak aru.
"wleeee" ledek kak aru tak peduli lalu menarikku berlari keluar dari kelasnya.
orang tadi hanya terkekeh dan menggelengkan kepalanya, lalu mengunci kelasnya. "yang tadi siapa namanya kak?" tanyaku.
"masa iya lupa lagi sih, kamu emang pikun atau gimana" jawab kak aru yang membuatku berpikir. pikun? emang barusan dia bilang itu siapa?
dan skefo, aku adalah orang yang sangat pelupa. apalagi nama orang. biasanya, aku bakal ingat nama orang itu kalau udah 2 pekan berturut turut berinteraksi dengan rutin. hehe, agak sedikit parah sih.
aku masih berpikir, berusaha mengingat nama teman kak aru tadi. "ravi, zachary ravindra" ucap kak aru disela sela usahaku yang nyaris berhasil.
"ih kak aru apaan si! aku udah hampir ingat tau" protesku, kak aru hanya terkekeh mendengar protes dariku.
"kemana nih?" tanya kak aru setelah mengambil sepatunya.
"nah, ayo ikut aku" jawabku sambil menarik tangannya yang hampir saja menjatuhkan sepatunya.
"ih, tunggu dulu napa! dipake dulu ini sepatu" kak aru protes saat aku menarik tangannya.
aku tertawa, lalu menunggunya memakai sepatu sambil berdiri di dekatnya. saat menunggu kak aru memakai sepatu, kak raffan alias kakak yang sejak kemarin kemarin kuceritakan sebagai kakak terkeren sepanjang penemuan dalam hidupku, melintas di depanku. sontak aku terkejut dan wajahku mulai memerah tanpa sebab yang jelas.
"kak" aku mulai memancing pembicaraan di sepanjang perjalanan yang sepi ini. "hm?" kak aru hanya menyahut kecil, mungkin ia lelah kubawa berjalan jauh seperti ini. xixixi aapin aku kak aru
"kakak deket ga sama kak raffan?" tanyaku.
"raffan?" kak aru bertanya balik, aku mengangguk.
"enggaklah yakali. kakak itu cuma dekat sama teman kelas kakak aja. dia mah kelas cowo. kenal aja untung dah" jawabnya "emang napa?" tanyanya balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
aku dan kita
Teen Fictionsepertinya, hidupku semula tenang sebelum mengenalmu sebelum hatiku yang dungu tertarik padamu dan semua berubah semenjak saat itu terimakasih tuan, kau menghargai rasa ini kau tau, fitrah diriku adalah rasa ini dan kau bahkan meminta maaf, karena t...