4. Tujuan Pencalonan

833 156 52
                                    

Leara

Gak gini, Lea, GAK GINI!

Kenapa lo malah ngasih Laskar kesempatan? Bukannya lo sendiri yang bilang kalo selingkuh itu penyakit kambuhan? Tapi kok ... gue percaya ya sama dia? Alamiah namanya kalo ngerasa suka sama orang karena penampilannya. Gue juga gitu kok, kalo ketemu Mas Mahesa atau Mas Bara– bisa dibilang mereka asisten dan pengawal Presiden pada masanya, ada lah sesekali kelepasan ngekhayal 'jalan sama dia oke nih kayaknya'.

Paling bedanya, khayalan gue cuma sebatas khayalan aja sedangkan Laskar– kebetulan, dipepet balik sama si staf khusus itu.

Jujur, gue kalah. Gue gak bisa ketusin dia terlalu lama karena sikapnya yang selalu penuh perhatian dan ketulusan. Gue gak bisa ngebohongin diri lebih jauh dari ini. Gue masih suka sama dia, gue sesayang itu sama Laskar makanya sampe detik ini gue gak bisa memalingkan hati sebanyak apa pun pria yang mendekati.

Udah mah bucin, tolol lagi. Mungkin kata-kata tersebut amat sangat tepat untuk mendeskripsikan Leara Lionela sekarang.

"Kamu lebih cantik pake poni kayak gitu deh, nggak galak keliatannya."

Hhhhh, muji gue apa ngejek sih sebenernya?

"Tolong fokus, Laskar. Kita lagi kerja."

Saat ini, gue dan Laskar sedang mendampingi Pak Khrisna berkegiatan. Beliau sungguh-sungguh merealisasikan saran gue untuk berdonasi dengan jumlah uang yang ... sangat besar. Lima ratus juta. Donasi tersebut diberikan atas nama yayasan yang dikelolanya, yaitu Yayasan Mutiara Peduli. Sedangkan atas nama pribadi, dia mendonasikan uang sebanyak dua ratus lima puluh juta sehingga jika ditotalkan semuanya berjumlah 750 juta rupiah.

Kalo Pak Khrisna mau genapin donasinya jadi 1M, gue siap kok menerima sisanya.

"Ini wartawannya banyak banget loh, udah kayak pengusaha nasional aja yang ngasih donasinya," Laskar berkomentar. Dia benar, yayasan save children yang berada di Jalan Sukajadi ini penuh sekali oleh kawan-kawan media baik lokal maupun nasional. Siapa dulu dong yang lobi, gue.

"Loh? Emang Pak Khrisna pengusaha nasional kan masuknya? Ini belum seberapa, aku udah bayar media lokal yang cakupannya cuma sekecamatan atau sewilayah tertentu aja buat bikin artikel tentang Pak Khrisna," ujar gue dengan suara pelan.

Tatapan gue dan Laskar tidak beralih dari sosok kharismatik yang sedang berfoto dengan simbolis donasi itu, "Kaget gak kaget sih aku, Pak Khrisna lebih banyak kasih donasi secara diam-diam daripada dipublikasi begini. Kemarin sempet maju mundur dia, nggak mau diliput media tapi aku maksa dan akhirnya dia mau."

"Karena dasarnya Pak Khrisna emang gak ada niat terjun ke politik sih, wajar kalo kebaikannya jarang ditampilkan ke publik." Perhatian sengaja gue alihkan kepada sosok laki-laki yang kedua tangannya ia taruh di saku celana. "Dia juga gak pernah jadi sponsor atau tanam investasi ke pejabat-pejabat, makanya aku sempet bertanya-tanya, motivasi dia apa?"

"Idealismenya tinggi, aku yakin dia bakalan jadi pejabat yang ngejadiin kepentingan publik sebagai nomor satu sedangkan kepentingan pribadi jadi nomor sekian. Tapi, bukan berarti dia sama sekali nggak punya kepentingan. Bisa aja ... Pak Khrisna mau ngebangun bisnisnya sebagai bisnis multinasional?"

 Pak Khrisna mau ngebangun bisnisnya sebagai bisnis multinasional?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang